×
Buku ini menjelaskan tentang Cara Pengobatan penyakit yang disebabkan oleh tukang sihir, kesurupan jin dan yang semisalnya dengan menggunakan Al Quran dan doa-doa yang disyari’atkan.

 Cara Pengobatan Dengan Al Quran

 P e ﷺ‬ s e m b a h a n

Kepada setiap orang yang mengarahkan dirinya untuk mencari kebenaran, bertaqwa kepada Allah, dan mengembalikan pemahamannya secara textual pada nash sebagimana yang telah tetapkan oleh para ulama, sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu syara', aqidah dan sebagai spesialisasinya sehingga pemahaman tersebut sesuai dengan standar sayara' yang benar, demi mengantisifasi segala kekurangan dan kerancuan serta melaksanakan perintah Allah Azza Wa Jalla:

وَلَـوْ رَدُّوْهُ إِلَى الرَّسُوْلِ وَإِلَى أُوليِ اْلأَمْـرِ مِنْـهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْبِـطُوْنَهُ مِنْـهُمْ وَلَوْ لاَ فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعـْتُمُ الشَّـيْـطَانَ إِلاَّ قَلِيْلاً

"Dan kalau mereka menyerahkan kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu)."[1]

          Kepada setiap orang yang memahami dengan baik apa yang terkandung di dalam buku ini; bukan seperti orang yang dikatakan oleh Al-Taqiyyus Subky rahimahullah dalam kitabnya (Qoidah Fil Jarhi Wat Ta'dil, hal. 93) ia berkata: "Aku melihat banyak orang yang mendengar sebuah perkataan namun memahaminya bukan seperti apa yang dimaksudkan, sehingga merubah isi kitab, maksud pengarang, sebagai orang yang bergelut dan mengamalkan isi kitab tersebut. Padahal, sang penulis tidak menghendaki pemahaman yang disimpulkan oleh sang pendengar tersebut".

          Kepada setiap orang yang melandaskan pendapatnya pada dalil lalu meyakini kebenarannya dan bukan sebaliknya, sebab seorang yang bertqlid buta -semoga Allah mengampuni kita dan mereka- terkadang mengingkarimu hanya karena pendapatmu bersebrangan dengan pendapat seorang penimba ilmu yang tidak didasarkan pada dalil. Mereka seperti apa yang diungkapkan oleh Al-Mawardi rahimahullah dalam kitabnya: Adabud Dunia Wad Din hal. 78, dia berkata: "Aku telah melihat contoh orang yang termasuk di dalam kelompok ini; seorang lelaki yang berdebat pada sebuah majlis yang dihadiri oleh khalayak, lawannya telah mengemukakan dalil-dalil yang benar, sebagai jawaban balik terhadap dalil tersebut dia mengatakan: "Sesungguhnya ini adalah penyimpulan hukum yang salah dan kesalahannya adalah karena guru saya tidak menyebutkan masalah tersebut dan sesuatu yang tidak disebutkan oleh guru saya tidak memiliki nilai kebaikan padanya. Akhirnya lawan debatnya diam terheran".

          Ibnu Qutaibah rahimhullah berkata di dalam kitabnya, Muqaddimah Ishlahi Galathi Abi Ubaid, hal. 47: "Dahaulu kita memohon maaf karena kebodohan kita, namun sekarang kita memohon maaf karena ilmu yang kita miliki, dahulu kita berterima kasih kepada orang lain karena dia mengingatkan dan menunjuki kita, namun sekarang kita rela dengan sikap diam, keadaan ini bukanlah hal yang aneh saat kondisi telah berubah, dan tidak pula diingkari saat zaman telah berubah. Hanya kepada Allah kita berharap agar diberikan pengganti yang baik dan hanya kepadaNyalah kita mohon pertolongan".

          Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para shahabtnya,,,.

 Kata Pengantar  Abdullah bin Sulaiman Al-Mani'

Kepala Pengadilan Tinggi Bagian Barat Makkah Al-Mukarramah dan Anggota Majlis Ulama Kerajaan Saudi Arabia

Segala puji bagi Allah, Tuhan yang memlihara manusia, Sembahan manusia, Tuhan yang menguasai subuh, apa yang dikehendakiNya pasti terjadi, dan apapun yang tidak dikehendakiNya pasti tidak akan pernah terjadi, tiada daya dan upaya kecuali dengan kehendakNya, shalawat dan salam kepada Rasul Allah, keluarga dan para shahabatnya, Amma Ba'du:

Aku telah membaca buku ini, yang telah ditulis oleh yang mulia Syekh Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Sadhan, yang membahas tentang ruqyah syari'yah dan pengaruhnya, sebagai terapi dari berbagai macam penyakit, terutama penyakit ain[2] berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam:

                             لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْنٍ أَوْحَمَةٍ  

"Tidak ada ruqyah kecuali karena penyakit ain atau (imflikasi sengatan yang) beracun". Saya melihatnya sebagai hasil tulisan yang yang sangat berharga dan bermanfaat, sumbernya adalah kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wa Sallam serta apa-apa yang dibukakan oleh Allah bagi para hambanya berupa do'a, rintihan pengaduan, permohonan dan ketergantungan hanya kepada Allah; tidak kepada selainNya.

Tidak meragukan lagi bahwa pembahasan tentang masalah ini sangat penting dan dibutuhkan pada setiap zaman dan tempat, penulisnya adalah seorang yang sudah dikenal kelurusan aqidahnya, kelurusan pemikiran dan ketaqwaannya, semoga Allah memberikan balasan yang baik bagi dirinya, dan menjadikan tulisan ini, ilmu dan upaya pengarang yang hanya mencari keredhaan Allah sebagai usaha yang memberikan manfaat bagi saudara-saudaranya yang seiman, yaitu mereka yang terjengkit penyakit hasad, orang-orang yang bersifat hasad dan orang yang terkena penyakit ain (Ma'yun) serta orang-orang yang menyebarkan penyakit ain (Aa'in).

Sangat disayangkan, sebagian orang berprasangka buruk terhadap saudaranya sendiri, padahal sebagian dari prasangka buruk adalah dosa, dan ini merupakan prasangka buruk yang mendatangkan dosa bagi pelakunya. Mereka berprasangka negatif terhadap aqidah dan pemikiran saudaranya sendiri saat melihat atau mendengar bahwa ia bertanya kepada pasiennya: Apakah ada orang terabayang di dalam benakmu? (saat meruqyah seorang pasien) dan prasangka ini bukan pada tempatnya, padahal saudaranya tersebut sedang mempraktikkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam saat beliau meruqyah Sahl bin Hunaif: "Apakah engkau mencuriagai seseorang?". Dia dengan apa yang ditanyakannya sedang melaksanakan dan menjalani sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Dia telah menyebutkan bahwa beberapa pasien saat diruqyahnya dan bertanya kepadanya: Apakah engkau mencurigai seseorang?, Apakah ada orang yang tergambar di dalam benakmu? Apakah engkau melihat sesuatu yang menyakitimu di dalam mimpimu?, dan wawancaranya ini bersama pasien bukanlah tindakan yang mesti menimbulkan keraguan di dalam aqidah dan kebenaran kayakinannya, sebagaimana hal ini juga tidak termasuk praktik paranormal, kebohongan dan perdukunan saat dirinya menampilkan tindakan seakan-akan mengetahui seluk beluk penyakit, sebab-sebab dan obatnya. Saudara yang kita cintai ini sangat jauh dari apa yang dituduhkan tersebut dan tidak termasuk golongan mereka yang sesat.

Allah telah memberikan manfaat dengan ruqyahnya tersebut orang-orang yang telah terserang penyakit jiwa dan pasien yang lainnya, dari mereka yang terjangkit penyakit jasmani, dan Allah memberikan nikmat baginya dengan kesuksesan menjalankan praktik ruqyah, hal ini termasuk karomah dari Allah. Dan semoga sebab keberhasilan ini adalah karena ketaqwaannya kepada Allah, dan harapan hanya untuk mendapakan pahala dan bertaqarrub kepada Allah serta memberikan manfaat bagi saudaranya yang seiman. Dan tidak diragukan lagi bahwa buku ini menyingkap hakekat pemikirannya dan keselamatan dirinya dari apa yang diprasangkakan, juga tidak diragukan lagi bahwa perkaranya seperti apa yang sebutkan oleh Allah:

إِنَّ بَعْـضَ الظَّـنِّ إِثْـمٌ

 "Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa"[3]

Untuk menyempurnakan manfaat pembahasan buku ini, aku sangat senang mempersembahkan sebuah tulisan yang berhubungan dengan ruqyah syar'iyah agar menjadi bagian dari buku anak kita ini, yang mulia syekh: Muhammad Al-Sadhan, semoga Allah memberikan taufiq dan inayahNya bagi pengarang buku ini.

Ditulis pada tanggal 6/3/1422 H.

 Kata Pengantar Syekh Abdullab bin Abdur Rahman bin Al-Jibrin

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan sebab musabbab, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan semua tuhan, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya shallallahu alaihi wa sallam, dan kepada keluarga dan shahabatnya. Wa Ba'du:

Aku telah membaca risalah yang cukup penting, yang berhubungan dengan ruqyah syar'iyah, dalil-dalil dan metodenya, yang telah disusun oleh salah seorang murid saya syekh Abdullah bin syekh Muhammad bin Abdur Rahman Al-Sadhan, dia termasuk seorang murid yang mengkhususkan dirinya dalam membahas ruqyah dan do'a-do'a yang bersumber dari Rasulullah. Banyak buku-buku serupa yang telah ditulis, semoga Allah memberikan manfaat dengannya, di mana buku-buku tersebut mendapat sambutan yang hangat dari kalangan para pembaca untuk menggali manfaat yang terdapat padanya. Surve membuktikan bahwa bahwa ain (sihir mata) diikuti oleh setan dari jenis jin untuk mempengaruhi obyeknya dengan izin Allah secara kauni qodarii[4] berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

اَلْعَيْنُ حَـقُّ وَلَوْ كَانَ شَيْئُ سَابِـقُ اْلقَـدَرِ سَبَقَتْـهُ الْعَيْنُ

"Ain itu hak dan seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului qodar, maka mesti didahului oleh ain".[5]

Dan telah jelas, bahwa pada dasarnya saat seseorang mengobati seorang pasien maka dia dituntut untuk mengetahui Aa'in, sebab Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada keluarga pasien (Ma'yun/Maa'in): "Siapakah orang yang kamu curigai", namun jika Aa'in tidak diketahui maka barulah dianjurkan membaca ruqyah, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam: لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةٌ  (Tidak ada ruqyah kecuali karena penyakit ain dan sengatan beracun). Dan sebatas pengetahuan saya, buku ini sangat baik dalam bab yang membahas masalah ini, banyak orang yang memanfaatkannya, di mana dia mengarahkan masyarakat kepada terapi dengan menggunakan Al-Qur'an dan do'a-do'a yang ma'tsur[6] serta membentengi diri dari wabah dan penyakit dengan menggunakan zikir kepada Allah dalam semua kondisi, sebagaimana disebutkan oleh Allah Ta'ala tentang hambaNya dalam sebuah firmanNya:              َألَّذِيْنَ يَذْكُـرُوْنَ اللهَ قِـيَامًا وَقُـعُوْدًا وَعَلىَ جُـنُوْبِهِـمْ

"Orang-orang yang menyebut Allah baik dengan berdiri, duduk dan berbaring".[7] Maka dengan berzikir kepada Allah seorang muslim akan selamat dari racun lisan dan fitnah ungkapan:

وَلاَ تَكُـوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُـوْا اللهَ فَأَنْسَاهُـمْ أَنْفُسَهُمْ أُوْلئِكَ هُـمُ اْلفَاسِقُوْنَ

"Dan janganlah  kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasiq".[8]

Maka barangsipa yang memuji seseorang yang lalai maka setan akan memanfaatkan kelalaiannya untuk menyakitinya saat dia lupa menyebut nama Allah, Tuhannya. Maka wajib bagi kita untuk membentengi diri dengan berzikir kepada Allah Ta'ala agar kita selamat dari tipu daya setan dan pengikutnya. Kemudian kami tegaskan bahwa metode Ittiham[9] tidak membuka pintu permusuhan dan saling benci sebagaimana yang diduga oleh sebagian orang, sebab bahaya penyakit ain terkadang tidak terbayangkan di dalam benak seorang Aa'in, dan bertanya tentang orang yang dicurigai ini dilakukan untuk mengamalkan hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam agar memudahkan seseorang untuk mengambil bekas dirinya baik keringat atau ludahnya atau sesuatu yang pernah dipegangnya seperti alat untuk mencuci sepatu  atau pakaiannya atau kedua bekas tangannya sekalipun tanpa sepengetahuan dirinya, lalu bekas tersebut ditumpahkan kepada pasien yang sedang sakit maka dia akan bisa sembuh dan bermanfaat dengan izin Allah Ta'ala sebagaimana yang dibuktikan oleh pengalaman dan diperkuat oleh hadits yang shahih. Oleh karenanya, tindakan ini jangan sampai membuka peluang terjadinya permusuhan dan saling memutus hubungan, maka jadikanlah itu sebagai pengalaman yang bermanfaat dan sebab terjadinya persatuan dan saling mencintai dengan memberikan manfaat yang baik kepada seorang muslim dan menghindarkannya dari kemudharatan.

Semoga Allah melindungi dan menjaga kita dari setiap bahaya dan keburukan, berlindung kepadaNya dari kedengkian orang yang dengki dan tipu daya orang yang menipu. Hanya Allah yang mengetahui, shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarga dan para shahabatanya.

Ditulis pada tanggal 17/8/1418 H.

 Kata Pengantar Syekh Doktor Nashir bin Abdul Karim Al-Aql

Dosen Universitas Islam Imam Ibnu Su'ud, jurusan Ushuluddin, bagian Aqidah dan pemikiran moderen.

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para shahabatnya. Wa Ba'du:

Saya telah membaca buku yang berjudul:

 كَيْفَ تُعَالِجُ مَرَضَكَ بِالرُّقْيَةِ اّلشَرْعِيَّةِ  karangan syekh Abdullah bin Abdur Rahman Al-Sadhan, membacanya lebih dari sekali, dan saya menyimpulkannya sebagai buku ilmiyah yang sangat bermanfaat yang menggabungkan antara orisinalitas syara' dan pengalaman yang benar, dan tidak nampak bagiku di dalam kitab tersebut sesuatu yang menyalahi prinsip-prinsip aqidah. Fenomena yang muncul pada akhir-akhir ini tentang takhyil (ilustrasi), di mana saya telah membahasnya dengan syekh Abdullah, maka saya menemukan pemikiran beliau yang benar sesuai dengan syara', alhamdulillah. Dan kita telah sepakat bahwa gambaran apapun yang menghampiri seorang pembca ruqyah (roqi) atau ilustrasi apapun yang tersirat pada benaknya tentang pribadi beberapa orang yang tidak ada di hadapannya, yang dianggap menyebabkan terjadinya mudharat bagi seseorang baik dengan penyakit ain, sihir dan yang lainnya tidak mempunyai dasar secara syara'. Namun jika pasien tersebut mengingat dan menyadari suatu peristiwa, sikap dan kalimat atau yang lainnya, di mana dia bisa menyebutkan seseorang yang dicurigai menyebabkan penyait ain pada keadaan tersebut atau sesuatu yang menyakitinya, maka perbuatan ini mempunyai landasan di dalam syara' seperti yang sebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: "Sipakah yang engaku curigai?", atau Allah memuliakan orang yang dikehendakiNya dengan memberikannya karomah tertetentu atau mimpi baik yang memberikan manfaat baginya, maka dia adalah sebagian dari tanda datangnya kabar gembira apabila memenuhi syarat-syarat syar'i.

Adapun jika seorang qori/roqi([10])[11] memaksakan diri untuk berilustrasi dan menjadikannya sebagai dalil yang qoth'I (pasti) untuk mengetahui aa'in atau orang yang menyebabkan penyakit ain maka perbuatan ini tidak mempunyai dasar syar'I, sebatas yang saya ketahui, bahkan bisa menjadi medan bagi tipu daya jin dan setan.

Inilah yang bisa saya tulis, saya mohon kepada Allah semoga kita semua mendapat taufiq, kebenaran dan petunjukNya.

Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluaraga dan para shahabatnya.

Ditulis pada tanggal, 20/8/1418 H.

 Kata Pengantar Syekh DR. Muhammad bin Abdur Rohman AL-Khamis

Dosen Universitas Islam Imam Ibnu Su'ud, jurusan Ushuluddin, bagian Aqidah dan pemikiran moderen.

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para shahabatnya. Wa Ba'du:

Kepada Saudara: Abdullah Al-Sadhan               Semoga Allah menjaganya.

Assalamu Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu.

          Saya  telah membaca kitab anda yang berjudul:

كَيْفَ تُعَالِجُ مَرَضَكَ بِالرُّقْيَةِ اّلشَرْعِيَّةِ

saya mendapatkannya sebagai sebuah buku yang sangat bermanfaat yang menggabungkan antara adanya pengaruh dan manfaat ruqyah syar'iyah dan berda'wah dengannya, serta antara adanya pengaruh obat medis yang materi dan tidak mengingkari manfaatnya. Buku ini telah berusaha untuk menggabungkan anatara dua proses terapi ini, yang diperkaya dengan atsar-atsar yang menjelaskan masalah ini, dan didukung oleh pengalaman panjang sang penulis (buku ini) di dalam bidang yang bersangkutan, terlebih pada zaman kita sekarang ini, di mana banyak orang yang dijangkiti berbagai penyakit karena meremehkan syari'at Allah dan lalai mengingatNya. Banyak di antara mereka yang tidak menoleh kepada ruqyah syar'iyah dan tidak memberikan perhatian baginya, hanya mencukupkan diri dengan memanfaatkan obat-obatan medis yang bersifat materi semata. Sebagian orang membantah adanya penyakit ain dan pengaruhnya, sehingga tidak menganjurkan mempergunakan ruqyah syar'iyah. Fenomena ini terjadi pada saat penyembhan secara medis tidak mampu menagani banyak penyakit. Oleh karena itulah, saya mendapatkan buku ini terbit pada waktu yang tepat dan sangat bermanfaat di dalam bidangnya.

Saya mohon kepada Allah semoga Dia berkenan memberikan ganjaran yang baik bagi penulis dan menjadikannya pada timbangan amal kebaikannya pada hari kiamat.

Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluaraga dan para shahabatnya.

 Muqaddimah Cetakan Ke-empat

Segala puji hanya milik Allah, kami memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan prilaku kami, barangsiapa yang diberikan petunjuk oleh Allah maka tiada seorangpun yang mampu menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkanNya tiada sorangpun yang mampu memberikannya petunjuk.

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah yang tiada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Wa ba'du:

Saya telah mengajukan materi yang terdapat di dalam kitab ini kepada beberapa ulama, mereka -dengan rahmat Allah- mendukung metode yang saya dalam buku ini, yaitu Ittiham ( sebuah metode terapi yang berlandaskan pada prasangka terhadap seseorang) dan meruqyahnya dengan niat memberikan petunjuk dan penyembuhan, namun sebagian kecil dari penuntut ilmu tidak puas dengan metode ini, hal ini kembali pada ketidakadaan gambaran di dalam benak mereka tentang masalah ini, dan hukum terhadap sesuatu didasarkan gambaran tentang sesuatu tersebut, atau karena tidak dipraktikkan, karena taqlid atau keinginan untuk membantah, atau alasan ingin bersikaf wara' yang tercela.

Syekhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: "Oleh karenanya, seorang yang kuatt agamanya dan bersikap wara' membutuhkan pengetahuan yang banyak tentang kitab, sunnah dan pemahaman yang mendalam tentang agama, sebab jika tidak demikain, sikaf wara' yang menyimpang lebih banyak merusak daripada memberikan manfaat, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang kafir dan para ahli bid'ah, seperti kelompok Khawarij, Rawafidh dan yang lainnya".[12]

Maka, orang yang membela pendapat yang tidak kuat dengan kedok bersikap wara', sangat tepat baginya hadits Abdullah bin Mas'ud radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ نَصَرَ قَوْمَهُ عَلىَ غَيْرِ اْلحَقِّ فَهُوَ كَالْبَعِيْرِ الَّذِي رُدِّي فَهُوَ يُنْزَعُ بِذَنَبِهِ

"Barangsiapa yang membela kaumnya bukan dengan landasan kebenaran, sama seperti onta yang terpeosok, lalu ekornya ditarik (untuk menyelamatkannya)".[13]

Perbuatan seperti ini bisa membunuh potensi berfikir yang berlandaskan pada Al-Qur'an dan Sunnah RasulNya shallallahu alaihi wa sallam, imam Al-Syaukani berkata: "Sesungguhnya sikap obyektif seseorang tidak akan terbentuk sampai orang tersebut mengambil setiap bidang ilmu dari spesialisnya, siapapun orangnya. Namun jika seseorang menimba ilmu dari yang bukan ahlinya, menguatkan pendapat orang yang berilmu pada suatu bidang yang dia tidak ahli padanya, dan berpaling dari pendapat orang yang ahli pada bidangnya, maka dia akan mengacau dan mencampur adaukkan masalah, juga akan mengemukakan perkataan dan menguatkan pendapat yang jauh dari standar penguasaan, dan dia mesti menemui kenyataan tersebut".[14]

Seorang penyair berkata:      أَسَأْتَ إجَابَةً وَأَسَأْتَ فَهْمًا      إِذَا لَمْ يَكُنْ لَكَ حُسْنُ فَهْمٍ

     Jika anda tidak memiliki penguasaan yang baik

Anda akan buruk saat menjawab dan memahami.

Demi Allah!. Tidak ada seorangpun yang berdiskusi dengan kami dalam masalah ittiham (dalam rangka pengobatan penyakit ain) kecuali mereka membutuhkan metode seperti ini-dengan karunia Allah semata. Semoga Allah membukakan segala kesulitannya! Agar Allah berkenan menampakkan yang hak dengan kalimahNya, sungguh kami telah meninggalkan berdebat dalam masalah ini dan mencukupkan diri dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sang penunjuk jalan kebenaran:

أَنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ اْلَجنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ اْلِمرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقَّا                    

"Saya akan menjamin sebuah rumah di sebuah tempat di surga bagi orang yang meninggalkan berdebat seklipun dia benar".[15], Aku berpesan kepada orang yang berjalan dengan metode ini: Berjalanlah dengan curahan berkah dari Allah, dan camkanlah perkataan Imam Wahab bin Manbah: (Tinggalkanlah bangga diri dan perdebatan. Sungguh, engaku tidak pernah dikalahkan oleh dua orang: orang yang lebih alim dari kamu, sebab bagimana mungkin anda akan mendebat orang yang lebih alim dari dirimu? Dan orang, di mana anda lebih mengerti dari dirinya, bagaimana mungkin anda akan memusuhi dan mendebat orang di mana anda lebih mengerti dari dirinya, sementara dia tidak memberikan manfaat apapun bagimu".[16]

          Berangkat dari firman Ta'ala:     فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَئٍ فَرُدُّوْهُ إِلىَ اللهِ وَالرَّسُوْلِ

"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rsaul (sunnahnya)".[17]. Oleh karenanya, wajib bagi kita untuk memahami nash-nash wahyu sebagaimana mestinya dan sesuai dengan metode yang telah ditetapkan oleh syara' yaitu dengan kembali kepada ulama umat ini. Pada mulanya, saya mengajukan kitab ini kepada syeikh Abdullah bin Jibrin semoga Allah memanjangkan umurnya, maka beliau mendukung kami dengan ungkapan yang terukir dengan tinta emas dan memberikan motifasi bagi kami untuk melanjutkan pembahasan-semoga Allah menjadikannya sebagai amal shaleh bagi diri beliau-lalu saya mengajukannya kepada syeikh Abdul Aziz bin Baz-semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada beliau-pada saat beliau masih hidup, saya juga memperoleh dukungan yang penuh dari beliau, kitab ini telah dibacakan kepada beliau oleh yang mulia syeikh Muhammad Musa,- semoga Allah menjaganya- selaku penanggung jawab kantor beliau pada saat itu. Di dalam kitab ini beliau memberikan dua catatan sebagai masukan: Pertama: Masalah meminum bekas aa'in (orang yang menjadi sebab penyakit ain). Syeikh menegaskan bahwa pada dasarnya dalam masalah ini adalah seseorang yang terkena harus mandi (dengan air bekas orang yang menjadi sebab penyakit ain), sebab nash menerangkan hal yang demikian. Lalu saya bertanya: "Apakah ada larangan jika seseorang meminumnya?, sebab realita ini sudah dikenal oleh masyarakat di negeri ini?. Lalu syekh menambahkan: Pada dasarnya hanya dengan mandi saja". Lalu seorang yang hadir berkata:  "Demi Allah wahai syekh kami tidak sembuh kecuali dengan meminumnya". Maka syekh tersenyum, lalu saya segera bertanya: "Bagaimana paendaptamu wahai syaekh?" Beliau menjawab dengan satu kata: "Jika demikian maka dia boleh mandi dan meminumnya".[18]

Masukan yang kedua, tentang tulisan saya di dalam buku ini yang menjelaskan adanya gelombang kekuatan tertentu yang terkandung di dalam ludah, keringat, rambut, kuku dan darah seseorang. Beliau bertanya: Apakah gelombang ini dapat dibuktikan secara ilmiyah?. Aku menjawabnya bahwa gelombang ini adalah kekuatan permanent yang telah pastikan keberadannya di dalam ilmu radiology yang dikaji di Eropa, dan saya sendiri telah meneliti tentang kenyataan ini melalui alat video back. Maka syekh -Semoga Allah mencurahkan rahmat baginya- mengatakan: "Jika ia dipastikan wujudnya secara ilmiyah, maka aku mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah menundukan ilmu pengetahuan untuk membuktikan kebenaran agama ini".

          Setelah wafatnya syekh bin Baz rahimahullah, aku mengajukan buku ini kepada guru kami, yang mulia syaekh Muahmmad bin Utsaimin rahimhullah pada masa hidup beliau, dan merupakan kemuliaan bagi saya untuk bisa bertemu dengan beliau dan beberapa penuntut ilmu selama dua bulan, beliau menyetujui dan mendukung penulisan buku ini, beliau menegaskan: "Manfaatkanlah sesuatu apapun yang (dibolehkan)  untuk pengobatan".

          Terakhir saya mengajukan buku ini kepada yang mulia guru kami Abdullah bin Sulaiman Al-Mani', semoga Allah menjaganya dan menjadikannya bermanfaat bagi umat ini, beliau –alhamdulillah-mengakui kebolehan metode ittiham, sebab fatwa yang diputuskan oleh badan riset  ilmiyah dan fatwa kerajaan Saudi Arabia berhubungan dengan larangan terhadap metode penyembuhan secara takhyiil[19] (yaitu mengkhayalkan atau menggambarkan tentang rupa orang yang tertuduh menjadi sebab terjadinya penyakit ain. Pen.), sebab metode ini mengandung unsur kerja sama sengan setan. Dan syaekh-semoga Allah menjaganya-teramsuk salah satu anggota yang teragabung di dalam badan fatwa yang terhormat ini, dan beliau pasti telah mengetahui tentang isi fatwa tersebut. Saya sangat tertarik untuk mengetengahkan metode ittiham terhadap aa'in dan kebolehannya secara syara', serta perebedaan antara metode takhyiil yang diharamkan dan metode ittiham yang perbolehkan di dalam hadits, dengan tujuan memutuskan jalan pemikiran orang yang meragukan kebolehannya dan orang yang masih mancari tentang kebolehan secara syara' bagi experiment yang terdapat dalam kitab ini, di mana saya berusaha secara maksimal untuk mengembalikan kitab ini pada dasarnya yang syar'I, segala puji saya ucapkan hanya kepada Allah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad.

أُلئِكَ آباَئيِ فَـجِئْنِي بِمِثْلِهِمْ            إِذَا جَمَعَتْنَا يَا جَرِيْرُ الْمَجَامِعُ

Mereka adalah bapak-bapakku, berikanlah aku orang seperti mereka

Saat kita dipertemukan wahai Jarir, dalam sebuah pertemuan.

Abdullah Al-Sadhan, Ramdhan yang penuh berkah 1/ 9 / 1422 H.

 Pendahuluan

Segala puji bagi Allah yang telah berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُوْرِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada dalam) dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman".[20]

Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muahmmad yang telah bersabda:

إِنَّ اللهَ لَمْ يُنْـزِلْ دَاءً إِلاَّ وَأَنْـزَلَ لَهُ شِـفَاءً عَلِمَهُ مَـنْ عَلِمَهُ وَجَهِلـَهُ مـَنْ جَهِلَهُ

"Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali menurunkan baginya penawar, diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya".[21] Amma Ba'du:

          Di akhir-akhir ini muncul fenomena terafi dengan Al-Qur'anul Karim,  tentu ini adalah sebuah fenomena yang bagus. Akan tetapi, hal yang sangat mengherankan dan disayangkan adalah terjunnya orang-orang yang bodoh yaitu orang-orang tidak memiliki ilmu syara' padanya, akhirnya berubah menjadi transaksi yang beroirentasi keuntungan materi dan memakan harta orang dengan cara yang bathil. Di sisi lain, sebagian besar masyarakat masih sangat respect terhadap pengobatan jasmani semata dan meninggalkan pengobatan secara syar'I. Realita inilah yang mendorong saya untuk menyusun buku yang sederahana ini, yaitu saat saya menyaksikan kebutuhan masayarakat, khususnya para ahli ruqyah untuk merivisi aqidah yang mereka yakini (padahal mereka adalah umat yang bertauhid), dengan menjauhkan mereka dari ketergantungan kepada perbuatan bid'ah, mantra-mantra dan khurofat para pelaku tasauf yang datang dari luar, di samping kelalaian para dokter dengan asfek keimanan dalam mengobati penyakit dan sikap mereka yang meremehkan ruqyah syara' yang benar.

          Harus ada batasan-batasan tertentu yang menjadi rambu-rambu, dan harus ada klinik Al-Qur'an untuk menjaga aktifitas ini dari pemanfaatan para dukun dan para pembohong, dibarengi dengan penjelasan tentang hukum-hukum syara' tentang masalah ruqyah ini, yang didasarkan pada dalil-dalil yang benar, Al-Qur'an dan As-Sunnah. Klinik Al-Qur'an ini diupayakan berdampingan dengan klinik-klinik kedokteran jasmani dan pengobatan kejiwaan di berbagai rumah sakit dibawah payung yang remsi. Bersamaan dengan itu, harus dibarengi dengan upaya menyeleksi para pembaca ruqyah yang  handal, yang sudah diakui kebaikan akhlaqnya dan kemampuan ilmu syara'nya  berdasarkan standar pengawasan yang baku, sehingga dengan aktifitas ini akan terhimpun dua landasan, yaitu landasan penyembuhan, yaitu ruqyah syariyah, dan sebab penyembuhan yaitu upaya-upaya medis. Dan metode inilah yang dikembangkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  dalam mengobati suatu penyakit, beliau bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالشِّفَائَيْنِ الْقُرْآنُ وَالْعَسَلُ

"Hendaklah kalian memanfaakan dua pengobatan: Al-Qur'an dan madu".[22]

Imam Al-Suyuthi berkata: "Dalam sabda ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menggabungkan dua usaha penyembuhan yaitu usaha manusiawi dan penyembuhan ilahiy".[23]

Sebab, biasanya beberapa penyakit disebabkan oleh ain, dan makna hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: "اَلْعَيْنَ حَقٌّ" Ain itu adalah haq adalah sebuah ungkapan (kekaguman, pujian dan lain-lain) tanpa dibarengi menyebut nama Allah (Dia adalah racun lidah), yang dimaksud bukan indra mata. Namun dinamakan dengan nama (ain) sebab matalah yang tahu tentang realita sesuatu, maka pada saat itulah setan-setan yang hadir disekitar dirinya meluncur (bersama ungkapan tersebut) dan berjalan untuk menyakiti obyek (orang yang disifati) dengan izin Allah, dan difinisi syar'I tentang masalah ini-sepengetahuan saya- belum disebutkan oleh para ulama. Oleh karena itulah saya sangat memperhatikan dan memperkuat urgensinya secara syara' dengan meminta bantuan Allah Azza Wa Jalla, kemudaian bantuan guru-guru kami yang secara khusus membidangi aqidah, dan inilah yang terpenting.[24]

Semoga Allah, Tuhan Yang Maha Mulia, Tuhan Arsy yang agung memberikan manfaat dengan tulisan ini setiap orang yang membacanya dan menyebarkannya serta berdo'a bagi pengarangnya:

إِنْ أُرِيْدُ إِلاَّ اْلإِصْلاَحَ مَا اسْتَطَعْتُ

 "Aku tidak bermaksud kecuali mendatangkan perbaikan selama aku masih berkesanggupan".[25]

Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluaraga dan para shahabatnya.

 P A S A L     P E R T A M A  C A R A    P E N G O B A T A N

Sebelum mengobati penyakit apapun, terdapat beberapa langkah dan kaidah-kaidah penting yang harus dimanfaatkan, yaitu:

 1-Firasat

Firman Allah Ta'ala:                                                    إِنَّ فِي ذلِكَ َلآيَاتٍ لِلْمُتَوَسِّمِيْنَ

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang yang memperhatikan tanda-tanda". QS. Al-Hijr: 75. Pirasat menempati salah satu kedudukan "إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإَِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ" sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitabnya: Madarijus Salikin. Mujahid menafsirkan ayat (لِلْمُتَوَسِّمِيْنَ) dengan mengatakan: bagi orang-orang yang berfirasat, Ibnu Abbas radhiallahu anhu berakata: bagi orang-orang yang memperhatikan, Qotadah berkata bagi orang-orang yang mengambil ibrah, dan Muqotil berkata bagi orang-orang yang berfikir.

          Firasat adalah menjadikan keadaan yang terlihat untuk menyingkap situasi yang tidak terlihat. Landasan kita dalam masalah ini adalah hadits riwayat Ummu Salamah bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat seorang wanita di rumahnya, dan pada wajahnya terdapat saf'ah, maka beliau bersabda: اِسْتَرْقُوْا لَهَا فَإِنَّ بِهَا النَّظْرَةَ "Ruqyahlah dia, sesungguhnya dia ditimpa penyakit yang disebabkan oleh pengelihatan". Kata "Saf'ah" Ibnu Hajar mengatkan di dalam kitab Fathul Bari: Ibrahim Al-Harbi mengatakan: warna kehitam-hitaman yang menyelimuti wajah, Al-Ashma'I mengatakan: warna kemerah-merahan yang diliputi warna hitam, dikatakan juga maknanya adalah warna kekuning-kiningan, Ibnu Qutaibah berkata: sebuah warna (yang menempel pada wajah) yang berbeda dengan warna wajah, semua penafsiran di atas saling berdekatan, jika warna asli wajah adalah merah maka saf'ah berwarna hitam pekat, jika kulit wajah putih maka saf'ah berwarna kuning, dan jika kulit wajah berwarna hitam maka saf'ah berwarna merah yang diliputi warna hitam.[26] Oleh karenanya harus melihat pada perubahan warna wajahnya jika orang yang terkena tersebut seorang lelaki, adapun permpuan maka tidak diperbolehkan untuk melihat pada wajahnya keculai jika orang yang membaca ruqyah tersebut sebagai mahrom bagi perempuan tersebut.

             2-Mendiagnosa Jenis Penyakit.

          Tindakan memukul, mencekik, memasukkan zat tertentu ke dalam hidung dan strum listrik pada tahap awal adalah tindakan yang terkadang tidak mendatangkan manfaat, bahkan bisa membawa pada akibat yang fatal baik bagi orang yang membaca ruqyah atau pasien yang diruqyah. Oleh karenanya, bertahap dalam langkah pengobatan dibutuhkan, sebab masuknya jin secara total atau sebagiannya ke dalam kemungkarannya harus dirubah sesuai dengan derajat kemungkaran yang sedang dilakukan. Dan mengawali pengobatan dengan membaca ruqyah kepada pasien, pada dasarnya termasuk proses penyembuhan. Pada saat yang sama, dibarengi mengajak jin yang sedang merasuki tubuh tersebut kepada hidayah. Kalau kita perhatikan keadaan orang-orang sakit karena kesurupan jin dan cara Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam mengobatinya maka engkau akan tahu setelahnya hikmah dan pengaruh bacaan tersebut. Di antaranya:

1. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu bahwa seorang wanita datang dengan membawa anaknya dan mengadu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: "Wahai Rasulullah! anakku ini mengidap penyakit gila. Terkadang, saat kami makan siang atau makan malam dia tidak sadar dan akhirnya membuat kerusakan", Ibnu Mas'ud melanjutkan: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengusap dadanya dan berdo'a baginya; akhirnya anak tersebut terbatuk-batuk dan keluar dari tenggorokannya sesuatu seperti anak anjing hitam lalu berjalan".[27]

2.    Diriwayatkan oleh Ahmad dari hadits Ummu Abban binti Al-Wazi', dari bapaknya, dia bercerita: bahwa kakeknya pergi menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan seorang anakknya yang mengidap penyakit. Rasulullah berkata kepadanya: "Dekatkanlah dia kepadaku dan jadikanlah punggunggnya menghadapku", Maka beliau mengumpulkan ujung atas dan bawah bajunya lalu memukul punggungnya sambil berkata: "Hinalah kamu wahai musuh Allah", setelahnya, anak tersebut berbalik dan memandang dengan pandangan yang benar. Dalam riwayat Ibnu Majah dari Utsman bin Abil Ash diriwayatkan dengan lafaz: "Keluarlah wahai musuh Allah".[28]

3.    Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam kitab Dala'ilun Nubuwah dalam sebuah hadits yang panjang riwayat Usamah bin Zaid berkata: Aku keluar bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam perjalanan melaksanakan ibadah haji, lalu datanglah seorang wanita di sebuah tempat bernama Bathnir Rauha' sambil membawa seorang anak lelakinya dan mengadu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Wahai Rasulullah anakku ini tidak pernah sadar sejak aku melahirkannya samapai hari ini", maka Rasulpun mengambil anak tersebut lalu meletakkannya di antara dada beliau dan tunggangan ontanya dan meludah pada mulutnya sambil berkata: "Keluarlah wahai musuh Allah, sesungguhnya saya adalah Rasulullah", kemudian beliau memberikannya kepada ibunya: "Ambillah, dia tidak apa-apa".[29]

4.    Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dari Hansy Al-Shan'ani dari Abdulah bin Mas'ud bahwa dia membaca ruqyah pada telinga seorang yang ditimpa penyakit, kemuidan orang tersebut sadar, maka Rasulullah berkata kepadanya: Apa yang engkau baca pada telinganya? "Aku membaca firman Allah Ta'ala: "أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا ,,،," Apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu secara main-main…." Beliau membaca dari surat Al-Mu'minun ayat 115-118. Maka Rasulullah menjawab: "Seandainya seorang lelaki yang diberikan taufiq oleh Allah membacanya di hadapan gunung-gunung, niscaya gunung tersebut akan lenyap". Al-Haitsami berkata: dalam sanad hadits tersebut terdapat Ibnu Luhai'ah dan dinyatakan lemah, haditsnya hasan sementara sanad-sanad yang lain shahih.[30]

Keberagaman ini disebabkan adanya keberagaman keadaan dan cara pengobatan, kenyataan inilah yang bisa menjelaskan bagi kita kegagalan beberapa pembaca ruqyah saat menghadapi pasien; mereka berpegang secara monoton pada satu keadaan saja.

     3. Al-Qur'an adalah Penyembuh bagi segala penyakit.

     Pada dasarnya, setiap pengobatan harus menggunakan Al-Qur'an, setelahnya barulah menggunakan obat-obatan sekalipun pada penyakit jasmani. Tidak seperti yang diyakini oleh para pembaca ruqyah yang bodoh, bagi orang yang berpenyakit jasmani diharuskan ke rumah sakit, dan orang yang berpenyakit jiwa wajibkan pergi ke rumah sakit jiwa dan jika penyakitnya bersifat rohani, maka pengobatannya dengan menggunakan bacaan ruqyah!!, Dari mankah mereka mendapatkan pembagian seperti ini?. Al-Qur'an adalah penawar dan obat bagi hati, penyehat badan dan penyembuh baginyanya, Allah berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ اْلقُـرْآنِ مَا هُـوَ شِـفَاءٌ

     "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar".[31] Perhatikan ungkapan Al-Qur'an pada kata:  شِـفَاءٌ(yang berariti penawar dalam bahsa Indonesia) dan tidak dengan menggunakan kata دَوَاءٌ (yang berarti obat) sebab hasilnya nyata, sementara obat, mungkin dengan sebab obat tersebut orang bisa sembuh atau terkadang tidak mempunyai pengaruh. Ibnul Qyyim dalam kitabnya Zadul Ma'ad mengatakan: Al-Qur'an sebagai penawar total bagi semua penyakit, baik penyakit hati dan penyakit badan, di dunia dan ahkirat. Dan tidak semua orang diberikan kesiapan dan kemudahan untuk sembuh dengan Al-Qur'an, jika orang yang sakit berobat dengan cara yang baik (dengan ruqyah), dan mengobati penyakitnya dengan keyakinan yang mantap, iman yang kuat, penerimaan yang sempurna, keyakinan yang teguh, dan memenuhi semua syaratnya niscaya penyakit tidak akan mampu menghadapinya, bagaimana mungkin suatu penyakit mampu menghadapi firman Allah, Tuhan langit dan bumi, yang apabila firman tersebut diturunkan kepada gunung-gunung niscaya dia meluluhkannya atau kepada bumi niscaya akan menghancurkannya.  Dan tidaklah ada penyakit baik, penyakit hati dan badan kecuali Al-Qur'an telah menunjukkan baginya cara pengobatan dan sebab-sebab penyembuhannya. Orang yang tidak sembuh dengan Al-Qur'an tidak akan disembuhkan oleh Allah, orang yang tidak mencukupkan diri dengan Al-Qur'an, maka dia tidak akan pernah dicukupkan oleh Allah".[32]

Oleh karenanya harus diberengi dengan keyakinan dan berbaik sangka kepada Allah: (sebab di antara syarat agar obat bermanfaat bagi seorang yang sakit adalah sikapnya yang menerima obat tersebut dan meyakini manfaatnya bagi kesembuhan dirinya)[33] dan firman Allah tidak boleh dijadikan sebagai obyek experiment sebab tindakan ini adalah cermin kerancuan di dalam keyakinan, namun sendainya seseorang mencoba air zam-zam dan hal tersebut bermanfaat bagi kesembuhannya, maka hendaklah diyakini dan dipercayai bahwa manfaat tersebut datang dengan izin Allah.

Pembahasan tentang penyambuhan dengan mempergunakan Al-Qur'an untuk penyakit jasmani adalah pembahasan yang panjang, namun demikian saya ingin memberikan beberapa contoh: Terdapat beberapa penyakit baik jasmani atau kejiwaan, di mana setan berperan besar dalam perkembangan penyakit tersebut, hal itu disebabkan karena setan mempunyai kemampuan dalam mengendalikan peredaran darah sebagaimana yang ditegaskan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ

"Sesungguhnya setan berjalan dalam diri anak Adam dalam peredaran darahnya".[34] Di antara hal negatif yang diperankan adalah:

Memunculkan Marah. Marah adalah sebab utama bagi timbulnya berbagai penyakit, oleh karena itulah Nabi shallallahu alaihi wa sallam berpesan kepada seorang yang berkata kepada beliau: "Berikanlah aku wasiat", beliau mengaskan: "Janganlah engkau marah", beliau mengualngi wasiatnya berkali-kali: "Janganlah engkau marah".[35] Pengaruh marah terahdap badan sangat jelas, seperti luk pada lambung (stomach ulcer) yang dibarengi rasa panas dan radang usus besar (nervus spastic colon) adalah akibat marah yang berlebihan. Begitu juga dengan penyakit gula (diabetes) pada sebagian orang adalah akibat rasa cemas yang disebabkan oleh marah. Banyak lagi penyakit dalam yang diakibatkan oleh marah. Di kepala, seperti penyakit rasa pusing, tersendatnya pembuluh darah (thrombosis), tersumbatnya pembuluh darah di dalam otak (cerebral thrombosis), dan lumpuh yang mendadak. Begitu juga penyakit di dalam hati, seperti penyakit kejang jantung (angina pectoris) di mana marah memiliki peran yang besar dalam menimbulkan dan memuncaknya penykit tersebut. Dia adalah sebab utama terjadinya semua keburukan. Marah berasal dari setan. Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala: 

وَاذْكُـرْ عَبْدَ أَيُّوْبَ إِذْنَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ

"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya; "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan".[36] Sampai dikatakan bahwa Ayyub ditimpa dengan seluruh penyakit baik penyakit jasmani dan jiwa. Maka firman Allah yang mengatakan: بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ yaitu keletihan, penyakit dan kepedihan jiwa, dan smuanya dinisbatkan kepada setan, sebab dialah yang menyebabkannya, sebagai sikap berdab kepada Allah.[37]

          Dan segala pujiku bagi Allah, ruqyah telah banyak dibaca untuk menanggulangi berbagai penyakit, khususnya penyakit cronis yang mungkin disebabkan oleh ulah setan, seperti penyakit kanker, tersumbatnya pembuluh darah, asma yang berkepanjangan (acut), lumpuh pada seluruh tubuh (quadrplegia), mandul, diabetes, penyakit hati dan lain-lain, dan semua dapat sembuh dengan karunia dan pertolongan Allah. Sama seperti penyakit tidak teraturnya masa menstrubasi pada sebagian wanita, baik terlambat datangnya atau masanya yang melampaui batas tanpa ada sebab yang jelas, maka sebabnya adalah jin, dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya dua kali tentang masalah tersebut, pada jawaban pertma beliau menjawab: "Itu adalah urat darimu"[38] Pada jawaban yang kedua, pada saat beliau ditanya oleh Hamnah binti Jahsy, dia beratanya: Aku sedang dilanda menstrubasi yang berlebihan, maka beliau menjawab: "Sesungguhnya kejadian itu adalah sebab dari hentakan setan".[39] Maka setan berusaha untuk menahan sebagian darah lalu darah tersebut keluar kembali setelah berlalunya masa haid agar wanita tersebut tidak shalat dan tidak pula membaca Al-Qur'an!. Atau setan tersebut melukai tempat darah untuk membuat wanita tersebut bingung sehingga tidak bisa membedakan darah tersebut. Akibatnya, dia terhenti shalat. Begitu juga dengan penyakit lumpuh, jin menahan anggoa tubuh yang terkena lumpuh pada sebagian orang yang menderita lumpuh sehingga menghentikan gerakannya, keadaan ini dibarengi dengan rasa: tekanan jiwa, dada sesak dan pusing yang berkelanjutan. Namun jika  dibacakan ruqyah pada bagian tersebut dia merasakan kesemutan pada bagian yang ditimpa kelumpuhan, senadainya dia tidak merasakan kesesmutan berarti jin telah meninggalkan tempat tersebut setelah merusak bagian tubuh yang ditempatinya dan bagian tubuh tersebut tetap pada penyakitnya sampai melewati masa yang cukup panjang, keadaan seperti sangat kronis dan membutuhkan kesabaran serta tetap membacakan ruqyah baginya secara berkesinambungan dengan niat agar disemuhkan oleh Allah untuk mengembalikannya pada fungsi yang semula.

Contohnya: penyakit pada alat-alat pencernaan, urat dan tulang, penanggulangannya dengan cara seorang roqi meletakkan tangannya pada bagian yang sakit sambil membaca:

7x أَعُوْذُ بِقُدْرَةِ اللهِ وَعِـزَّتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِر)) ))

rasa sakit akan hilang dengan izin Allah.

Adapun penyakit jiwa yang ditimbulkan oleh setan adalah:

Schizophrenia. Sebuah penyakit pada otak yang sangat berbahaya, di mana para ahli jiwa mengobatinya dengan tablet atau suntikan, sangat  sedikit pasien yang sembuh secara total, dan sungguh Allah telah memberikan manfaat yang sangat besar dengan ruqyah ini bagi mereka yang menderita penyakit seperti ini, di mana mereka kembali sembuh seperti semula.

Hyipochondriasis (Was-was, cemas dan sedih yang tidak beralasan) adalah suatu penyakit yang terkadang disebabkan oleh jin (karena jin tersebut berusaha memutuskan hubungan hamba dengan penciptanya) dia memulai dari wudhu' lalu melangkah menanmkan keraguan kepada manusia dalam masalah aqidah, adapun penyembuhannya:

Pertama: Was-was dalam pikiran: Peyambuhannya dengan berzikir kepada Allah dan tidak menghiraukan was-was tersebut, bahkan harus menentangnya, lalu berlindung dari setan sambil meniup ke sebelah kiri, serta menyibukkan dirinya dan pikiran dengan berzikir kepada Allah, berbuat yang bermanfaat, berkumpul bersama teman dan bersilaturrahmi.

Was-was dalam perasaan (Para psikolog menyebutnya dengan obsessive compulsive) Penyakit ini lebih berbahaya dari was-was dalam pikiran, di mana seseorang meraskan sakit yang tidak tertentu pada bagian tubuhnya. Penanggulangannya -selain apa yang telah disebutkan sebelumnya-hendaklah di mengobatinya dengan tindakan yang nyata: Orang tersebut harus banyak beraktifitas menghilangkan keamalasan dengan mengunjungi kerabat, berkumpul bersama teman-teman, silaturrahmi, mandi dengan air yang dingin untuk mengaktifkan peredaran darah, berolah raga, safar, membangkitakan semangat optimisme, senyum di hadapan saudar semuslim dan rela dengan segala qodar Allah atas dirinya. Dia seperti orang yang berjihad di jalan Allah, Allah Subahanahu Wa Ta'ala berfirman

atas lisan Ayyub Alaihis Salam:

وَاذْكُـرْ عَبْدَ أَيُّوْبَ إِذْنَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ

"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya; "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan".[40] Allah tidak mengatkan berzikirlah kepada Allah untuk mengusir setan tersebut, sebab dia adalah was-was yang bersifat real, maka penanggulangannya haris bersifat nyata pula, bahkan Allah menegaskan:

أُرْكُـضْ بِـرِجْلِكَ هذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَـرَابٌ

(Allah berfirman): "Hentakanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum".[41] Yang dipandang adalah keumuman mkana yang dikandung oleh suatu lafaz bukan kekhususan sebabnya, seperti yang diungkapakan oleh para ulama ushul fiqh.

          Lihatlah kepada Imam Ahmad rahimahullah, sebagaimana yang diceritakan oleh seorang muridanya, Abu Bakr Al-Marwazi: Aku keluar bersama Abi Abdullah …menuju mesjid, pada saat memasuki mesjid maka dia bangkit untuk shalat dua rekaat, dan aku melihatnya mengeluarkan tangannya dari telapak tangannya, yaitu memberi isyarat dengan dua jarinya dan menggerakkan keduanya; pada saat dia menyelesaikan shalatnya, aku bertanya: Wahai Abu Abdullah aku melihatmu memberi isyarat dengan dua jarimu saat engkau sedang shalat? Ia menjawab: Sesungguhnya setan datang menghampiriku dan mengatakan: Engkau belum mencuci kakimu. Aku berkata: Datangkan dua orang saksi.[42]

Defressi Mental: Pengobatannya dengan tinggal di dalam mesjid, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersbada: وَجُعِلَتْ قُـرَّةُ عَـيْنِي فِي الصَّلاَةِ              

"Dan dijadikan kesenanganku pada shalat"[43] Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam jika didatangi oleh perkara yang berat. Jin berusaha agar manusia menyendiri untuk mempermudah mengendalikan dirinya, oleh karena itulah seseorang dilarang menyendiri baik saat tidur, terjaga dan safar. Sehingga apabila setan tidak mampu menggodanya, dia berusaha mengisolirnya secara perasaan, akhirnya dia tidak merasakan keberadaan dirinya di tengah-tengah orang banyak, berfikir yang tidak menentu dan bercerai berai.

          Berbicara tentang cara menanggulangi penyakit jasanai dan rohani dengan Al-Qur'an adalah pembahasan yang panjang, pembahsan lebih luas harus merujuk pada kitab zadul Ma'ad karangan Ibnul Qoyyim, dan cukuplah (sebagai bukti yang harus) kamu ketahui bagaimana syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengobati penyakit jasmani dengan Al-Qur'an pada saat dia menuliskan sebuah ayat bagi orang yang sedang pendarahan:

وَقِيْلَ يَاأَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَاسَـمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيْضَ اْلَماءُ وَقُـضِيَ اْلأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى اْلُجوْدِيِّ وَقِيْلَ بُعْدًا ِللْقُـوْمِ الظَّالِمِيْنَ

"Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu dan hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahterapun berlabuh di atas bukit Judi dan dikatakan: Binasalah orang-orang yang zalim."[44]

Lihatlah pada keagungan firman Allah yang bukan semata untuk angin topan, syaikhul Islam mengumpamakan manusia dengan bumi, dan ini pada dasarnya metode Al-Qur'an di dalam penyembuhan.  Ambillah kata bumi di dalam Al-Qur'an dan kiaskanlah dia dengan manusia: Dan Penyakit tegang dalam urat dan rematik, bacakanlah firaman Allah Azza Wa Jalla atasnya:

وَإِذَا اْلأَرْضُ مُدَّتْ وَأَلْقَتْ مَا فِيْـهَا وَتَخَلَّتْ وَأَذِنَتْ لِرَبِّـهَا وَحُقَّتْ

"Dan apabila bumi diratakan, dan memunathkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya).[45]. Dan untuk penyakit dada, firman Allah Azza Wa Jalla:

أَلَمْ نَشْـرَحْ لَكَ صَدْرَكَ وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ الَّذِي أَنْقَـضَ ظَهْـرَكَ

"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu, dan Kami telah menghilangkan daripdamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu".[46]

Dan untuk penyakit dalam firman Allah Ta'ala:          إِذَا زُلْزِلَتِ اْلأَرْض زِلْزَالَهَا

"Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat)".[47] Begitulah selanjutnya.[48]

         Kesimpulan pembahasan kita di dalam bab ini adalah perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada Aisyah saat beliau masuk kepadanya, sementara seorang wanita sedang mengobatinya, Rasulullah memerintahkan:   عَالِجِيْهَا  بِكِتَابِ اللهِ     "Obatilah dia dengan kitab Allah".[49]

Peringatan Penting: Dengan penjelasn ini bukan berarti seseorang meninggalkan pengobatan secara medis!. Seperti pergi ke rumah sakit untuk mendiagnosa jenis penyakit, akan tetapi pengobatan suatu penyakit pada dasarnya menggunakan terapi Al-Qur'an dan do'a-do'a yang warid dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, di tembah dengan pengobatan secara medis, yang dibarengi dengan suatu keyakinan bahwa kesembuhan datangnya dari Allah, maka apabila Allah menurunkan kesembuhan bagi seseorang maka obat tersebut akan bermanfaat bukan sebaliknya. Sebab Allah Ta'ala berfirman:

وَإِذَا َمرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِي

" Apabila aku sakit maka Dialah yang menyembuhkan aku"[50].

Oleh karenanya, menggunakan obat medis adalah salah satu bentuk terapi, dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam sebagian haditsnya telah mengisyaratkan pada tuntunan ini, seperti apa yang disebutkan dalam sebuah hadits:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ بَرِئَ بِإِذْنِ اللهِ عَـزَّ وَجَلَّ

"Setiap penyakit mempunyai obat, maka apabila suatu obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan izin Allah Azza Wa Jalla".[51]

Dalam sabda yang lain beliau menegaskan:

إِنْ كَانَ فِي شَيْئٍ مِنْ أَدْوِيَتِكمْ خَيْرٌ  فَفِي شرْطَةِ مِحْجَمٍ  أَوْ شُـرْبَةِ عَسَلٍ

"Jika pada obat-oabatan ada manfaat yang baik maka hal itu ada pada belahan untuk berbekam atau minum madu".[52] Maka ucapa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

إِنْ كَانَ فِي شَيْئٍ مِنْ أَدْوِيَتِكمْ خَيْرٌ

(Jika pada obat-oabtanmu ada manfaat yang baik) maka pengertiannya adalah terkadang  suatu obat tidak bermanfaat, sebab dia adalah terapi semata, dan pada dasarnya pengobatan tersebut dilakukan dengan menggunakan ruqyah syar'iyah. Dalam hadits yang lain Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِـهذِهِ الْحَبَّةِ السَّـوْدَاءِ فَإِنَّ فِيْهَا شِفـَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ إِلاَّ السَّامَ وَالسَّامُ اْلمَوْتُ

"Hendaklah kalian mempergunakan habbah sauda' sebab di dalamnya terdapat penawar bagi setiap penyakit kecuali penyakit al-saam, yaitu mati".[53]

Dan beliau memerintahkan kepada seorang lelaki yang perutnya terasa bergerak-gerak: "Minumkanlah madu kepadanya".[54]

Dari Usamah bin Syarik berkata: Aku berada di sisi Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu orang-orang badui datang kepadanya dan berakta: Wahai Rasulullah! Apakah kita harus berobat? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab:

نَعَمْ عِبَادَ اللهِ تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ وَهُوَ اْلَهرَمِ

"Ya kalian harus berobat, sebab sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali Dia telah mennurunkan baginya obat, kecuali satu yaitu penyakit tua".[55] Maka ucapan Rasulullah: تَدَاوَوْا berarti berobatlah atau pakailah obat-obatan, tetapi obat-obatan ini pada dasarna tidak menyembuhkan hanya sebagai sebab semata.

         4. Bacaan secara imijinatif

         Tidak cukup sekedar membaca ruqyah saja, akan tetapi harus mengimijinasikan makana-makna ayat tersebut dan terlarut padanya, dan jika engkau mengiginkan kekuatan pengaruh bacaan ini terhadap jin atau penyakit jasmani, maka hendaklah engkau mengimijinasikan makna yang terkandung di dalam ayat tersebut. Bacaan ini terhadap jin akan berpengaruh[56] dan terhadap anggota tubuh akan menyebabkan kesembuhan, lihatlah kepada cara yang diterapkan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pada pembahsan yang telah lewat, bagimana dia mengimijinasikan bacaan tersebut dengan imijinasi yang bersifat terapi untuk penyakit pendarahan, di mana beliau menyerupakan bumi dengan manusia, dan pendarahan tersebut ditelan bumi, sumber pendarahan mengering, pendarahan menghilang, dan perkaranya telah diputuskan serta berakhir!. Akhirnya, penyakit tersebut sembuh.

         Jika engkau ingin agar khusyu' di dalam shalat, dalam membaca Al-Qur'an dan ruqyah maka bacalah sebagaimana para shahabat membaca:  Salah seorang di antara mereka menggambarkan adanya surga di samping dirinya, maka dia tersentuh dengan kenikmatan surga tersebut, dan disebelah kirinya tergambar neraka dengan panas apinya yang membakar dan kepedihannya, maka mereka tersentuh dengan pengaruh kepedihannya yang mendorong diri mereka berlindung darinya, juga mengimijinasikan arsy Ar-Rahaman di hadapan mereka dan diri mereka tenggelam padanya, terdengar di dalam diri mereka suara isak tangisan seakan suara air yang mendidih di dalam periuk karena khusyu', hilanglah rasa diri mereka dari dunia ini, seandainya tembok mesjid terjatuh niscaya mereka tidak akan merasakan hal tersebut!. Kita menginginkan imijinasi dan keyakinan yang seperti ini, niscaya semua penyakit kita akan bisa disembuh, dan Al-Qur'an ini jika diturunkan kepada gunung-gunung niscaya akan meluluhkan gunung tersebut, apakah dia tidak cocok untuk tubuh yang hanya terdiri dari gumpalan daging dan darah.

  1. Kesembuhan Di Tangan Allah Saja.

Terakadang terapi dilaksanakan secara sempurna seperti membaca ruqyah syar'iyah dan pengobatan secara medis, adanya kesiapan dari pasien untuk menerima pengobatan secara ruqyah dan medis, namun bersamaan dengan hal tersebut sang pasien tidak juga sembuh! Kesembuhan bukanlah hal yang pasti turun. Sebab, setelah melaksanakan terapi tersebut ada kehendak Allah Azz Wa Jalla (sebagai penentu kesembuhan). Hal ini jelas, sama seperti terjadinya gempa pada suatu daerah, dan Allah menghendaki hancurnya suatu gedung yang mengakibatkan korban kematian bagi orang-orang tertentu, sementara yang lain hidup padahal bersama dalam menghadapi bencana yang menimpa orang yang telah meninggal tersebut, begitu juga halnya dengan sesorang yang telah menyempurnakan sebab-sebab yang lazim untuk menyihir orang lain, namun bersamaan dengannya,  sihir tidak berpengaruh pada orang yang dimaksud, sebab Allah Ta'ala telah mengaskan:                                                   وَمَا هُمْ بِضَارِّيْنَ بِهِ مِنْ أَحَـدٍ إِلاَّ بِإذْنِ اللهِ

"Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah"[57].

Terkadang Allah menghendaki bertahannya suatu penyakit pada seseorang bersamaan dengan sempurnanya tindakan  medis yang pernah dijalankan, karena suatu hikmah yang dikehendaki oleh Allah, yaitu agar orang tersebut menyerahkan urusannya kepada Allah, mencuci dosa-dosa, atau suatu ujian baginya karena Allah mencintainya, sebagaimana terjadi pada Nabi Ibrahim Alaihis Salam dan -pada Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam-, yaitu saat Nabi Ibrahim Alaihis Salam dicampakkan ke dalam api neraka dan terlempar ke dalamnya, api menyentuhnya dengan kepanasan yang membakar, pada saat tersebut Allah berfirman:

قُلْنَا ياَ نَارُ كُوْنيِ بَرْدًا وََسَلاَمًا عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ      

"Kami berfirman: Wahai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim"[58]. Maknanya adalah "Kami berfirman: "Wahai api", pada saat Nabi Ibrahim berada di dalam api tersebut. Namun apakah pengaruh Al-Qur'an terhadap seorang yang diuji dengan penyakit tersebut? Yaitu dengan diturunkannya pada dada seorang yang sakit tersebut kehangatan harapan sehat, yakin dengan penuh kesabaran akan janji sembuh yang akan diberikan oleh Allah, sehingga dirinya tenang bersama penyakit yang menimpanya.

6-Ain Adalah sebab yang paling banyak menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi pada manusia, sementara yang lain adalah penegcualian saja.

Dalil atas ungkapan ini adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:                                              أَكْثَرُ مَنْ يَمُوْتُ مِنْ أُمَّتِي بَعْدَ قَضَاءِ اللهِ وَقَدَرِهِ بِالْعَيْنِ

"Sebagian besar orang yang meninggal dari umatku setelah taqdir Allah (kepada mereka), juga disebabkan oleh penyakit ain".[59]

اَلْعَيْنُ تدْخِلُ الرَّجُلَ الْقَبْرَ وَالْجَمَلَ اْلقِدْر

"Penyakit ain bisa menggeret seseorang ke dalam kubur dan memasukkan onta ke dalam panci". [60]

          Kita menemukan banyak orang yang meninggal dunia karena penyakit dan penderitaan yang bermacam-macam, seperti penyakit menular, kanker, tabrakan dan lain-lain, serta banyak penyakit dan penderitaan yang disebabkan oleh ain setalah qodho' dan qodar Allah Azza Wa Jalla.

          Setelah menggunakan firasat dalam usaha menemukan sebab penyakit, seperti yang dijelaskan di atas bahwa adanya As-Suf'ah, yaitu menguningnya kulit wajah dan perbuahan warna yang terjadi padanya. Dengan tanda ini diketahui bahwa sebagian besar orang yang sakit, terjangkiti penyakit ain, yaitu ain jiwa yang kotor dan ain orang yang hasad. Suatu istilah tidak perlu diperdebatkan, sebutlah dengan nama yang engkau kehendaki, dan penjelasannya akan diketengahkan pada pembhasan di bawah ini.

          Banyak roqi yang salah menduga-semoga Allah memberikan mereka petunjuk- dengan menimbulkan kekacauan dan kebencian pada benak pasien dan mengatakan bahwa di dalam dirinya ada sihir putih atau merah, atau jin sedang menguasai dirinya baik pada bagian bawah atau bagian atasnya, sehingga mengakibatkan putus asa dari rahmat Allah, dan menyiksanya dengan memukul atau mencekiknya dan jin menguasai dirinya dengan rasa was-was, hal ini tidak termasuk tuntunan agama, hendaklah mereka yang membaca ruqyah ini bertqwa kepada Allah dan janganlah menjadi penolong setan terhadap saudaranya semuslim.

          Adapun sihir, maka dia ada namun tidak seperti tersebarnya penyakit ain, dan sebagian besar datang bersamaan dengan para tenaga kerja yang ke negeri ini, dan kalau diperhatikan, ternyata tempat terbanyak bagi tersebarnya sihir ada di tempat orang-orang Yahudi, dalilnya adalah Lubaid Ibnul A'sham yang telah menyihir Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan di laut serta sungai, sebab iblis membangun istananya di lautan, dari sanalah dia mengutus para utusannya untuk membuat kerusakan antara manusia.[61]

          Adapun cinta (kecintaan seorang jin) sangat sedikit, atau menyakiti seseorang karena orang tersebut menyakti jin, keadaan ini ada, terkadang sebabnya adalah saling menyakiti, pengobatnnya dengan membaca ruqyah syar'iyah, namun membutuhkan waktu dan kesabaran agar dia terbebas dari jin tersebut dengan izin Allah.

          Inilah beberapa langkah real yang harus dipegang saat akan membaca ruqyah terhadap pasien. Wallahu A'lamu.

PASAL KEDUA

A L – A I N ﷻ‬     H A Q

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 

اَلْعَيْنُ حَقٌّ وَيَحْضُرُهَا الشَّيْطَانُ وَحَسَدُ ابْنُ آدَمَ

"(Penyakit yang ditimbulkan oleh) mata adalah benar adanya, yang dibarengi oleh setan dan sifat dengki anak Adam".[62]

          Hadits ini mejelaskan bahwa setiap manusia dikelilingi oleh jin dan setan yang siap menjerumuskannya, setiap manusia mungkin bisa terjerumus pada penyakit hasad bahkan hampir setiap individu tidak terlepas darinya kecuali mereka yang dijaga oleh Allah.

Syaekhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam kitabnya, Al-Suluk: (Hasad adalah salah satu jenis penyakit jiwa, dan penyakit ini menyebar sampai tidak ada seorangpun yang mampu selamat darinya kecuali sedikit, sehingga ada sebuah ungkapan mengatakan: "Tidak ada satu jasadpun yang terbebas dari penyakit hasad, namun orang berjiwa hina menampakkannya padahal Allah yang Maha Mulia menyembunyikannya". Makna ungkapan: "Orang yang hina menampakkannya" yaitu ungkapan kekaguman seorang dalam menyifati saudaranya semuslim tanpa menyebut nama Allah (seperti masyaallah dan lain-lain). Al-Hasan Al-Bashri pernah ditanya: Apakah seorang muslim bisa dijangkiti penyakit hasad? Beliau menjawab: "Apakah yang melupakanmu dengan cerita saudara-saudara Yusuf, tidak ada bapak bagimu (ungkapan bermakna mengecam) rasa bimbang karena kedengkian menggelora di dalam dadamu, dan dia tidak akan memudaratkanmu selama engkau tidak melampiaskanya dengan tindakan tangan dan lisan".[63] Sebagian ulama salaf mengatakan: "Penyakit hasad adalah maksiat pertama terhadap Allah yang terjadi di langit, yaitu kedengkian iblis terhadap Adam as, dan kemaksiatan pertama terhadap Allah yang terjadi di bumi, yaitu kemaksiatan salah seorang anak Adam terhadap saudaranya sampai ia membunuhanya"[64], Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

أَكْثَرُ مَنْ يَمُوْتُ مِنْ أُمَّتِي بَعْدَ قَضَاءِ اللهِ وَقَدَرِهِ بِالْعَيْنِ

"Sebagian besar orang yang mati dari umatku selain karena ketentuan qodha' dan qodar Allah juga karena penykait yang disebabkan oleh ain".[65]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: Barangsiapa yang merasakan kedengkian di dalam dirinya terhadap orang lain maka hendaklah dia mengobatinya dengan taqwa dan kesabaran, niscaya dia akan membenci sifat tersebut dari dirinya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tiga hal di mana tidak ada seorangpun bisa selamat darinya, yaitu: hasad, buruk sangka dan thiayarah, dan saya akan memberitahukan kepada kalian tindakan yang bisa mengeluarkan kalian dari penyakit tersebut; jika engkau hasad janganlah marah, jika berburuk sangka janganlah wujudkan buruk sangka tersebut, dan jika engkau merasa sial (untuk bepergian) karena keyakinan berupa thiarah maka pergilah". HR. Ibnu Abid Dunia Dalam kitab sunan disebutkan bahwa  Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ اْلأُمَـمِ قَبْـلَكُمْ  اَلْحَسَـدُ وَاْلبَغْـضَاءُ وَهِـيَ اْلحَالِـقَةُ لاَ أَقُـوْلُ تَحْـلِقُ الشّـَعْرَ وَلكِنْ تَحْـلِقُ الِّدِيْن

"Telah merasuk kepada kalian penyakit umat-umat sebalum kalian, yaitu penyakit dengki dan saling membenci, inilah penyakit yang memotong kalian, akau tidak mengatkan memotong rambut akan tetapi memotong agama". Rasululullah shallallahu alaihi wa sallam menamakannya penyakit.[66]

Kita kembali kepada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah secara marfu':                                          اَلْعَيْنُ حَقٌّ وَيَحْضُرُهَا الشَّيْطَانُ وَحَسَدُ ابْنُ آدَمَ

"(Penyakit yang ditimbulkan oleh) mata adalah benar adanya, yang dibawa oleh setan dan sifat dengki anak Adam".[67] Ibnu Hajar berkata: (Sebagian orang merasa bingung, mereka bertanya:  Bagaimanakah cara kerja ain sehingga bisa memudharatkan orang dari jarak yang jauh?, sudah banyak sekali orang yang tertimpa sakit dan kekuatannya melemah hanya karena pandangan mata, semua itu terjadi karena Allah menciptakan  di dalam unsur ruh suatu kekuatan yang bisa memberikan pengaruh, dan  karena pengaruh tersebut sangat berkaitan dengan mata maka pengaruh yang ditimbulkannya disebut al-ain (mata), sebenarnya bukan mata yang memberikan pengaruh akan tetapi yang sebenaranya terjadi adalah pengaruh ruh, maka pandangan yang keluar melalui mata seorang (yang hasad atau kagum) adalah panah maknawi yang jika mengenai suatu jasad yang tidak berprisai maka panah tersebut akan mempengaruhi badan dan jika tidak berpengaruh berarti ia tidak mengenai sasarannya akan tetapi kembali kepada pemiliknya, persis sama dengan panah biasa"[68].

Oleh karenanya, panah yang keluar dari mata adalah panah berupa ungkapan tentang sifat seseorang, ia adalah racun lisan, buktinya adalah seorang yang buta bisa menimpakan penyakit ain kepada orang lain, dan setan yang selalu mengintai melahap ungkapan lisan yang tidak dibarengi dengan menyebut nama Allah sehingga bisa berpengaruh pada jasad orang yang didengki dengan izin Allah jika jasad tersebut tidak dibentengi (dengan zikir dan wirid).

Kategori Aa'in (Orang Yang Menyebarkan Penyakit Ain)

1.   Aa'in berjiwa busuk, yaitu orang yang tidak percaya dengan qodho' dan qodar Allah, jiwa yang lemah imannya, jiwanya tidak tenang kecuali dengan hilangnya nikmat dari orang lain, maka orang tersebut mengungkapkan suatu perkataan yang tidak dibarengi dengan menyebut nama Allah atau do'a keberkahan, maka dilahaplah ungkapan tersebut oleh setan yang mengintainya dan siap untuk menyakiti orang mu'min, akhirnya ungkapan tersebut -dengan kehendak Allah dan keberadaan jasad yang tanpa benteng -menjadi sebab kebinasaan, proses inilah yang disebut oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

اَلْعَيْنُ تدْخِلُ الرَّجُلَ الْقَبْرَ وَالْجَمَلَ اْلقِدْر

"Penyakit ain bisa menggeret seseorang ke dalam kubur dan memasukkan onta ke dalam panci". Rasa dengki seperti ini adalah rasa dengki Yahudi dan orang-orang seperti mereka. (Semoga Allah melindungi kita darinya).

2.   Aa'in berjiwa baik, namun dalam gelanggang perlombaan  seseorang melemparkan suatu ungkapan yang tidak dibarengi dengan zikir kepada Allah, maka setan yang telah siap mengintai melahap ungkapan tersebut lalu berusaha menyakiti sasarannya baik pada jasad dan anggota badannya, atau meyakiti jiwanya dengan menanamkan rasa sesak dan takut yang bergelora di dalam dadanya dan lain-lain. Dia sebatas penyakt ain yang menimbulkan gangguan semata. Dan pengobatan penyakit ini sangat mudah dengan izin Allah. Contoh bagian ini adalah apa yang diriwayatkan dalam hadits yang shahih riwayat Amir bin Rubai'ah[69] dan Sahl bin Hunaif, dan hadits tersebut akan kami cantumkan pada pembahasan berikutnya.

3.   Hendaklah diketahui bahwa setiap orang bagaimanapun tingkat ketaqwaannya bisa memudharatkan saudaranya -seizin Allah-dengan satu syarat: Dia mengungkapkan tentang sifat saudaranya tanpa dibarengi dengan zikir kepada Allah. Perbuatan ini hukumnya haram sebab dia termasuk racun lidah yang dilarang melakukakannya. Ibnu Hajar berkata: Sesungguhnya penyakit ain bisa terjadi karena adanya perasaan kagum seklipun perasaan tersebut tidak dibarengi dengan rasa dengki, walaupun datangnya dari seorang yang mencintai dirinya atau orang yang shaleh. Maka sepantasya bagi seorang yang kagum dengan sesuatu yang terdapat pada diri temannya untuk secepatnya berdo'a bagi keberkahan sesuatu yang dikaguminya tersebut, dan hal itu sebagai ruqyah baginya dari penyakit ain.[70]

4.   Adapun cerita tentang Amir bin Rabi'ah dan Sahl bin Hunaif diriwayatkan oleh Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, ia berkata: Bapakku Sahl bin Hunaif mandi di kali al-KHarrar, sebuah sungai di kota Madinah, saat melapas jubah yang dipakainya Amir bin Rabi'ah memandang kepadanya, Sahl adalah seorang yang putih dan berkulit halus, saat memandangnya Amir terkagum: "Aku tidak pernah melihat seperti apa yang aku lihat  pada hari ini,  dan tidak ada kulit yang tersembunyi (dalam sebuah  pakaian), yang seakan kulit gadis (sehalus yang aku lihat), akhirnya Sahl mengidap panas yang tinggi pada badannya, maka Rasulullahpun diberitahukan tentang panas yang menimpanya, dikatakan kepada beliau: "Dia tidak bisa mengangkat kepalanya", Rasulullahpun berkata: Apakah kalian mencurigai seseorang?, mereka manjawab: "Amir bin Rabi'ah". Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam memanggilnya sambil marah dan berkata kepadanya: "Dengan apakah seseorang membunuh saudaranya?", Tidakah engkau berdo'a agar diberikan berkah baginya?, mandilah untuknya!". Maka Amir bin Rabi'ahpun mandi untuknya, dia mencuci wajahnya, kedua tangan, siku, lutut, ujung kaki dan bagian dalam sarungnya sambil (mengumpulkan bekas air mandi tersebut) dalam sebuah bejana lalu ditumpahkan kepada Sahl dari arah belakangya,[71] akhirnya dia sembuh pada saat itu juga)).[72] Dalam riwayat yang lain disebutkan:  ((Dan aku menyangka dia berkata: Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kepadanya, lalu dia mengambil beberapa teguk air untuk diminumnya)).[73] Dalam sebuah riwayat disebutkan: ((Amir bin Rabi'ah berkata: Aku memandang kepada Sahl, lalu menimpakan penyakit ain kepadanya, dan aku mendengar gelmbung air, maka aku datang dan memanggilnya namun  tidak menjawabku, lalu saya pergi menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan memberitahukan kepada beliau apa yang terjadi, maka beliau bergegas pergi dan mencebur ke dalam air sampai sekan diriku melihat pada kedua betisnya yang putih, lalu beliau memukul dada Sahl sambil berkata:

اَللّهُمَّ أَذْهِبْ عَنْهُ حَرَّهَا وَبرَْدَهَا وَوَصَبَهَا

"Ya Allah jauhkanlah dirinya dari kepanasannya, kedinginannya dan keletihannya". Kemudian, barulah dia sadar. Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa di antara kalian yang melihat dari dirinya, hartanya, atau saudaranya sesuatu yang disenanginya maka hendaklah dia berdo'a agar diberikan berkah padanya, sebab ain itu benar-benar ada".[74]

Ibnul Qoyyib berkata di dalam kitabnya, Zadul Ma'ad: Sesungguhnya lekuk-lekuk persendian, ujung anggota badan bagian belakang dan bagian dalam sarung adalah tempat yang istimewa bagai jiwa-jiwa setan.[75] Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi dengan sanad yang hasan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam berlindung dari kejahatan jin dan mata manusia.[76]

Kesimpulan yang dapat diambil dari hadist ini adalah:

Pertama: Pada saat Amir mensifati Sahl, sementara dia tidak menyebut nama Allah dan berdo'a agar diberikan keberkahan, pada saat itulah setan melesat dari Amir dengan penuh rasa kagum terhadap sifat yang telah disebutkan tadi, lalu menimpakan penykait kepada Sahl, maka para shahabat segera bergegas menuju Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan memberitahukan kejadian tersebut. Lalu pertanyaan pertama yang ditanayakan Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada mereka adalah: Apaka kalian mencurigai seseorang?. Pertanyaan ini akan diikuti oleh pertanyaan lainnya dan harus diterima oleh seorang yang sedang ditimpa penyakit ain, yaitu:

1-Adakah kalian curiga terhadap seseorang yang menyebutkan ciri-ciri dirimu dengan suatu sifat tertentu?

2-Apakah seseorang memberithukan kepadamu bahwa ada orang lain yang menyebutkan ciri-ciri dirimu?.

3-Apakah engkau bermimpi melihat seseorang yang menyakitimu secara terus menerus?.

4-Apakah engkau pernah bermimpi melihat hewan, seperti anjing, onta, kucing, monyet, ular, kalajengking dan kumbang yang menyerangmu?[77]

         Jika jawaban atas pertanyaan yang pertama adalah "Ya", maka diharuskan untuk mengambil bekas orang yang mensifati tersebut, baik liur atau keringatnya lalu dicampur dengan air, kemudian dituangkan satu kali pada kepala orang yang terjangkiti penyakit ain tersebut, dan air tersebut juga diminum jika penyakit ainnya menimpa perut, namaun mengumpulkan dua cara pengobatan tersebut lebih baik.

         Jika jawaban atas pertanyaan yang keempat adalah "Ya", maka hendaklah sesorang berindak seperti apa yang disebutkan di dalam sebuah hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam:       

لِلرُّؤْيَا كُنًى وَأَسْمَاءٌ فَكُنُّوْها وَاعْتَبِرُوْها بِأَسْمَاِئهَا    

    "Mimpi itu menyimpan makna kuniyah dan nama-nama maka berikanlah kuniyah kepada mimpimu tersebut dan bayangkanlah nama-nama tersebut".[78] Oleh karenanya, kita harus bertanya kepada orang yang sedang sakit ini, apakah hubungan hewan tersebut dengan keluarga, teman dan tetanggamu, atau kita bertanya kepadanya: Di manakah engkau melihat hewan tersebut?, dan akan tergambar di dalam benaknya sekelompok orang; hendaklah dia mengambil bekas orang-orang tersebut dengan tetap berbaik sangka kepada mereka, sebab seorang yang selalu berzikir kepada Allah secara terus menerus sebenarnya sedang menyakiti setan yang merasuki dirinya melalui  kata-kata tersebut dengan zikir yang selalu diucapkannya. Oleh karena itulah, orang tersebut akan bermimpi melihat orang yang menyebabkan penyakit ain baginya atau hewan yang mengisyaratkan tentang orang yang menyebarkan penyakit ain, sehingga dia melepas dirinya dari keadaan yang menimpanya, sekan setan (berwujud hewan) tersebut berkata: inilah orang yang menyebarkan penyakit ain itu, ambillah bekasnya dan bebaskanlah aku dari siksa ini; sebab Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيُنْصِي -وَفِي رِوَايَةٍ لَيُضْنِي- شَيْطَانَهُ كَمَا يُنْصِي أَحَدُكُمْ بَعِيْرَهُ فِي السَّفَرِ

"Sesungguhnya seseorang di antara kalian akan membuat letih setannya sebagaimana dia membuat letih bagi ontanya di dalam perjalanan".[79] Yaitu membuatnya letih dengan banyak berzikir.

Kedua: Berdo'a agar diberikan keberkahan saat mengungkapakan tentang sesuatu (yang dilihatnya secara lisan) dan berzikir kepada Allah akan mencegah masuknya jin kepada ma'yuun (orang yang menjadi obyek penyakit ain tersebut). Dan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang mengatakan: "Tidakah engkau berdo'a agar diberikan berkah baginya?. Mengandung makna di atas. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

                                    سِتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ قَوْلُ بِسْمِ اللهِ

"Pemisah antara mata jin dan aurat bani Adam adalah ucapan:  بِسْمِ اللهِ"[80]

Ketiga: Perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada Amir untuk mandi. Ibnul Qoyyim berkata: "Lekuk-lekuk tubuh dan ujung badan mempunyai arti penting bagi setan.[81] Artinya manusia mempunyai bau yang khusus bagi dirinya, di mana setiap indifidu tidak mempunyai bau yang sama dengan yang lainnya, hal ini sangat diketahui oleh anjing pelacak dan setan yang keluar dari aa'in. Maka pada saat seseroang aa'in diambil bekas dirinya, keringat atau ludahnya lalu dipergunakan untuk mandi atau minum, maka jika penyakit ain itu menyakti perutnya, maka setan akan menjauh darinya sebab dia sedang terikat dengan kata-kata (tentang sifat tubuh) yang dikaguminya, maka aa'in seakan menguasai setan yang masuk itu setelah masuknya keringat tersebut ke dalam tubuh ma'yun ini, maka saat itulah setannya akan terlepas darinya.

Keempat: "صُبَّ عَلَيْهِ مِنْ وَرَائِهِ" yaitu dari belakang bagian tubuh yang dilihat oleh Aa'in. Sebab setan yang meluncur karena kata-kata yang dilontarkannya,  yaitu putihnya kulit, tersebar di seluruh tubuhnya, maka dia harus diguyur dengan air agar air tersebut bisa membasahi seluruh tubuhnya yang telah dikuasai oleh penyakit ain, seandainya seorang yang terkena penyakit ain karena banyak makannya sehingga menimbulakan ras sakit di dalam tubuhnya, maka bekas aa'in tersebut baik ludah dan keringat harus sampai ke dalam perutnya, sebab penyakit tersebut ada di dalam perutnya, dan begitu juga kasus yang lainnya, sehingga orang ini tidak perlu mandi.[82]

Point penting. Telah terbukti secara ilmiyah bahwa ludah, keringat, rambut, kuku dan darah mengirim gelombng tertentu dari badan pemiliknya seklipun anggota badan ini telah berpisah dari tubuh, oleh karena itulah, seorang penyihir biasanya mempergunakan kuku dan rambut dalam proses penyihiran karena adanya gelombang (yang terdapat di dalam bagian tubuh tersebut) yang dimanfaatkan oleh jin sehingga menjdikan obyek sihir tersebut menderita.

Kelima:  Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memukul dada Sahl radhiallahu anhu seraya berkata:  

َللّهُمَّ أَذْهِبْ عَنْهُ حَرَّهَا وَبرَْدَهَا وَوَصَبَهَا

"Ya Allah jauhkanlah dirinya dari kepanasannya, kedinginannya dan keletihannya".

Hal ini menunjukkan secara yakin bahwa ain diikuti oleh setan sehingga menyebabkan orang yang terkena penyakit ain ini menderita pada bagian tubuhnya dan membuat dadanya merasa sempit –karena tekanan yang dilakukan oleh setan-, dan di antara tanda masuknya setan di dalam dirinya adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, yaitu punggung yang panas, ujung tubuh yang dingin dan keletihan pada seluruh bagian tubuh, ditambah dengan perasaan sempit yang terwujud dalam bentuk keinginan untuk sering muntah, menguap dan cepat marah.

Jika tidak mencurigai seseorang maka berulah ditanggulangi dengan membacakan ruqyah kepadanya, namun sebelumnya harus mengingatkan orang yang sakit tersebut dengan beberapa perkara dan akan disebutkan pada halaman berikut ini ini…

 Bagaimanakah cara mengetahui bahwa seseorang terkena penyakit ain?

          Di antara tanda bahwa seseorang terkena penyakit ain adalah kepala pusing, wajah yang menguning, banyak berkeringat, banyak kencing, sering ingin muntah dan menguap, sedikit tidur atau banyak tidur, tidak mempunyai nafsu makan, basah pada kedua tangan dan kaki yang disertai dengan kesemutan, hati bergetar, perasaan takut yang tidak normal, marah dan temperamental yang berlebihan, sedih dan sempit di dalam dada, terasa nyeri pada bagian bawah punggung dan antara dua pundak serta tidak bisa tidur pada waktu malam. Tanda-tanda ini terkadang ada baik semuanya atau sebagiannya, tergantung pada kekuatan ain tersebut dan banyaknya orang yang menyebabkan penyakit ain, sebagaimana tanda-tanda ini juga terdapat pada orang yang tidak terkena penyakit ain atau karena orang tersebut dijangkiti penyakit pada anggota badannya atau jiwanya…

 Perkara Yang Diharuskan Bagi Seorang Pembaca Ruqyah sebelum meruqyah.

1.    Yakin dan berbaik sangka kepada Allah, yaitu meyakini bahwa Al-Qur'an ini adalah penwar dari semua penyakit, dan firman Allah tersebut tidak dijadikan sebagai obyek percobaan namun uantuk diyakini.

2.    Membaca secara imijinafi, yaitu orang yang membaca ruqyah dan dibacakan baginya ruqyah tersebut menggambarkan di dalam benaknya bahwa ayat-ayat yang dibaca tersebut bisa menyebabkab bagi kesembuhan orang yang sakit dan memberikan kesadaran serta petunjuk bagi jin yang sedang mengganggunya, dengan inzin Allah.

3.    Mengembangkan metode Ittiham. Yaitu mencurigai seseorang, seperti yang disebutkan dalam kisah Amir yang terdahulu disebutkan: "مَنْ تَـتَّهِمُوْنَ" (Siapakah yang kamu curigai?), dan ini adalah hadits shahih, maka wajib beramal dengan perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam menetapkan kecurigaan kepada orang yang tergambar di dalam perasaan dan akalnya. Ini tidak termasuk zalim dan merusak, sebab orang yang dibacakan ruqyah diharuskan berbaik sangka kepada orang yang dicurigai dan ungkapan tentang dirinya yang keluar (dari seorang aa'in) adalah canda dan bersenda gurau semata, dan keluarnya ungkapan tersebut tidak dibarengi dengan zikir sehingga setan memanfaatkan moment ini untuk menyakiti orang tanpa diketahui oleh orang yang mengugkapkan sifat tersebut (wasif). Oleh karena gangguan setan yang disebabkan oleh kata-kata tersebut bersifat external, maka dia mengganggu dan menyakiti dari luar, namun mempunyai kekuatan pengaruh di dalam tubuh, sehingga menimbulkan perubahan di dalam susunan kimiawi badan, seperti rasa dingin pada ujung setiap bagian tubuh, rasa panas pada punggung, kedua mata, mulut menjadi kering, temperamental yang berlebihan dan lintasan pikiran yang aneh. Berarti merasuknya jin bersifat farsial bukan menyeluruh ke dalam bagian tubuh, sehingga memudahkan untuk berkomunikasi dengannya.[83] Maka dia menjadi bagian dari metode ittiham yang dianjurkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, yaitu mengimijinasikan orang tertentu di dalam benak tentang pribadi yang dicurigai menjadi sebab penyakti ain tersebut, maka hal ini termasuk bagian metode ittiham.

 BAB KETIGA AYAT-AYAT DAN WIRID-WIRID YANG DIBACA UNTUK ORANG YANG TERKENA PENYAKIT AIN

          Di antara ayat-ayat tersebut adalah surat Al-Fatihah, awal surat Al-Baqarah, ayat kursi, penutup surat Al-Baqarah, awal surat Aali Imron, akhir surat Al-Hasyr, firman Allah Ta'ala: 

         فَسَيَكْـفِيْكَهُمَ اللهَ وَهَـوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

"Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [84]

وَإِنْ يَكَادُ الَّذِيْـنَ كَفَـرُوْا لِيَـزْلِقُوْنَكَ بِأَبْصَارِهِـمْ لَمَّا سَـمِعُوْا الذِّكْرَ وَيَقُوْلُوْنَ إِنَّهُ لَـمَجْنُوْنٌ

"Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendenarkan Al-Qur'an dan mereka berkata: "Sesungguhnya  ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila".[85]

أَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ عَلىَ مَاآتاَهُـمُ اللهِ مِنْ فَـضْلِهِ فَقَـدْ آتَـيْنَا آلَ إِبْـرَاهِيْمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآتَيْنَاهُـمْ مُلْكًا عَـظِيْمًا

"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?, Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan hukmah kepada keluarga Ibarhim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar".[86]

فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُـطُوْرٍ

"Maka lihatlah berulang-ulang, adakah yang kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang".[87]

يَاقَوْمَنَا أَجِيْـبُوْا دَاعِيَ اللهِ وَآمِنوْا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوْبِكُمِ وَيُـجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ

"Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan brimanlah kepada-Nya, niscaaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih".[88]

وَنُنَـزِّلُ مِنَ اْلقُـرْآنَ مَا هُـوَ شِـفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّ خَسَارً ا

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian".[89]

قٌـلْ هُـوَ لِلَّذِيْنَ آمَنُـوْا هُدًى وَشِـفَاءٌ

"Katakanlah: Al-Qur'an adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman".[90]

يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُوْرِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ

"Hai mannusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman"[91].

َويَشْـفِ صُـدُوْرَ قَـوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ 

 "Serta melegakan dada orang-orang yang beriman"[92]

َوإَذَا مَرِضْتُ فَـهُوَ يَشْفِيْنِ

"Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku".[93]

Dan di antara do'a yang harus diucapkan:

((أَسْـأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَـرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ)) 7x

"Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, Tuhan arasy yang agung agar Dia berkenan menyembuhkanmu".

((أُعِيْذُكَ بِكُلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ)) 3x

"Aku melindungi kamu dengan kalimat Allah yang sempurna dari setiap tipu daya setan dan dari binatang yang berbisa, dan dari setiap mata yang jahat".

((اَللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ اْلبَاسْ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ  شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا)) 3x

"Ya Allah Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah! Engkaulah yang menyembuhkan,  tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan yang Engkau kehendaki, yaitu kesembuhan yang tidak emninggalkan penyakit".

((حَسْبِيَ اللهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُـوَ عَلَيْهِ تَـوَكَّلْتُ وَهُـوَ رَبُّ الْعَـرْشِ اْلعَظِيْمِ))7x

"Cukuplah Allah bagiku, tiada tuhan kecuali Dia, kepadanyalah kami bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan arasy yang agung".

((بِسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَئٌ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ)) 3x  

"Dengan menyebut nama Allah, yang (jika menyebutnya) sesautu apapun tidak akan (ditimpa) bahaya baik di bumi atau di langit dan Dia adalah Tuhan Yang Maha Mendengar atau Maha Mengetahui".

((اَللّـهُمَّ أَذْهِبْ عَنْهُ حَـرَّهَا وَ بَرْدَهَا وَوَصَبَهَا))

"Ya Allah, hilangkanlah darinya rasa panasnya, dan rasa dingin serta keletiahan yang ditimbulkannya".

Beberapa Peringatan Penting:

  • Semua ayat-ayat Al-Qur'an adalah ruqyah jika diniatkan untuk penyembuhan dan petunjuk.
  • Ruqyah mempunyai cara yang telah dijelaskan oleh Nabi saw, yaitu:
  1. Membaca ruqyah bersama tiupan yang dibarengi dengan sedikit ludah pada akhir bacaan setiap ayat atau beberapa ayat atau pada akhir bacaan semua ayat.
  2. Membaca ruqyah tanpa dibarengi dengan tiupan.
  3. Membaca ruqyah kemudian mengambil ludah dengan jari, lalu mencampurnya dengan tanah, barulah mengusap bagian tubuh yang merasakan sakit dengannya.
  4. Membaca ruqyah yang dibarengi dengan mengusap tempat penyakit.
  • Yang lebih utama agar seseorang tidak memperbanyak bacaan ruqyah atas pasien pada tahap awal, dan cukup dengan bebearapa bacaan ruqyah saja, sebab dia berfungsi seperti obat, maka tidak boleh kurang atau lebih, sehingga tidak menimbulkan kebosanan baik bagi orang yang meruqyah atau diruqyah, dan kisah tentang seorang yang disengat lalu diruqyah hanya dengan Al-Fatihah adalah dalil atas apa yang kami katakan ini.

 Bab Keempat

HUBUNGAN ANTARA HASAD DAN SIHIR

Macam-Macam Hasad

1. Hasad yang dianjurkan, disebut Gibthah, yaitu: Sikap tidak suka atas kelebihan orang lain atas dirinya, sehingga mendorongnya berusaha agar menjadi seperti orang tersebut atau lebih baik darinya tanpa berniat buruk agar kelebihan orang tersebut hilang dari dirinya. Ini adalah bentuk berlomba-lomba  dalam kebaikan, seperti apa yang dilakukan oleh Umar radhiallahu anhu saat dia berkata keapda Abu Bakr radhiallahu anhu: "Aku tidak bisa mengunggulimu  dalam sesuatu apapun selamanya" saat dia datang dengan membawa seluruh hartanya (sebagai infaq di jalan Allah). Syaikhul Islam berkata: Apa yang dikerjakan oleh Umar, baik berlomba dalam kebaikan dan gibthah yang diperbolehkan adalah hal yang terpuji, dan keadaan Abu Bakr Al-Shiddiq lebih baik dari dirinya, di mana dia terbebas dari sikap ingin bersaing secara mutlaq dan dia melakukan kebaikan tersebut tanpa melihat kepada orang lain.[94]

 Begitu juga keadaan seorang shahabat yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

يَدْخُلُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ اْلجَنَّةِ

 (Akan masuk kepada kalian seorang lelaki dari penduduk surga), Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengucapkannya tiga kali, lalu pada saat Abdullah bin Amru bertanya (langsung) kepada orang (yang diceritakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam) tersebut tentang Apakah yang menyebabkan dirinya masuk surga), orang tersebut menjawab: "Aku tidak (memendam) di dalam diriku terhadap seorang muslimpun perasaan ingin mengelabui atau perasaan dengki atas kebaikan yang diberikan oleh Allah atas dirinya". Lalu Abdullah berkomentar: "Tingkatan yang kamu rasakan inilah yang tidak bisa kami raih",[95] Begitu juga dengan Musa alahis salam terhadap Nabi kita, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pada peristiwa Isro' ketika Nabi Musa alaihis salam menangis. Itulah perasaan gibthah yang disebut oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagai hasad, seperti yang dijelaskan di dalam Sabdanya:

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَـهُوَ يَقُوْمُ بِهِ آنَاءَ الَّليْلِ وَالنَّهَارِ وَرَجُـلٌ آتَاهُ اللهُ الْمَالَ فَهُوَ يُنْفِقُ مِنْهُ فِي الْحَقِّ آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ

"Tidak dibolehkan hasad kecuali dalam dua hal: Soerang lelaki yang diberikan oleh Allah Al-Qur'an dan dia beramal dengannya pada waktu malam dan siang dan seorang lelaki yang diberikan oleh Allah harta dan dia menginfakkannya dalam kebenaran pada waktu malam dan siang".[96]Oleh karena itulah iman Abu Bakr menyamai berat iman umat ini karena sifat terebut, dia termasuk orang yang dikatakan oleh Allah:

اَلسَّابِـقُوْنَ السَّابِـقُوْنَ أُولئِكَ اْلُمقَـرَّبُوْنَ

"Dan orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang-orang yang didekatkan oleh Allah".[97]

          2. Hasad Mubah (yang dibolehkan), yaitu pada perakara-perkara duniwai, dengan dua syarat: Berdo'a agar mendapat berkah dan dibarengi dengan berzikir kepada Allah dan tidak berangan-angan agar nikmat tersebut hilang (dari orang lain).

          3. Hasad Makruh (yang dibenci), yaitu mengungkapkan sifat saudaranya tanpa disertai dengan do'a agar diberikan keberkahan padanya atau tidak menyebut nama Allah padanya. Orang yang mengerjakannya, berarti membuka peluang bagi setan untuk mengganggu sekalipun dia tidak berangan-angan hilangnya nikmat tersebut (dari saudaranya), namun karena tidak dibarengi dengan zikir, maka dia berbalik menjadi sesuatu yang tercela, sebab pada dasarnya setiap orang harus berzikir kepada Allah pada setiap waktu, di mana Allah memuji mereka yang selalu berzikir kepadaNya baik dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring. Dan bukan sekedar berzikir semata, tetapi harus dibarengi dengan tidak membuka pintu bagi setan untuk menyakiti orang lain, seperti yang terjadi pada diri Amir bersama Sahl radhiallahu Anhuma.[98]

          4. Hasad yang diharamkan. Apabila terlepas dari sifat-sifat yang telah kami sebutkan di atas, yaitu tidak berdo'a agar diberikan keberkahan pada saat mengungkapkan sifat (sesuatu yang mengagumkan), dan berangan-angan agar nikmat tersebut sirna dari orang lain, maka dia akan menyebarkan penyakit ain yang bisa mematikan, dan dia tidak muncul kecuali dari jiwa yang busuk, kita berlindung kepada Allah dari jiwa yang buruk. Dan hal ini sama seperti hasadnya orang Yahudi.[99]

 Apakah Hubungan Sihir Mata (mata) Dengan Sihir?

Ketika Allah Subhanhu Wa Ta'ala menjelaskan:

وَمِنْ شَـرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي اْلعُقَدِ وَمِنْ شَرِّحَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

"Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan Dari  kejahatan orang yang dengaki apabila ia dengki."[100] Dalam ayat ini Allah menyebut secara bersama antara sihir dan hasad, hal ini menunjukkan adanya hubungan antara keduanya, yaitu orang yang menyihir menghembus pada buhul-buhul seperti rambut atau kuku (yang dimanfaatkan) untuk mengikat setan demi menyakiti orang yang disihir, sementara  seorang yang dengki (aa'in) akan mengikat setan dengan sifat yang dikaguminya, yang tidak disertai dengan menyebut nama Allah untuk menyakiti sasarannya (ma'yun), maka setiap mereka berdua bertujuan yang sama dalam menimbulkan kemudharatan; yaitu sama hasil kemudharatannya, namun berbeda  dalam cara (menimbulkan kemudharatan tersebut).

Point Penting: Firman Allah Ta'ala:

    وَمِنْ شَـرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي اْلعُقَدِ

"Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul". (Apakah sebabnya Allah menyebtukan kata: النَّفَّاثَاتِ dalam bentuk ma'rifat (yang sudah jelas) sementara kata yang sebelumnya atau sesudahnya disebutkan dalam bentuk nakiroh (umum)?,( yaitu pada kata: غاسق dan حاسد) seabab setiap orang yang menghembus/tukang sihir pasti memiliki kejahatan, dan tidak semua malam dan orang yang dengki mempunyai kejahatan.[101]

·       Point penting: Orang-orang awam mengatakan: Apabila seorang aa'in mengetahui bahwa bekas dirinya telah diambil, maka bekas tersebut tidak bermanfaat. Keyakinan ini salah karena bertentangan dengan apa yang telah dijelaskan dalam hadits tentang kisah Amir dan Shal, di mana Rasulullah memerintahkan kepada Amir b: Mandilah untuk saudaramu, dan dia mengetahui (bahwa bekas mandinya akan diambil), namun penyakit ain tersebut berhenti.

·         Point penting: Pandagan beracun sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama, begitu juga dengan apa yang terjadi pada ular yang berekor pendek dan pada punggungnya terdapat dua garis, diberikan kekuatan dasar untuk menyemburkan racun sebagaimana yang terjadi pada ayam jantan, diberikan pengelihatan yang tajam sehingga bisa melihat malaikat, anjing dan himar dalam melihat setan, adapun kekuatan beracun yang terdapat pada manusia bukanlah kekuatan yang bersumber dari diri sendiri, melainkan datang dari sebuah ungkapan kata karena tidak dibarengi dengan menyebut nama Allah, sebagaimana

ditegaskan dalam sebuah hadits:

                                                         َلْعَيْنُ حَـقٌّ يَحْضُرُهَا الشَّيْطَانُ

"(Penyakit yang ditimbulkan oleh) mata adalah benar adanya, yang dibawa oleh setan". Penyakit ini terjadi bukan dengan perantara indra mata (melainkan perantara setan), sebagiamana yang tegaskan oleh Ibnu Hajar dalam pembahsan yang telah lewat, makna ini diperjelas oleh perbuatan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, di mana beliau berlindung kepada Allah dari kejahatan jin dan mata manusia, karena adanya hubungan antara keduanya.

·  Point Penting. Orang awam mengatakan: "Apabila jin merasuki sesorang, maka mesti di dalam tubuh seorang wanita terdapat jin lelaki dan di dalam diri seorang lelaki terdapat jin wanita, keyakinan ini bertentangan dengan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang mengatakan:

                                                                 اُخْرُجْ عَدُوَّا للهِ إِنِّي رَسُوْلُ الله        

"Keluarlah wahai musuh Allah sungguh saya adalah Rasulullah" Kalimat ini beliau ucapkan bagi seorang lelaki yang sedang kerasukan jin lelaki.

·  Point penting. Sebagian ulama menyebutkan tentang manfaat yang terdapat pada daun bidara dan mandi dengannya untuk menghilangkan sihir, keyakinan ini tidak didasarkan pada hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, melainkan  pengalaman Wahb bin Manbah sebagaimana yang disebutkan oleh pengarang kitab  Fatul Bari, kelebihan daun bidara ini adalah bisa mengingatkan jin dengan sidratul muntaha, tempat surga al-ma'wa, juga mengingatkannya dengan pohon bidara yang tidak berduri di dalam surga, sebab jin memiliki perasaan yang tajam dan peka, oleh karenanya memakai daun bidara untuk menghilangkan sihir atau lainnya bisa  menyakiti jin dan manfaat bidara ini tidak hanya untuk kesembuhan sihir saja.

·          Point Penting tentang urgensi ruqyah syar'iyah untuk berdakwah ke jalan Allah. Firman Allah Ta'ala:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُوْنَ إِلَى اْلخَيْرِ

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan"[102] Syekh Utsaimin rohimahullah mengomentari ayat ini dengan bertanya: Meyeru siapa? Obyek seruan bagi ayat tersebut tidak disebutkan, Berarti obyeknya mencakup semua mahluk yang harus menerima da'wah, yaitu semua manusia, dan apakah jin termasuk dalam obyek tersebut? Ya, jinpun juga terkena dengan perintah ini, oleh karena itulah obyek perintah berd'wah tersebut tidak disebutkan agar pengertiannya tetap pada maknanya yang umum"[103].

 Bab Kelima Membentengi Diri Dari Penyakit  Ain, Sihir Dan Lainnya

        Diantara tindakan prefentif untuk membentengi diri dari bencana sebelum terjadinya -dengan izin Allah- adalah:

1-Seorang hamba harus menjaga perintahTuhannya, seperti menjaga shalawat lima waktu secara berjama'ah di mesjid, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَلىَّ الصُّبْح فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللهِ فَلاَ يَطْلُبنًَّكُمُ اللهُ بِشَئٍ

"Barangsiapa yang shalat subuh secara berjama'ah maka dia sedang berada di dalam tanggaungan Allah, oleh karenanya jangan sampai Allah menuntutmu dengan sesuatu…".[104]

Selain itu berbakti kepada kedua orang tua, puasa dan shalat sunnah serta membaca Al-Qur'an …., dan menjauhi laranganNya dengan menjauhi pandangan yang diharamkan, tidak menonton film-film cabul, meninggalkan nyanyian dan mendengarkannya dan tidak mendatangi pesta-pesta yang menghadirkan kemungkaran, niscaya engkau akan menang dengan penjagaan Allah bagimu, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:  اِِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ "Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu".[105]

2-Memperanyak membaca zikir dan wirid. Yaitu zikir yang bersumber dari Al-Qur'an dan sunnah yang suci, dan selalu berzikir kepada Allah dalam semua waktu, seperti zikir-zikir setelah shalat, wirid harian dari Al-Qur'an dan Al-Sunnah, wirid pagi dan petang, do'a seblum dan sesudah tidur, firman Allah Ta'ala:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

"Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".[106]

Tindakan Untuk Menghilangkan Penyakit Setelah Terjadi

1-Yakin dan berbaik sangka kepada Allah Azza Wa Jalla saat membaca ruqyah syar'iyah, oleh karenanya dia tidak boleh mengatkan saya ingin mencoba firman Allah ini akan tetapi dia harus meyakini bahwa di dalam firman tersebut terdapat kesembuhan dan itulah penawar yang utama dalam proses penyembuhan. Firman Allah Ta'ala:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُـرْآنِ مَا هُـوَ شِـفَاءٌ وَرَحْمَـةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّ خَسَارًا

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian".[107]

2-Mengagungkan Allah, sang Pencipta dan kembali kepdaNya, serta bergantung, bertaubat dan berdo'a kepadaNya, hanya Dialah yang bisa menyembuhkan. Ruqyahmu terhadap diri sendiri lebih baik dari ruqyah orang lain bagi dirimu.

3-Berbuat baik kepada manusia dan bersehedeqah kepada mereka. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

 مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنَ يَسَّرَ عَلىَ مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآَخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَ اللهُ فِي عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ

"Barangsiapa yang meringankan bagi seorang mu'min satu kesusahan di dunia niscaya Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat, barangsiapa yang mempermudah kesulitan orang sedang kesulitan niscaya Allah akan mempermudah kesulitannya di dunia dan akhirat, dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim niscaya Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat, dan Allah akan selalu membantu seorang hamba selama hamba tersebut membantu saudaranya".[108]

Dari Abi Umamah radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

دَاوَوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ

"Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan bersedeqah".[109]

Di Bawah Ini Beberapa Do'a Pilihan [110] Yang Dibaca Setiap Hari Baik Setelah Shalat Fajar Dan Setelah Shalat Magrib[111]

Wirid Harian

Jumlah bacaan

Keutamaan dan manfaat

Membaca Ayat Kursi[112]

Dibaca Satu kali pada waktu pagi  ,sore, saat akan tidur dan setelah melaksanakan shalat fardhu.

Dijaga oleh malaikat, mengusir setan dari rumah dan sebab masuk surga

Dua ayat terakhir surat Al-Baqarah

Dibaca satu kali pada waktu sore, atau sebelum tidur atau dibaca dirumah

Akan menjagamu dari kejahatan segala sesuatu dan akan mengusir setan selama tiga hari

Membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan Al-Nas

Dibaca 3x pada waktu pagi dan 3x pada waktu sore, satu kali saat akan tidur dan setiap shalat fardhu.

Menjagamu dari kejahatan segala sesuatu dan menjagamu dari kejahatan jin dan mata manusia

لاَحَوْلَ وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

Memperbanyak mengucapkannya tanpa pembatasan jumlah tertentu

Simpanan harta di surga dan sebagai obat bagi 99 macam penyakit, penyakit yang terendah ialah rasa bimbang

بِسْمِ اللهِ الذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اْسمِهِ شَئٌ في اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Dibaca 3x pada waktu pagi dan 3x pada waktu sore

Pencegah bahaya dan tidak ditimpa oleh bencana yang mendadak, atau dimudharatkan oleh sesuatu apapun.

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامََّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

Dibaca 3x pada waktu sore

Benteng bagi suatu tempat dari keburukan dan Penawar bagi racun yang disebabkan oleh sengatan kalajengking dan yang lainnya

حَسْبِيَ اللهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهَوَ رَبُّ اْلعرْشِ اْلعَظِيْمُ

Dibaca 7x pada waktu pagi dan 7x pada waktu sore

Pencegah kebimbangan dunia dan akhirat

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحدَه لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلُملْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهوَ عَلىَ كُلِّ شَئٍ قَدِيْر

Dibaca 10x pada waktu pagi, dan 10 x pada waktu sore, 100 x atau lebih dalam sehari.

Benteng diri yang agung, ditulis baginya 100 kebaikan, dihapuskan 100 keburukan, mendapat pahala seperti pahala memerdekakan 10 budak

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحدَه لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلُملْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهوَ عَلىَ كُلِّ شَئٍ قَدِيْريُحْيِ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَـيٌّ لاَ يَمُوْتُ بِيَدِهِ اْلخَيْرُوَهـُوَ عَلىَ كُلِّ شَئٍ قَدِيْـر

Dibaca 1x saat memasuki pasar

Akan ditulis baginya beribu-ribu kebaikan, dihapuskan darinya beribu-ribu keburukan dan akan dibangunkan baginya sebuah rumah di surga

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلىَ اللهِ وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

1x saat akan keluar dari rumah

Tiga lipat kekuatan penjagaan dari setan: Allah akan mencukupkan dan menjaganya, serta setan akan menjauh darinya

أَعُوْذُ بِاللهِ اْلعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ اْلكَرِيْمِ وَبِسُلْطَانِهِ اْلقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Dibaca sekali saat memasuki masjid

Akan dijaga dari tipu daya setan sehari penuh

أَسْتَغْفِـرُاللهَ الَّذِي لاَ إِلهَ إِلاَّ هوَ الْحَـيُّ اْلقَـيُّوْمُ وَأَتُـوْبُ إِلَيْهِ

Dianjurkan untuk banyak megucapkannya

Untuk menghilangkan kebimbangan, mendatangkan rizki dan aman dari azab Allah

Memperbanyak mengucapkan shalwat kepada Nabi saw, seperti mengucapkan:

 اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ atau membaca shalawat Ibrahimiyah dan shalawat  inilah yang lebih afdhal

Tidak ada batasan bagi jumlah bacaan, paling sedikit 10x pada waktu pagi dan 10x pada waktu sore

Menghindarkan seseorang dari kebimbangan, akan mendapat pengampunan dosa, penghimpun kebaikan di dunia dan akhirat dan untuk mendapatkan syafa'at Nabi saw

Menjaga shalat berjama'ah di masjid dan tetap menjaganya

Shalat lima waktu

Menjaga diri dari tipu daya setan, jin dan manusia, serta semua kejahatan

أَسْـتَوْدِعُكُمُ اللهَ الَّذِي لاَ تَضِـيْعُ وَدَائِـعُهُ

Dibaca satu kali pada setiap sesuatu yang ingin dijaga

Untuk menjaga harta, anak dan lainnya dari kerusakan dan pencurian

 BAB KEENAM BEBERAPA PERTANYAAN TENTANG PENYAKIT AIN

Pertanyaan Pertama:  Bagaiamanakah cara membedakan antara hasad dan kagum?

Jawaban: Orang yang kagum adalah orang yang tidak berangan-angan hilangnya nikmat (dari seseorang) bahkan berkeingnan agar dia mendapat nikmat yang sama, dan apabila dia mengungkapkan tentang sesuatu tanpa dibarengi dengan do'a agar mendapat keberkahan pada sesuatu yang dikagumi tersebut, sementara setan ada pada tempat itu, maka ungkapan ini akan menyekiti orang yang dikagumi dengan perantara setan, hal ini bisa terjadi dari orang yang mencintai atau orang yang shaleh tanpa disengaja.

          Adapun orang yang hasad, -semoga Allah menjauhkan kita darinya-yaitu soerang berangan-angan agar nikmat tersebut sirnah dari orang yang didengki, maka apabila dia mengungkapkan suatu sifat tanpa diiringi dengan do'a keberkahan sementara setannya ada pada tempat itu, maka dia pasti membinasakan orang yang didengki dengan izin Allah, inilah kedengkian patal yang menjerumuskan onta ke panci (sebab dia harus disemblih karena sakit) dan seseorang ke dalam kubur (karena penyakit ain yang dideritanya) serta menjatuhkannya dari jurang yang tinggi, dan kedengkian ini tidak muncul kecuali dari jiwa yang busuk, memiliki kerancuan dalam memehami iman terhadap qodha' dan qodar, hasad yang seperti ini sama seperti hasadnya orang-orang Yahudi dan orang yang seperti mereka.

Pertanyaan Kedua: Bagaiamankah cara mengambil bekas seseorang, dan apakah bekas tersebut bermanfaat jika Aa'in mengetahui bahwa bekas dirinya diambil?

Jawaban: Cara mengambil bekas seseorang: Mengambil bekasnya dari apa yang pernah disentuh oleh Aa'in baik berupa liur atau keringat, sebab maksud pengambilan ini adalah bau Aa'in yang berguna untuk mengusir setannya yang merasuki ma'yun (orang yang terkena penyakit ain), seseorang bisa mengambil bekas makan atau minumnya, atau barang-barang mubah yang disentuh oleh tangannya seperti gagang pintu, sekalipun satu kali, hal ini bermanfaat insyaallah sebagaimana yang kita buktikan. Dan tidak perlu mengambil bekas aa'in secara berulang-ulang, sebab dia sama seperti imunisasi yang cukup dengan sekali saja. Adapun pengetahuan Aa'in bahwa bekas dirinya diambil maka pengetahuan ini tidak memberikan pengaruh negatife sedikitpun, seperti kisah Amir sebagai Aa'in yang diperintahkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk mandi bagi saudaranya, seperti

yang disebutkan dalam sabdanya:   

  اِغْتَسِلْ ِلأَخِيْكَ

"Mandilah untuk saudaramu!" dan dia mengetahui bahwa dirinya telah menyebabkan Sahl tertimpa penyakit ain.

Pertanyaan ketiga: Bagaimanakah cara memperaktikkan metode ittiham (dalam kaitannya dengan penyakit ain)?

Jawaban: Baik dengan cara mendengar atau cerita dari orang lain bahwa seseorang telah mengungkapkan sebuah sifat tentang diri ma'yun yang tidak diiringi dengan do'a keberkahan (bagi ma'yun) atau ma'yun bermimpi melihat sesuatu yang mengarah kepada inisil Aa'in. Adapun timbulnya perasaan tidak enak atau sikap tidak layak terhadap sebagian orang tanpa sebab yang jelas, atau saat seseorang dibacakan Al-Qur'an lalu tergambar pada diri ma'yun beberapa orang yang dicurigai biasanya sebagai aa'in, maka cara seperti ini perkiraan semata yang tidak membawa kepastian akan tetapi bisa dimanfaatkan untuk proses pengobatan yang diiringi dengan sikap husnuz zhon kepada semua orang.

Pertanyaan Keempat: Bagaimanakah cara membedakan antara metode ittiham dan metode takhyil?

Jawab: Perbedaan keduanya sangat besar, metode ittiham adalah perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih saat beliau bertanya kepada ma'yun: "Siapakah orang yang kamu curigai?", Perbuatan ini diperintahkan berdasrakan hadits dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

          Adapun takhyil adalah bentuk meminta bantuan kepada setan untuk mengetahui penyakit ain dan sihir, perbuatan ini diharamkan, dan lembaga tetap urusan riset dan fatwa Saudi Arabia telah memfatwakan tentang haramnya perbuatan tersebut dalam fatwanya nomer (20361) tanggal 17/4/1427 H.

Pertanyaan Kelima: Apakah penyakit ain bisa menimbulkan gangguan jasmani, problmatika materi dan sosial?

Jawab: Benar bahwa penyakit ain bisa berimflikasi pada jasmani sehingga mengakibatkan penyakit tersebut tidak sembuh bahkan membuatnya kambuh, begitu juga bisa menimbulkan problematika dalam urusan materi, hubungan suami istri dan musibah lainnya, bagaimana hal itu bisa dipungkiri sebab Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda: 

      أَكْثَرُ مَنْ يَمُوْتُ مِنْ أُمَّتِي بَعْدَ قَضَاءِ اللهِ وَقَدَرِهِ بِالْعَيْنِ

"Sebagian besar orang yang meninggal dari umatku setelah taqdir Allah (kepada mereka), juga disebabkan oleh penyakit ain".[113] Maka musibah yang lebih ringan dari kematian lebih mudah dijangkiti penyakit ain.

Pertnyaan Keenam: Apakah cukup dengan mengambil satu kali bagi bekas aa'in atau harus berualng-ulang?

Jawab: Cukup mengambil bekasnya satu kali saja, sebab tindakan ini seperti imunisasi sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, dan tidak dianjurkan mengulanginya sebab bisa membuka pintu bagi tipu daya setan, kecuali orang yang sudah terkenal sebagai penyebar penyakit ain maka dianjurkan mengambil bekasnya secara berulang-ulang karena setannya terlalu banyak, seyogyanya untuk berbaik sangka kepda aa'in dan tidak memutuskan hubungan atau benci terhadapnya sebab setiap orang berpotensi untuk (menjadi aa'in)

Pertanyaan Ketujuh: Apakah menambah air dan minyak yang sudah diruqyah secara berkesimabungan akan melemahkan pengaruh pengobatan ain?

Jawab: Sebaliknya, dia tidak sekali-kali memperlemah pengaruhnya, sebab Al-Qur'an adalah penawar bagi penyakit, dia adalah cahaya yang tidak akan pernah terputus selamanya, penglaman membuktikan hal tersebut, seperti yang ditegaskan dalam sebuah sabda Rasulullahh shallallahu alaihi wa sallam:

مُدُّوْهُ مِنَ اْلمَاءِ فَـإِنَّهُ لاَ يَزِيْدُهُ إِلاَّ طَيِّبًا

"Berikanlah air baginya sebab dia tidak menambah kecuali keabaikan".[114] Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini, berhubungan kelebihan air wudhu' beliau yang diberikan kepada sebagian shahabat, untuk disiramkan pada tanah yang telah dijadikan sebagai tempat ibadah mereka (pada masa sebelumnya), lalu tempat ibadah tersebut dihancurkan dan dibagun sebuah mesjid padanya. Dan (siraman air tersebut) sebagai upaya mengambil berkah dari kelebihan air wudhu' beliau shallallahu alaihi wa sallam, kalau hal ini dilakukakn  karena keberkahan air dari bekas wudhu' Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maka bagaiamana dengan dengan keberkahan air karena bacaan kalam Allah Yang Maha Pencipta.

Pertanyaan Kedelapan: Apabila air bekas seorang Aa'in diambil, apakah air tersebut dipergunakan (untuk pengobatan) sebagaimana adanya atau harus direbus samapai mendidih?

Jawab: Yang lebih afdhal adalah menggunakan air tersebut sebgaimana adanya sekalipun satu tegukan, mudah-mudahan bermanfaat, namun jika direbus sampai mendidih atau dikurangi maka tidak berefek negatife insyaallah.

Pertanyaan Kesembilan: Apakah boleh mengumpulkan bekas beberapa aa'in atau setiap aa'in harus dengan bekasnya masing-masing?

Jawaban: Kedua cara tersebut bermanfaat dengan izin Allah, pada dasarnya harus segera mengambilnya dan secepatnya membebaskan diri dari ain.

Pertanyaan Kesepuluh: Apakah mengambil bekas seseorang bisa menimbulkan permusuhan?

Jawab: Mengambil bekas yang sedikit bisa memberikan manfaat dengan izin Allah, dan tidak akan menimbulkan permusuhan, dan metode ittiham adalah metode yang bersifat praduga yang tidak memiliki kepastian, akan tetapi diamalkan.

Pertanyaan Kesebelas: Apakah bekas yang menempel pada gagang pintu akan tetap ada seklipun banyak tangan yang telah memeganganya atau jika masanya sudah berlalu lama?

Jawab: Benar, bahwa bekasnya pasti tetap ada, maksudnya adalah bau orang yang menjadi aa'in, contoh yang paling nyata adalah anjing yang bisa mencium bau sesuatu seklipun masanya telah berlalu lama, maka apalagi setan, mahluk yang indra penciumnya lebih peka, sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Abu Hurairah radhiallahu anhu:

إِنَّ الشَّيْـطَانَ حَسَّاسٌ لحَـَّاسٌ فَاحْذَرُوْهُ عَلىَ أَنْفُسِكُمْ

"Sesungguhnya setan adalah mahluk yang sangat peka dan penjilat maka jagalah diri kalian dari tipu dayanya".[115]

Petanyaan Keduabelas: Apakah seseorang bisa terkena penyakit ain jika dia membentengi diri dengan zikir, dan apakah orang yang alim bisa terkena juga?

Jawab: Benar, seseorang akan terkena jika tempramentnya tegang, terutama kemarahan, sebab dia datang dari setan, dan bisa memperlemah kekuatan pembentengan dirinya sehingga menjadi pintu bagi masuknya setan, dan bukti yang paling nyata adalah peristiwa Abban bin Utsman pada saat dia membacakan sebuah hadits dari Nabis shallallahu alaihi wa sallam yang mengatakan: "Barangsiapa yang membaca:

باِسْمِ اللهِ الذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اْسـمِهِ شَـئٌ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Maka tidak ada sesuatupun yang akan memberikan kemudharatan baginya". Akhirnya, teman bicaranya memandang (kepadanya dengan pandangan keheranan) sebab keadaannya yang telah ditimpa kelumpuhan. Dia bertanya: Mengapa kamu memandang saya (dengan pandangan kehearanan)? Demi Allah aku tidak berbohong kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, akan tetapi aku marah (sehingga aku ditimpa kelumpuhan). Orang yang alim ini ditimpa padahal dialah yang menceritakan hadits ini, maka orang yang lebih rendah kedudukannya lebih besar kemungkinan terkenanya, maka barangsiapa yang tidak bisa mengontrol tempramentalnya maka hendaklah dia mengulang kembali pembentengan dirinya (dengan zikir).

Pertnyaan Ketigabelas: Apakah memusuhi aa'in akan menjaga seseorang dari penyakit ain?

Jawab: Tidak benar, tidak ada yang menjaga seseorang dari penyakit ain kecuali membentengi diri (dengan zikir) dengan izin Allah dan itulah yang bermanfaat.

Pertnyaan Keempatbelas: Apakah penyembuhan (dengan riqyah) berfungsi untuk menanggulangi penyakit jasmani dan jiwa saja?

Jawab: Tidak benar, ruqyah adalah dasar penyembuhan sementara yang lainnya adalah sebab pengobatan, yang lebih baik adalah tidak menghamburkan uang yang banyak untuk suatu penyakit yang belum jelas, mendiagnosa dan mempergunakan sinar lasser, mengorbankan waktu, usaha dan harta, membebani negara dengan uang yang banyak, padahal bisa diimbangi dengan membuka klinik ruqyah secara resmi dan standar yang ketat untuk menseleksi para raaqi yang professional dari kalangan penuntut ilmu yang hanya mengarap pahala dari Allah semata, juga dibarengi dengan sebab-sebab lain berupa pengobatan untuk penyakit jasmani atau penyakit jiwa, sebagai aplikasi sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

عَلَيْكُمْ بِالشِّفَائَيْنِ اْلقُرْآنُ وَالْعَسَلُ     

"Hendaklah kalian menggunakan dua penawar, Al-Qur'an dan madu".[116]

Pertanyaan Kelimabelas: Apakah rahsia sebab berkuasanya setan pada masa kita sekarang ini khususnya, dan sebab menyebarnya penyakit ain?

Jawab: Tidak diragukan bahwa berkuasanya setan jin dan manusia pada masa sekarang ini sangat mengundang perhatian, hal tersebut kembali kepada beberapa sebab yaitu: Tekanan hidup dan godaannya yang telah berubah menjadi kesibukan inti manusia, dan menghancurkan ikatan-ikatan Islam bersamaan dengan minimnya berzikir, dalam kondisi inilah setan menemukan kesempatannya untuk menerkam hati-hati yang kosong dari berzikir kepada Allah.

          Adapun tentang menyebarnya penyakit ain pada masa ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskannya dalam sebuah sabdanya:

أَكْثَرُ مَنْ يَمُوْتُ مِنْ أُمَّتِي بَعْدَ قَضَاءِ اللهِ وَقَدَرِهِ بِالْعَيْنِ

"Sebagian besar orang yang meninggal dari umatku setelah taqdir Allah (kepada mereka), juga disebabkan oleh penyakit ain".[117] , beliau mengingatkan para shahabat dalam sebuah sabdanya:

مَا الْفَقْرُ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلِكنْ أَخْشَى عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا فَتَـتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا فَتُهْلِكُكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

"Bukanlah kemiskinan yang aku takutkan akan menimpa kalian, akan tetapi aku takut jika dibukakan dunia lalu kalian bersaing sebgaimana mereka bersaing, akhirnya dia mencelakakan kalian sebagimana dia telah mencelakakan mereka." Sebagiaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Pada zaman dahulu para shahabat makan dan minum dari satu bejana, jika di antara mereka terpendam rasa dengki maka hal itu akan terkikis dengan terambilnya bekas mereka pada saat makan dan minum bersama. Adapun sekarang, setiap orang makan, minum dan berpakian secara sendiri-sendiri, akhirnya banyak orang yang terjangkit kesurupan pada masa sekarang ini, maka muncullah kebutuhan yang mendesak akan didirikannya sebuah klinik resmi yang menggunakan Al-Qur'an dan ruqyah, sama dengan ilmu-ilmu Islam lainnya yang telah tertata secara resmi, dan masyarakat pada zaman dahulu tidak membutuhkan ruqyah sebab mereka selalu membaca zikir pada sebagian besar waktu mereka sehingga setan tidak mempunyai peluang dalam diri mereka. Namun, pada zaman kita sekarang ini seklipun banyak buku-buku tentang zikir yang telah dicetak dan direkam tetapi sangat disayangkan tidak diamalkan sesuai dengan cara yang ajarkan, zikir tersebut tidak dibaca kecuali saat dibutuhkan atau pada waktu luang dan dipraktikkan dalam bentuknya sebagai kebiasaan lebih dominan dari praktiknya sebagai ibadah.                                                                  

Pertanyaan Keenambelas: Apakah sebab kegagalan sebagian orang yang membaca ruqyah dalam menghadapi pasiennya? Dan apakah tanggapan bapak dengan sikap sebagian dokter yang mengingkari peran ruqyah syar'iyah dalam mengobati penyakit jasmani seperti patah tulang, dia mengatkan bahwa tidak ada hubungan antara patah tulang dengan ruqyah, penyembuhannya dengan menggunakan perban.

Jawab:

 (اَلْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ ِلمَا قُرِئَ لَهُ Al-Qur'an untuk apa yang niatkan saat membacanya). Qo'idah ini harus melekat di dalam diri kita, Al-Qur'an di pada saat membaca ruqyah berfungsi tiga hal: 1) Penyembuh bagi penyakit-penyakit jasmani dan yang lainnya. 2) Sebagai petunjuk bagi jin dan manusia yang memasuki tubuh manusia, firman Allah Ta'ala:

قُـلْ هُـوَ لِلَّذِِيْنَ آمَـنُوْا هُـدًى وَشِِـفَاءٌ

"Katakanlah: "Dia bagi orang-orang yang beriman sebagai petunjuk dan penyembuh". 3) Sebagaimana juga dimanfaatkan untuk membakar jin yang berada di dalam jasad manusia yang dirasukinya.

Sangat disayangkan, sebgian besar para pemabaca ruqyah melalaikan pemanfaatan yang pertama dan kedua, dan memanfaatkan untuk kepentingan yang ke tiga saja, yaitu untuk membakar jin, sehingga menimbulkan penolakan dan keletihan saat menghadapi jin yang merasuki seseorang baik bagi orang yang diruqyah dan yang membaca ruqyah secara bersama,  akhirnya masa pengobatan menjadi lama bahkan bertahun tahun, lain halnya jika dia berfikir untuk memberikan petunjuk bagi jin yang merasuki tersebut tanpa harus berkomunikasi dengannya niscaya orang tersebut akan sembuh  dalam waktu kurang dari tiga hari. Orang yang sakit tersebut akan kembali pulih seperti semula. Kami telah mencoba metode da'wah ini dan ternyata memberikan manfaat yang sangat besar, bahkan air dan minyak zaitun jika dibaca dengan niat seperti ini, yaitu penyembuhan dan petunjuk niscaya dia akan memberikan manfaat yang sangat jelas.

Kita kembali kepada pertnyaan selanjutnya, yaitu apakah ruqyah bermanfaat bagi orang yang patah tulang? Kami katakan: "Ya" dengan setegasnya, bahkan  kesembuhannya sangat cepat sebagaimana yang kita saksikan, contohnya orang yang sudah ditetapkan untuk mencabut perbannya setelah dua bulan dari awal pemasangannya, namun dengan menggunakan ruqyah syar'iyah anggota yang diperban telah sembuh dalam jangka yang kurang dari dua bulan dengan izin Allah, sebagaimana yang kita lihat, dan kenyataan ini terbukti dalam catatan medis, jauh sebelumnya sebuah riwayat sebagai bukti dalam masalah ini, yaitu kisah seorang yang disengat oleh kalajengking di mana dia kembali pulih setelah dibacakan ruqyah, dan sengatan adalah penyakit jasmani, dan di antara kita dengan para dokter-dokter professional yang menerapkan metode ruqyah terdapat kerjasama yang besar dengan izin Allah.

Pertnyaan Ketujubelas: Apakah syarat sebuah percobaan agar bisa sebut sebagai parktik yang sesuai dengan syara'? Dan apakah ruqyah termasuk sebuah ilmu atau praktik ibadah?

Jawab: Ilmu-ilmu umum (terapan) didasarkan pada percobaan, begitu juga ruqyah syar'iyah didasarkan pada pengalaman-pengalaman yang khusus, dan syarat agar dia sesuai dengan syar'iat adalah: 1) Harus dikonsultasikan kepada para ulama yang memahami syara'. 2)  Tidak mengandung syirik, seprti yang disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

                       اِعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقىَ مَا لمَ ْيَكُنْ فِيْهِ شِـرْكٌ

"Perlihatkanlah ruqyahmu kepadaku, tidak mengapa dengan ruqyah selama terbebas dari kesyirikan".

Ruqyah adalah bidang ilmu yang berdiri sendiri, bahkan dia adalah dasar pengobatan, namun sayang sekali, diremehkan. Bahkan syakhul Islam Ibnu Taimiyah menganggapnya sebagai bentuk jihad, yaitu jihad para Nabi dan  para reformis dalam menghadapi musuh yang abstrak ini, yaitu setan yang terkutuk, dia adalah ilmu dan ibadah, kalau orang-orang barat berlomba-lomba dalam membangun klinik-klinik rohani dan konsen dalam menyediakan orang yang membidanginya pada rumah sakit-rumah sakit yang ada di barat, maka kita umat Islam lebih utama dan berhak sebab kita adalah umat pembawa misi, maka ruqyah syar'iyah bukan untuk mendapat keberkahan semata, dia adalah bidang ilmu yang memiliki keriteria, oleh karenanya seseorang tidak dianjurkan menggelutinya kecuali setelah mengetahui keiteria khusus yang harus dipenuhinya.

Pertnyaan Kedelapanbelas: Apakah cukup bagi sesorang mengambil bekas yang sedikit dari seorang aa'in atau mesti mandi dengan bekasnya tersebut?

Jawab: Berdasarkan pengalaman, bekas yang sdikit cukup bagi seseorang dengan izin Allah, maksud sebanarnya adalah bau khusus bagi seorang aa'in, dan jika mandi dengannya maka hal itu labih baik, namun secara umum maksudnya adalah mendapatkan bau (khusus bagi aa'in). Dan jika dimasak sampai mendidih untuk menghindari penularan penyakit dan kotoran, maka hal itu tidak mengapa.

Pertnyaan Kesembilanbelas: Bagaimanakah cara menjaga diri dari penyakit ain?

Jawab: Menjaga diri dari penyakit ain dengan dua cara:

Pertama: Menjaga diri dengan zikir kepada Allah secara terus menerus bersama bacaan wirid pagi dan petang.

Kedua: Menjaga keindahan diri yang dikhawatirkan bisa menyebabkan terkena penyakit ain, sebagaimana disebutkan oleh Al-Bagawi[118] bahwa Utsman radhiallahu anhu melihat seorang anak kecil yang ganteng, maka dia berkata: "minyakilah lesung pipitnya agar dia tidak terkna penyakit ain". (Karena lesung pipitnya tersebut bisa mengundang kekaguman orang lain, sehingga orang lain memujinya tanpa dibarengi berzikir kepada Allah. Pen.)

Pertanyaan Keduapuluh: Sebagian pembaca ruqyah mensyaratkan bagi ruqyahnya dengan waktu tertentu, seperti waktu tenggelamnya matahari, bagaimanakah pendapat syekh dengan hal tersebut?

Jawab: Ruqyah adalah bentuk pengobatan yang jika dibutuhkan oleh sesorang maka dia memanfaatkannya tanpa pengkhususan dengan waktu tertentu, dan barangsiapa yang mengkhususkannya maka dia harus mendatangkan dalil.

Pertnyaan Keduapuluh satu: Sebagian pemabca ruqyah terkadang merasa letih saat meruqyah seorang pasien, terkadang dia menguam atau ingin muntah, lalu berkata kepada orang yang sakit tersebut: "Engkau terkena penyakit ain, sebab aku menguam atau ingin muntah, bagaimanakah kebenaran peraktaan tersebut?

Jawab: Ini adalah dalil yang jelas bahwa orang yang meruqyah tersebut terkena penyakit ain namun dia tidak mengetahuinya.

Keduapuluh Dua: Hadits Utsman bin Abil Ash ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam memukul dadanya, dan berkata kepada setannya:  (Keluarlah wahai musuh Allah!), riwayat ini sebagai dalil dibolehkannya menggunakan kekerasan saat menjalankan aktifitas ruqyah, padahal di sisi lain ruqyah digunakan dengan niat kesembuhan bagi tubuh ini dan petunjuk bagi jin yang sedang merasuki tubuh tersebut, bagaimanakah cara mengkompromikan antara hadits ini dengan kenyataan tersebut?

Jawab: Permulaan hadits ini sebagai jawaban atas pertanyaan ini, Utsman bin Abil Ash mengadu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan ucapannya: Ada sesuatu yang menggangguku dalam shalatku sampai aku tidak mengetahui berapa rekaatkah aku shalat, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Itu adalah setan", maka ini adalah kondisi khusus yang membutuhkan sikap keras sebab dia adalah setan kafir, dalilnya adalah dia tidak ingin shalat, dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memaksanya keluar dan tidak membunuhnya, maka ini adalah salah satu cara merubah dan menghilangkan kemungkaran, tidak mesti hal ini menjadi sebuah kaidah, dan bertahap dalam merubah kemungkaran adalah tuntutan syara'. Wallahu A'alamu.

Keduapuluh Tiga: Sebagian ahli jiwa tetap menganggap metode ittiham -yang dibenarkan oleh syara'- sebagai metode takhyiil (menggambarkan tentang seseorang) dan tidak mau membedakan antara keduanya serta melemahkan hadits yang mengatakan:

" اَلْعَيْنُ حَقٌّ وَيَحْضُرُهَا الشَّيْطَانُ وَحَسَدُ ابْنُ آدَمَ"

Bagaimankah pendapat syekh tentang hal tersebut?

Jawab: Benar, sebagian besar mereka menganggap demikian, semoga Allah memaafkan mereka, bahkan mereka menganggapnya sebagai salah satu cara pengobatan jiwa yang sudah lama, atau apa disebut dengan iha' (daya ilustrasi), dan orang yang mencari kebenaran di antara mereka pasti akan mendapatkan (perbedaannya), adapaun berdebat, maka kami telah  meninggalkannya, padahal kami tahu bahwa kami benar demi mengharap pahala dari Allah. Adapun hadits tersebut telah diteliti kwalitasnya pada bab yang kedua dari buku ini, maka hendaklah dia kembali memeriksanya. Seandainya hadits tersebut lemah, maka dia mempunyai penguat lain dalam Shahih Muslim dari riwayat Jabir, dia berkata:  Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الشَّيْطََانَ يَحْضُرُ أَحَدَكُمْ عِنْدَ كُلِّ شَيْئٍ مِنْ شَأْنِهِ

"Sesungguhnya setan menyertai salah seorang di antara kalian dalam setiap kondisinya".[119] Aku bertanya: Apakah dia tidak menyertainya saat terjadi penyakit ain?, semenatara Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:  يَحْضُرُ أَحَدَكُمْ عِنْدَ كُلِّ شَيْئٍ   Maha Suci Allah! Ya Allah, tunjukanlah kepada kami kebenaran sebagai sesuatu yang benar dan berikanlah kemampuan bagi kami untuk mengikutinya, dan tunjukanlah kepada kami kebathilan serta berikanlah kemampuan bagi kami untuk menjauhinya, shalawat dan salam kepada Nabi kita dan seluruh keluarganya.

Keduapuluh Empat: Apakah dalil bagi dianjurkannya meminum bekas seorang yang menjadi aa'in?

Jawab: Pada akhir hadits Sahl binHunaif terdapat tambahan:

"Aku menyangka dia berkata:

فَأَمَرَهُ فَحَسَا مِنْهُ حَسَوَاتٍ (أَيْ شَرِبَ مِنْهُ

 (menyuruhnya lalu dia meneguk beberapa tegukan air dan meminum darinya)[120].

Keduapuluh Lima: Apakah mungkin bagi seseorang memanfaatkan jin yang shaleh?

Jawab: Memanfaatkan jin yang sholeh dibolehkan oleh sebagian ulama, seperti syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimhullah, pendapat saya adalah boleh dimanfaatkan secara teori, adapun prkatiknya sangat sulit direalisasikan, karena beberapa sebab: Perbedaan penciptaan antara kedua mahluk, ketidak tahuan manusia tentang jin tersebut, kemungkianan penipuan jin (terhadap manusia), di mana mereka (secara sengaja) memberitahukan seorang muslim dengan kesholehannya; mendorong seseorang untuk berzikir demi menyibukkannya dari perbuatan yang lebih afdhal, memberikan hukuman kepada orang tersebut jika meninggalkan ketaatan agar terbentuknya rasa takut kepada jin bukan kepada Allah, dan berbagai konspirasi lainnya, dan prilaku ini bisa merusak aqidah seseorang karena melemahkan rasa tawakkal dan memohon bantuan seseorang kepada Allah, kitab Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sudah mencukupi segala sesuatu.

Dalam Sebuah Seminar, Pada Hari Selasa Di Kantor Koran "Al-Riyadh", Di Mana Penulis Teramsuk Peserta Yang Ikut Dalam Seminar Tersebut. Seminar Juga Dihadiri Oleh Beberapa rooqi, Saat Itu, Kami Mengajukan Beberapa Pertanyaan Kepada Syekh DR. Nashir Bin Abdul Karim Al-Alql-Dekan (Lama) Jurusan Aqidah Dan Pemikiran Moderen Universitas Islam Imam Ibnu Su'ud, yaitu:

Pertanyaan Keduapuluh enam: Apakah ruqyah bertentangan dengan tawakkal?

Jawab: Ruqyah tidak bertentangan dengan tawakkal, sebab dia adalah salah satu tindakan yang disyari'atkan. Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah melakukannya dan mengakuinya, bahkan memerinthakannya; termasuk di dalam pengertian umum hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang shahih ketika ditanya tentang berobat: "Benar, wahai hamba Allah, beobatlah…." Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan Asma' binti Umais menggunakan ruqyah dalam sebuah sabda beliau:

مَا لِي أَرَى أَجْسَامَ بْنَ أَخِي ضَارِعَةً تُصِيْبُهُمُ الْحاَجَةُ ؟ قَالَتْ: لاَ, وَلكِنْ الْعَيْنَ تُسْرِعُ إِلَيْهِمْ, قَالَ: اِرْقِيْهِمْ, قَالَتْ: فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ, فَقَالَ: اِرْقِيْهِمْ

"Kenapa tubuh-tubuh anak saudara saya lesu seakan menginginkan sesuatu? Lalu Asma' menjawab: "Tidak, akan tetapi penyakit ain telah menyerang mereka, Rasulullah memerintahkan: "Ruqyahlah mereka" Lalu dia berkata: "Maka aku menawarkan kepadanya untuk meruqyah mereka" Namun beliau menjawab: "Bacakanlah ruqyah kepada mereka".[121] Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam jika mengidap sesuatu maka Jibril Alaihis Salam meruqyahnya sebagaimana yang dijelaskan di dalam Shahih Muslim. Sebagaimana dijelaskan di dalam sebuah hadits tentang ruqyah apakah bisa menolak taqdir Allah? Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Dia termasuk taqdir Allah. Bahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk memanfaatkan ruqyah yang terbebas dari kesyirikan, yaitu ruqyah yang memenuhi syarat syar'I, seperti yang dijelaskan dalam sabdanya:

اِعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقىَ مَا لمَ ْيَكُنْ فِيْهِ شِـرْكٌ

"Ajukanlah ruqyahmu kepadaku, tidak mengapa dengan ruqyah selama terbebas dari kesyirikan".

Pertanyaan Keduapuluh Tujuh: Apakah ruqyah bersifat tauqifiyah seperti ibadah-ibadah lainnya atau dia tergntung ijtihad dan pengalaman sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

اِعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقىَ مَا لمَ ْيَكُنْ فِيْهِ شِـرْكٌ

Jawab: Ruqyah tunduk pada ketentuan ijithad dan pengalaman dengan syarat-syaratnya, yaitu:

1-Mempergunakan kalam Allah Ta'ala yaitu Al-Qur'an, do'a-do'a yang datang dari Rasulullah saw dan do'a-do'a yang benar yang tidak mengandung kesyirikan, bid'ah dan dipahami, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

ِاعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقىَ مَا لمَ ْيَكُنْ فِيْهِ شِـرْكٌ

"Ajukanlah ruqyahmu kepadaku, tidak mengapa dengan ruqyah selama terbebas dari kesyirikan".

2-Terbebas dari tanda-tanda yang tidak dimengerti, tulisan-tulisan mantra, do'a-do'a yang tidak dipahami atau gerakan-gerakan yang tidak jelas.

3-Orang yang meruqyah dan diruqyah meyakini bahwa yang menyembuhkan hanyalah Allah semata, dan semua terapi yang dilakukan hanya bisa bermanfaat dengan taqdir Allah.

4-Ikhlash dalam berniat dan mengharap kepada Allah semata saat membaca ruqyah atau berdo'a.

Pertanyaan Keduapuluh Delapan: Apakah ruqyah syar'iyah bermanfaat untuk mengobati penyakit jasmani dan penyakit jiwa, dan apakah hukum orang yang mengejek praktik ruqyah syar'iyah yang muncul dari kalangan dokter dan para ilmuan, dan bagaimanakah pendapat syekh dengan orang yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara bacaan ruqyah dengan penyakit-penyakit ini dan ini adalah salah satu bentuk khurofat?

Jawab: Benar bahwa ruqyah adalah sebab syar'I yang ditaqdirkan oleh Allah bisa bermanfaat untuk penyembuhan dengan izin Allah bagi penyakit  jiwa dan jasmani, pengakuan terhadap manfaat ini sangat bergantung pada iman dan ketundukan diri kepada Allah Ta'ala serta apa-apa yang datang dari Allah dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, seperti yang diceritakan dalam kisah orang yang disengat (yaitu orang yang disengat oleh kalajengking lalu ditimpa oleh racunnya) maka Allah menyembuhkannya dengan bacaan surat Al-Fatihah baginya, lalu Nabi saw shallallahu alaihi wa sallam membenarkan tindakan pembaca ruqyah tersebut.

Seorang muslim, baik sebagai dokter atau lainnya wajib menerima apa yang telah terbukti secara syar'I tentang penyembuhan dengan menggunakan ruqyah apalagi ruqyah yang berasal dari Al-Qur'an, di mana Allah menyebutnya sebagai (هُدًى وَشِـفَاءٌ) dan

(وَشِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ)

dan benar bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diruqyah oleh Jibril Alahis Salam dengan membaca: بِسْمِ اللهِ يُبْرِيْكَ وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيْكَ (Dengan menyebut nama Allah yang akan membebaskanmu dan menyembuhkanmu dari setiap penyakit".[122] Dan ucapan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: مِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيْكَ sebagai dalil bagi ruqyah yang bersifat gelobal bagi setiap jenis penyakit baik rohani atau jasmani.

Dalam pembuktian yang dijelaskan oleh sunnah bahwa penyakit-penyakit yang dapat sembuh dengan ruqyah pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah penyakit-penyakit jasmani, dan mereka tidak mengenal penykait rohani yang banyak terjadi pada zaman kita sekarang ini.

Adapun, ungkapan mereka yang mengatakan bahwa ini adalah bentuk khurofat, dan Al-Qur'an tidak mempunyai hubungan apapun dengan penyembuhan berbagai jenis penyakit ini, adalah bukti nyata akan kebodohan mereka dengan agama Allah, dan sedikitnya pemahaman meraka dengan syara' Allah. Banyak di antara mereka yang menjadikan ilmu-ilmu terapan sebagai standar kebenaran terapi yang bersifat syar'I, dan ini adalah kesalahan dalam keyakinan beragama bagi seseorang, semoga Allah menyelamatkan kita darinya. Seandainya mereka menyadari bahwa Allahlah yang mengajarkan bagi mereka ilmu-ilmu alam seperti ilmu tentang kedokteran, Dialah yang mensyari'atkan bagi hambaNya untuk melakukan terapi syar'I (sebab-sebab yang bersifat abstrak bukan medis) seperti ruqyah dan mengambil bekas bagi aa'in, niscaya mereka tidak akan mengingkari apa yang disyari'atkan oleh Allah berupa ruqyah dan pengaruhnya yang sudah terbukti. Adapun sebab-sebab yang tidak disyari'atkan seperti meramal, tulisan–tulisan mantra dan sihir dan yang lainnya adalah terapi yang diharamkan oleh Allah Ta'ala.

Pertanyaan Keduapuluh sembilan:  Imam Ibnu Hajar Rahimhullah berkata: (Penyakit ain bisa terjadi karena rasa bangga seseorang sekalipun tanpa dibarengi dengan perasaan dengki, bisa terjadi dari orang yang mencintai atau orang yang shaleh…), Saya sangat mengahrapkan agar syekh berkenan menerangkan kalimat ini, dan apakah mesti seorang aa'in harus dengki? Dan bisakah penyakit ain muncul dari teman, keluarga dan orang yang shaleh baik hanya karena bergurau atau memuji?

Jawab: Pada dasarnya penykit ain terjadi dari orang yang dengki, bisa juga terjadi karena perasaan gibthah (perasaan iri tapi tidak menghendaki nikmat tersebut hilang darinya) tanpa dibarengi dengan hasad yang jelas. Penyakit  Ain juga bisa terjadi dengan sebuah ungkapan yang  tidak dibarengi perasan dengki; baik yang muncul dari seorang teman atau kerabat, akan tetapi kalimat tersebut bisa mempengruhi jin yang selalu menyertai manusia, seperti yang disebutkan dalam riwayat yang muttafaq alaihi tentang seorang yang mendapatkan warna kemerah-merahan pada wajahnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan: اِسْتَرْقُوْا لَهَا فَإِنَّ بَهَا النَّظْرَةَ  (Bacakanlah ruqyah baginya sebab pada dirinya ada tanda-tanda (terkena penyakit yang disebabkan) pandangan. Karena jin. Oleh karenanya penyakit ain bisa disebabkan oleh seorang teman, kerabat dan orang yang shaleh karena ungkapan yang lontarkannya, dengan bersenda gurau atau pujiannya baik pada saat serius atau saat main-main. Dengan kata lain bahwa seorang teman, kerabat dan orang shaleh bisa menyebabkan terjadinya penyakit ain baik dengan seganja atau tanpa sengaja dan inilah yang sering terjadi.

Pertanyaan Ketigapuluh:  Disebutkan dalam hadits Umamah bin Sahl bin Hunaif sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam: مَنْ تَتَّهِمُوْنَ؟  (Sapakah yang engkau curigai/tuduh) apakah makna Ittiham, dan tingkat kebolehannya secara syara' dalam mengobati penyakit ain? Dan apakah harus memberitahukan orang yang dicurigai menyebabkan penyakit ain, baik karena dengki atau bangga dalam rangka mengambil bekas dirinya, atau bekas tersebut diambil tanpa sepengetahuan aa'in, baik keringatnya atau liurnya agar tidak menimbulkan permusuhan?

Jawab: Makna Ittiham sudah jelas, yaitu orang yang yang ditimpa penyakit ain dianjurkan untuk mengingat-ingat kondisi yang telah berlalu yang mungkin menyebabkan dirinya tertimpa ain, dengan menggambarkan di dalam benaknya orang-orang yang mungkin mengungkapakan tentang sifat dirinya yang bisa menimbulkan perasaan dengki, gibthah atau mengungkapkan sebuah sifat di sisi orang lain, atau melihat darinya sesuatu yang menumbuhkan sifat gibthah atau iri.

Hal ini dipertegas oleh ucapan salah seorang shahabat ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertanya: "Siapakah yang engaku curigai?" yaitu orang yang menyebabkan Sahl tertimpa penyakit ain. Mereka menjawab: Amir bin Rabi'ah, sebab mereka mendengarnya berkata bahwa kulit Sahl seperti kulit seorang wanita pingitan.

Adapun tentang memberitahukan orang yang dituduh sebagai aa'in, maka hal ini kembali pada perkara yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut dan akibat yang muncul jika dilaksanakan; jika orang yang dituduh tersebut dewasa dan menerima kenyataan ini tanpa menimbulkan kerusakan, maka lebih baik diberitahukan dan diminta untuk mandi atau dia sendiri yang mengusap bekasnya dirinya. Namun jika perkaranya tidak seperti apa yang disebutkan di atas, maka sebaiknya bekasnya diambil tanpa sepengeatahuannya, dan semuanya bermanfaat insyaallah.

 BAB KETUJUH KISAH NYATA TENTANG PENGARUH RUQYAH SYAR'IYAH

1) Cerita tentang seorang yang pingsan.

Seorang wanita selalu pingsan dalam acara ( gembira) apapun, baik perayaan hari raya atau pernikahan, dia merasa tercekik secara terus menerus pada setiap acara tersebut namun berkuarang pada hari-hari lainnya, lalu pada saat ruqyah dibacakan dia menyebut salah seorang kerabatnya, maka Al-Roqi menyuruhnya untuk segera mengambil bekas kerabat tersebut tanpa sepengetahuannya dan berbaik sangka kepadanya, namun dia mengindahkan perintah tersebut. Akhirnya, pada sebuah acara pernikahan anaknya, wanita tersebut kembali pingsan di dalam ruang acara pernikahan tersebut, lalu dia dibawa dengan mobil ambulan menuju  salah satu rumah sakit spesialis dan dimasukkan ke dalam ruang perwatan  dalam kondisi pingsan dan sulit diharapkan sembuh, akibatnya pernikahan dibatalkan, lalu salah seorang putrinya pergi mengambil bekas makan wanita yang dicurigai lalu dimasukkan dalam sebuah botol air, kemudian dia membawanya menuju ruang perawatan intensif dan meletakkan sebagian bekas tersebut pada mulut ibunya, hingga menimbulkan perkara yang mengagetkan! Di mana wanita tersebut bangkit dari pingsannya dan duduk pada hamparan dipan lalu terbatuk-batuk dengan keras, yang menyebabkan para dokter dari inggris bertepuk tangan terheran, lalu wanita tersebut keluar dari rumah sakit pada hari yang sama dalam keadaan sehat yang sempurna, lalu seorang seorang suster menutup catatan wanita tersebut sambil berkomentar: (Terkadang badan tersebut mengobati dirinya secara langsung). Maha Suci Allah.

2) Seorang yang lumpuh!!

Seorang lelaki datang membawa anaknya yang tertimpa lumpuh pada seluruh tubuhnya dalam sebuah selimut, dia mengadu kepada seorang Roqi: Aku telah mengelilingi sebagian besar negara-negara di dunia ini untuk mengobati anakku dengan berbagai pengoatan medis, aku telah rugi tenaga, harta dan waktu, semua referensi medis menegaskan bahwa kelumpuhan ini bukan disebabkan oleh sebab-sebab medis!! Lalu roqi membacakan ruqyah baginya (dengan niat penyembuhan dan hidayah bagi jin yang bersarang pada dirinya), kemudian dia bertanya kepada anak tersebut: Apakah engkau mencurigai seseorang? Pertanyaan ini diajukan dalam rangka mengamalkan hadits Nabi saw: Siapakah yang engkau curigai?" Maka anak tersebut menjawab: Aku tidak berfikir saat ini kecuali bapakku ini!, lalu bapaknya terheran-heran sambil berkata: Apakah aku yang menyebabkannya tertimpa penyakit ain padahal aku telah mengerahkan harta dan waktuku bagi kesembuhannya!, Lalu sang roqi menjelaskan bahwa ain tersebut bisa dipancarkan dari seorang yang paling disayang, dan bukan menajdi syarat bahwa ain tersebut mesti dari orang yang dengki dan pemarah, akan tetapi pada saat seseorang mengungkapkan kekagumannya tanpa dibarengi dengan zikir kepada Allah, biasanya setan menghadiri keadaan tersebut danm memanfaatkannya, seperti yang dijelaskan dalam sabda Nabi saw:                                                                     اَلْعَيْنُ حَقٌّ وَيَحْضُرُهَا الشَّيْطَانُ   

"(Penyakit yang ditimbulkan oleh) mata adalah benar adanya, yang dibarengi oleh setan". Setan tidak melihat pada kabikan niat orang yang mengungkapkan pujian tersebut, dia hanya mengetahui apakah seseorang berzikir atau orang yang dikagumi apakah dia membentengi dirinya atau tidak dengan zikir atau yang lainnya untuk mencegah masuknya setan kepada orang yang dipuji tersebut, berdasarkan sabda Nabi saw:

سِتْرُ مَا بَيْنَ عَوْرَاتِ اْلإِنْسَانِ وَالْجِنِّ قَوْلُ بِسْمِ اللهِ

"Penghalang antara aurat seseorang dengan jin adalah ucapan: بِسْمِ اللهِ

Lalu bekas orang tuanya diambil melalui segelas the yang diminumnya, maka anaknyapun meminumnya, akhirnya muncullah keajaiban yang tidak terduga!, Di mana anak tersebut mulai bergerak tanpa kehendaknya, dia mulai merayap ke bumi, lalu bangkit sedikit demi sedikit dengan berat, kemudian dia menggerak-gerakkan seluruh anggota badannya, lalu melangkah beberapa langkah lalu terjatuh dan ia kembali bangkit! Bapakanya menangis terharu lalu berkata: Aku mengingat, dua tahun yang silam saat para tamu berkunjung ke rumah, aku memuji anakku ini karena pelayanannya yang baik kepada para tamu, namun pujian itu tanpa dibarengi zikir kepada Allah. "Demi Allah, tidak ada anak yang bermamfaat bagiku kecuali anak ini" Pujiku baginya tanpa menyebut nama Allah. Setelah itu anakku ini merasakan sakit yang kronis sampai dia lumpuh selama dua tahun, dan tidak ada dokter yang specialis penyakit lumpuh baik di dalam negeri atau di luar negeri kecuali aku pergi kepadanya. Akhirnya, orang tuanya berterima kasih kepada roqi sambil berkomentar:

حَامِلُ دَاهُ بُرْدَاهُ

(Pembawa penyakit dirinya pada selimutnya, maksudnya: Dia capek mencari obat di luar padahal dia sendiri yang menjadi sebab penyakit tersebut), akhirnya anak tersebut pulang sambil membawa selimut yang dipakainya. Segala puji bagi Allah atas karuniaNya.

3) Usus Yang Berlilit.

Seorang penuntut ilmu syara' menghadiri jamuan makan pada sebuah pesta untuk walimah. Saat makan berlangsung, dia selalu membantu teman-temannya memotong daging lalu membagikannya kepada para tamu. Lalu salah seorang mereka bercanda:

بَطْنُكَ كَالْكَسَّارَةِ

(Perutmu seperti pemecah batu). Akhirnya para tamu tertawa dengan kalimat tersebut. Di akhir walimah orang orang tersebut merasa sakit pada perutnya, selalu ingin muntah dan mencret. Lalu dia segera ke dokter dan mendiagnosa tempat yang sakit dengan sinar  lasser, ternyata ususnya berlilit di dalam perutnya, dan harus menempuh jalan oprasi untuk meluruskan usus-usus yang berlilit tersebut. Proses operasi berlangsung sukses dan dia boleh meninggalkan rumah sakit setelah beristirahat padanya satu bulan penuh untuk meniunggu kesembuhan luka pada oprasi tersebut, saat berjalan pulang dan sampai di pintu keluar, orang tersebut terserang rasa sakit pada tempat yang sama di perutnya, lalu proses diagnosapun diulangi oleh seorang dokter yang telah menanganinya sebelum ini dan terheran dengan berlilitnya usus dalam waktu yang cepat. Dan dokter tersebut memutuskan untuk menjalankan operasi kedua kalinya untuk meluruskan usus yang sedang berlilit, lalu beristirahat di rumah sakit tersebut selama satu bulan tambahan, saat sudah sembuh dan ingin keluar, dia kembali merasakan rasa sakit yang sama, namun pada saat ini, dokter memutuskan mustahil menjalankan operasi ketiga kalinya sebab kelemahan badan untuk menahan tiga kali operasi untuk jenis penyakit yang sama. Dokter menerangkan bahwa penyakit ini adalah yang pertama terjadi di dunia dan tidak diketahui sebabnya.

Pasien keluar dengan membawa rasa sakitnya, lalu seorang roqi membacakannya ruqyah dengan niat penyembuhan dan petunjuk dan menyebutkan orang yang dicurigai. Lalu sang roqi menyuruhnya untuk berbaik sangka padanya dan mengambil bekas dirinya baik liur atau keringat. Lalu sang pasien mengambil bekas tersebut dan disiramkan pada badannya namun tidak memberikan pengaruh apapun,  rasa perihpun masih tetap dirasakan, kemudian mengadu kepada roqi, dan sang roqopun bertanya kepadanya: "Apakah engkau telah meminum bekas tersebut? "Tidak" Jawanya. "Aku hanya menyiramkannya pada tubuhku" Jelasnya. Lalu sang roqi menjelaskan: Penyakit ain ini telah menimpa perutmu dan bekas tersebut seharusnya sampai di tempat yang ditimpa penyakit ain tersebut. Lalu dia kembali mengambil bekas aa'in dan meminumnya, akhirnya usus-ususnya kembli pada posisi semula dan pasien hidup seperti sediakala, kemudian dia kembali ke rumah sakit untuk meyakinkan tentang kondisinya, pihak rumah sakit menegaskan kesehatan ususnya dengan karunia Allah semata.

4) Penyakit Yang Tidak Diketahui Jenisnya.

(Kami tulis seperti apa yang diceritakan oleh yang bersangkutan)

Sebelum sepeuluh tahun yang silam aku terkena penyakit ginajl yang kronis sampai aku kencing darah (Semoga Allah memuliakanmu). Aku pergi ke sebuah rumah sakit terbesar dan mendapatkan darinya hasil diagnosa yang terlampir di bawah. Para dokter menegaskan: Penyakit ini tidak mempunyai obat sama sekali, dan tidak mempunyai sebab yang jelas di dalam teori kedokteran, penyakit ini disebut: IGA. Bertahanlah di rumah, engkau tetap akan decontrol saja sebab tidak ada seorangpun yang bisa selamat dari penyakit sejenis ini, bahkan bisa berakibat pada kegagalan ginjal yang cepat semoga Allah tidak memperkenankan hal itu terjadi.

Setelahnya dunia sempit bagiku kecuali dari rahmat Allah, lalu aku pergi menuju syekh Abdullah Al-Sadhan-semoga Allah memberikan gajnaran baik baginya-untuk dibacakan ruqyah. Beliau berkata: Saya akan membacakan beberapa ayat-ayat Allah bagimu dan semoga Allah menyembuhkanmu isyaallah dan aku membacanya dengan niat penyembuhan dan ittiham dalam rangka mengamalkan hadits yang mengatakan:

 مَنْ تَتَّهِمُوْنَ (siapakah yang engkau curigai?). Saat membaca ruqyah dia bertnya kepadaku: Apakah engkau mencurigai ada orang yang pernah mengungkapakan sebuah kaliamat tentang dirimu? Apakah engkau pernah melihat sebuah peristiwa atau mimpi? Apakah di dalam benakmu tergambar seseorang yang pernah menimpakan penyakit ain bagimu? Dalil-dalil ini berdifat praduga yang tidak dipastikan namun tetap dilaksnakan dan dibarengi dengan baerbaik sangka kepada mereka yang diambil bekas dirinya.

Setelah pertnyaan ini, aku mencurigai beberapa orang lalu aku mengambil bekas mereka, maka darah tersebut terhenti secara tiba-tiba, kecuali rasa perih. Pada euqyah yang kedua aku melihat orang lain lalu akupun pergi mengambil bekas mereka maka rasa sakitpun hilang. Segala puji hanya bagi Allah. Kemudian aku mengecek badanku ternyata kesehatanku membaik 70%, lalu pada saat dibacakan ruqyah yang ketiga kalinya penyakit tersebut hilang secara semppurna dan segala puji hanya bagi Allah, akhirnya keadaanku mnejadi stabil.

Oleh karenanya, saya menasehatkan kepada saudara-saudaraku yang sedang sakit untuk memanfaatkan ruqyah syar'iyah, sebagai dasar penyembuhan yang sudah diremehkan, dan pergola menuju pembaca ruqyah yang hanya mengharap pahala dari Allah.

 FATWA PENEGASAN PARA ULAMA TENTANG KEBOLEHAN

M E T O D E    I T T I H A M

Yang mulia: syekh kami Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin semoga Allah tetap melindunginya.

Assalamu alaikum Wa Rahmatullahi Wa Baraktuhu

Sebagian orang mengingkari kami dengan praktik pengalaman ruqyah yang tidak bertentangan dengan syara', bahkan masuk dalam penertian hadits Rasulullah saw:    

اِعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقىَ مَا لمَ ْيَكُنْ فِيْهِ شِـرْكٌ

"Perlihatkanlah ruqyahmu kepadaku, tidak mengapa dengan ruqyah selama dia terbebas dari kesyirikan". (HR. Muslim, Mukhtashar Shahih Muslim no: 1462, dipahami dari sabda Rasulullah yang ini:

 اِعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ َ

(Perlihatknlah kepadaku penglamanmu dalam ruqyah). Dan penglaman ini telah kami perlihatkan kepada kepada yang mulia syekh Abdul Aziz bin Baz, syekh Ibnu Utsaimin, syekh Abdul Muhsin Al-Ubaikan, dan yang lainnya dan kepada yang syekh sendiri, sebagian besar mereka mendukungnya.  Semuanya terwujud karena karunia Allah semata. Di antara yang kami perlihatkan adalah:

1) Membaca ruqyah kepada orang yang ma'yun dengan niat mengekang setan yang mersuk, kemudian dikatakan kepada Ma'yun: Siapakah yang engkau curigai?, maka akan terbayang di dalam benaknya orang yang menjadi Aa'in, berdaarkan hadits: " مَنْ تَتَّهِمُوْنَ", kemudian diambillah bekas aa'in baik liur atau keringat lalu dipergunakan untuk mandi dan minum maka setan aa'in akan meninggalkannya dengan izin Allah, begitu juga dianjurkan mengamalkan hadits Abi Hurairah yang marfu':

اَلْعَيْنُ حَقٌّ وَيَحْضُرُهَا الشَّيْطَانُ وَحَسَدُ ابْنُ آدَمَ

"(Penyakit yang ditimbulkan oleh) mata adalah benar adanya, yang dibarengi oleh setan dan sifat dengki anak Adam". (Fathul Bari 10/12). Pengalaman menunjukkan tentang manfaat metode ittiham ini, bahkan dengan karunia Allah engkau tidak mendapatkan sakit kembali pada keadaannya semula. Pengalaman ini tidak bisa pungkiri oleh siapapun.

2) Membaca Al-Qur'an dengan niat penyrmbuhan dari berbagai penyakit; baik penyakit rohani atau penyakit jasmani, berdasarkan firman Allah Ta'ala:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar". Kata ((شِفَاءٌ)) bermakna umum yang tidak dibatasi dengan sesuatu. Dan ketika Jibril Alaihis Salam meruqyah  Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, dia membaca:

بِسْمِ اللهِ يُبْرِيْكَ وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيْكَ

(Dengan menyebut nama Allah yang akan membebaskanmu dan menyembuhkanmu dari setiap penyakit". (Mukhtashar Shahih Muslim no: 1443, maka kata: ( َمِنْ كُلِّ دَاءٍ) umum untuk setiap penyakit, tidak seperti apa yang dipahami oleh orang-orang terdahulu yang membatasinya hanya pada penyakit ain,seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits Rasulullah Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam: لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْنٍ  (Tidak ada ruqyah kecuali karena penyakit ain), dan makna yang shahih bagi hadits ini adalah: Tidak ada utama yang lebih utama mendapat ruqyah kecuali orang yang tertimpa penyakit ain dan racun sengatan". Mereka membantah praktik yang berdasarkan pada penglaman yang tidak bertentangan dengan syara' dengan anggapan bahwa praktik tersebut akan memabawa pada kesyirikan, mereka akhirnya memantah praktik pengobatan dengan meniup pada air dan berobat dengan daun bidara, bahkan di antara mereka ada yang berlebihan dalam mengingkarinya generasi terdahulu umat ini, karena mereka menjalankan praktik ruqyah ini dan penegasan mereka tentang kebolehannya, seperti Imam Ahmad Bin Hambal, Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyyim rahimhumullah dan ulama umat di negara ini dengan alasan, sebagiamana  yang disebutkan oleh penulis kitab: Al-Nazirul Uryan?. Hai ini adalah sikap merendahkan kedudukan Al-Qur'an sebagai penwar bagi penyakit dan meremehkan para ulama, (Janganlah engkau bertanya tentang kebiansaan suatu ummat yang bisa menimpa orang yang merendahkan kedudukan ulamanya). Saya mengharapkan kepada syekh untuk menjelaskan masalah ini, semoga Allah memberikan taufiqnya kepadamu dan meluruskan langkah-langkahmu dan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad.

Abdullah Muhammad Al-Sadhan.

 Jawaban syekh Abdullah Bin Jibrin

Asslamu alaikum warahmatullahi wabaraktuhu

          Saya setuju dengan apa yang anda tulis tentang perkataan Syekh bin Baz, Ibnu Utsaimin dan Ibnu Ubaikan, saya tegaskan bahwa penglaman ini bermanfat dan berguna dengan izin Allah, dan tidak mesti setiap ruqyah harus bersifat manqul  (dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam) akan tetapi setiap ruqah yang memberikan pengaruh positif yang terbebas dari kesyirikan boleh dikerjakan berdasarkan hadits yang disebutkan di atas, baik ruqyah tersebut untuk penyakit ain atau kerasukan dan penyakit lainnya, dengan syarat bahwa ruqyah tersebut terbebas dari kata-kata yang tidak diketahui maknanya, terbebas dari catatan mentera atau huruf-huruf yang terputus-putus atau yang sepertinya, berjalanlah pada jalan yang engkau tempuh dengan curhan berkah dari Allah, Allah bersamamu dan tidak akan mengurangi pahala amal kalian. Semoga Allah memberikan ganjaran yang baik bagimu. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad.

Syekh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, pada tanggal 2/1/ 1416 H.

 P E N ﷻ‬ T ﷻ‬ P

Tidak diragukan lagi bahwa lisan bisa membawa seseorang beruntung atau binasa, banyak ucapan yang menjerumuskan pelakunya pada neraka Jahannam. Semoga Allah melindungi kita darinya. Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: 

                وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسُ عَلىَ مَنَاخِـرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتـِهمْ

"Dan tidakkah banyak munusia yang digeret pada batang hidungnya kecuali karena jebakan lidah-lidah mereka?". Lisan adalah alat yang paling besar yang dipergunakan oleh setan untuk menimpakan kemudharatan bagi kaum muslimin, khususnya mata yang didorong kedengkian, oleh karena itulah menjaga lisan termasuk upaya yang paling besar untuk melawan setan, maka seharusnya bagi seorang muslim untuk tidak berkata kecuali dengan perkataan yang bermanfaat, Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:                

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ اْلَمرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ

"Termasuk tanda kebaikan keisalman seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat bagi dirinya".

          Inilah yang bisa saya ungkapakan dalam catatan yang kecil ini tentang pengalaman saya pada medan yang besar ini, yaitu ruqyah syar'iyah, yang dikatakan oleh syekhul Islam Ibnu Taimiyah: Termasuk perbuatan yang paling afdhal, aktifitas para Nabi dan orang-orang yang shaleh, sesungguhnya para Nabi dan orang-orang shaleh senantiasa menghalau setan-setan dari Bani Adam dengan jalan yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya.

Jika aku diberi taufiq padanya, maka segala puji bagi Allah dengan pujian yang semestinya, yang sesuai dengan kemuliaan wajahMu dan keagungan kekuasaanMu, namun jika yang terjadi sebaliknya,  maka aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung:

إِنْ أُرِيْدُ إِلاَّ اْلإِصْلاَحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيْقِي إِلاَّ بِاللهِ عَلَيْهِ  تَوِكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيْبُ

"Aku hanya menginginkan perbaikan semampuku, dan tidak ada yang memberikan taufiq kepadaku kecuali Allah, kepadaNyalah aku bertwakkal dan kepadaNya pula aku kembali".

مَادَعْوَةٌ أَنْفَعُ يَا صَاحِبِي   مِنْ دَعْـوَةِ الْغَائِبِ لْلْغَائِبِ

نَاشَدَتُّكَ الرَّحْمنَ يَاقَارِئًا          أَنْ تَسْأَلَ اْلغُفْرَانَ لِلْكَاتِبِ

Tiada do'a bermanfaat wahai shahabatku

Dari do'a orang yang gaib bagi orang yang gaib

Demi Zat Yang Pengasih, wahai pembaca

Mintalah ampunan bagi bagi penulis buku ini

 RISALAH  PEMBEDA ANTARA TERAPI SECARA SYAR'I DAN KHUROFAT PARA DUKUN

Yang Mulia Syekh  Abdullah bin Sulaiman Al-Mani'

Segala puji bagi Allah, aku memujinya, memohon ampunan dan bartaubat kepadaNya, aku berlindung kepada Allah dari keburukan perilakuku, aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa yang tiada sekutu bagiNya dalam uluhiyah, rububiyahNya dan kesempurnaan zat dan sifatNya, persaksian yang dengannya aku bertemu dengan Tuhanku. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, imam orang-orang yang bertaqwa dan penghulu para Rasul, pemimpin orang-orang yang bercahaya mukanya padahari kiamat. Semoga Allah memberikan kesejateraan baginya sampai hari kiamat. Amma Ba'du:

Allah telah menciptakan manusia dengan tanganNya yang mulia, dan meniupkan baginya ruh yang suci, menjadikannya menjelma dengan ruh dan jasad, menjadikan ruh sebagai inti kehidupan, Dia telah menjamin kelanggengan hidupnya, menjadikan jasad sebagai sebagai sarana yang menjaganya sampai batas waktu tertentu, pengikat kemampuannya dari kebebasan terbang dan bergentayangan pada penjuru kecuali pada saat jasad terbujur tidur, ruh tersebut bebas bergentayangan pada saat tidur saja, firman Allah Ta'ala:

اَللهُ يَتَوَفَّى اْلأَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا اْلَموْتَ وَيُرْسِلُ اْلأُخْـرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذلِكَ َلآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ

"Allah memgang jiwa orang ketika matinya, dan memgang jiwa orang yang belim mati ketika tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematinnya Dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir".[123]

Hanya Allahlah yang memiliki kesempurnaan yang mutlaq, menetapkan bagi mahluknya kekurangan dalam harta, jiwa dan buah-buahan karena hikmah yang dikehendakiNya, dan rahasia yang ditunutut oleh kebijakasanaan, pengetahuan dan ilmuNya, firman Allah Ta'ala:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَئٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ

"Dan sungguh Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar".[124]

Manusia adalah satu bagian dari mahluk Allah yang terbentuk dari unsur ruh dan jasad, dan setiap unsur tersebut memiliki kekurangan dalam penciptaan, prilaku, perasaan dan kepekaan. Ruh adalah zat yang hidup yang mempunyai kekurangan dan keteledoran, bisa dijangkiti penyakit jiwa seperti kebingungan, kebimbangan, kegoncangan jiwa, defresi mental, temperament yang tidak menantu dalam perasaan dan pikiran, kekhawatiran yang membawa pada sikap ragu-ragu dan was-was, minder dan mentalitas yang labil.

          Dan jasad adalah zat yang hidup selama ruh menempatinya, dan dia bisa ditimpa penyakit jasmani yang bermacam-macam, baik pada pendengaran, pengelihatan dan kekuatannya yang beragam yaitu kekuatan lahir dan bathin.

          Melihat bahwa Allah telah membedakan manusia dalam penciptaannya dan melebihkannya dari mahluk yang lain dengan aqal yang dimilikinya, dia mengetahui dengannya sesuatu yang baik dan buruk, petunjuk dan kesesatan, diberikan hati untuk berifir dan melihat, dan otak yang menunjukkannya kepada jalan yang sesuai dengan fitrah yang telah tetapkan oleh Allah bagi ciptaannya. Selain itu, Allah memberikan kepada manusia kemampuan untuk maju dalam ilmu pengetahuan dan menembus lapisan alam demi menyingkap keistimewaan dan keajaibannya, kemudian memanfaatkan kandungan alam ini untuk membangun peradaban yang akan memudahkan segala urusan hidupnya, baik untuk menjaga diri dan hak-haknya, dan sebagai sarana untuk menjaga keselamatan pribadinya dari berbagai penyakit sehingga membuatnya mampu mengemban amanah membangun bumi dan mejalankan tugas menjadi khalifah di dunia. Selain itu, hidup yang penuh dengan nilai peradaban ini juga mampu menjamin terjaganya kemuliaan, kelebihan dan keutamaan manusia dari berbagai mahluk yang telah diciptakanNya. Lebih dari itu,  Allah menjaga manusia agar selalu istiqomah dalam jalan yang benar dan jalan petunjuk dengan mengirim bagi mereka para Rasul dan Nabi-NabiNya, Allah menurunkan bagi mahlukNya kitab-kitab sebagai penjelasan bagi setiap sesuatu, sebagai petunjuk, nasehat dan kabar gembira bagi orang yang berakal.

          Telah terebentuk pada manusia sarana-sarana untuk mencapai kebagaiaan, ketenangan, keistimewaan dan meraih ilmu dari wahyu Allah dan hasil kerja aqal, sehingga menjadikannya mampu megarahkan bahtera kehidupan dunia menuju apa yang kita lihat sekarang ini berupa kemajuan pada berbagai bidang  ilmu untuk memenuhi kebutuhan ruh, jasad dan kehidupan.

          Di sana ada ilmu tentang hikmah exsistensi dan kebenaran zat yang menciptakannya, ilmu tentang filosofi alam, ilmu social yang membahas tentang perbedaan dan aktifitas suatu masyarakat, potensi mereka, sebab-sebab kemajuan dan kemunduran mereka, ilmu jiwa dan ilmu tentang kesehatan jasmani, ruh memiliki bidang ilmu tersendiri, disebut ilmu jiwa, dan jasmani inipun memiliki bidang ilmu tersendiri, disebut dengan ilmu kedokteran umum, dan setiap bidang ilmu tersebut memilki dokter dan obat-obtan yang khsus.

          Melihat bahwa ruh adalah zat yang hidup, yang urusannya diserahkan kepada Allah, rahsianya hanya Allah yang mengetahuinya, maka ruh terkadang dijangkiti penyakit yang mengakibatkan sulit baginya untuk memberikan rasa bahagia bagi tempat bersemayamnya, yaitu jasad. Maka untuk menanggulangi berbagai penyakit ruh, telah berkembang berbagai macam terapi, di antaranya ada terapi dengan menggunakan jarum medis, terapi dengan metode menembus dinding jiwa atau dengan do'a dan ruqyah syar'iyah. Bersamaan dengan itu, telah menjamur berbagai klinik yang menangani jiwa yang ditangani oleh orang-orang spesialis, sekaligus penyediaan obat-obtan yang khusus baginya.

          Pembahasan kita adalah klinik jiwa yang khusus menangani penyakit jiwa dan gangguan setan, yaitu suatu penyakit yang secara hakiki ada. Dia menyerupai ruh dari sisi keberadaan ruh tersebut secara hakiki dan dari sisi hakekat ruh yang tidak bisa dijangkau secara indrawi, baik indra pendengaran, pengelihatan dan perasa.

          Sekelompok orang yang exstrim dalam mengagungkan rasio dan perasaan mengingkari keberaadaan penyakit seperti ini, begitu juga terapi pengobatannya, dengan alasan kebebasan jasmani dari penyakit ruh seperti ini, dan mengingakari adanya suatu penyakit di dalam tubuh yang tidak mempunyai tempat yang nyata (secara indrawi). Semua itu-menurut mereka –adalah iliusi dan khayal.

          Sebab munculnya fenomena ini, kembali kepada kesempitan di dalam memandang sesuatu dan mengingkari keberadaan (suatu yang tidak bisa dijangkau oleh indra), kurang iman dan mengandalkan akal dalam menentukan keberadaan atau meniadakan sesautu, serta membatasi keberadaan sesuatu tersebut pada apa yang bisa dilihat saja.

          Kebenaran yang didukung oleh realita adalah keberadaan sesuatu tidak terbatas pada apa yang bisa diraba dan dilihat saja.

          Arus listrik, sebagai sesuatu yang hidup yang mengalir dalam kawat-kawat kabel, adalah kekuatan yang dimanfaatkan untuk kebutuhan yang beragam, dia adalah kekuatan yang bisa menghancurkan, kekuatan ini tidak bisa dibedakan (secara indrawi) oleh orang yang menghubungkannya pada dua saluran, salah satunya dihubungkan dengan tenaga listrik sedang yang lain tidak dihubungkan dengan aliran listrik, begitu juga dengan angin dan topan, dia adalah kekuatan yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, dan Allah juga mengirimnya untuk keperluan pembiakan, dan membawa berita gembira bagi datangnya rahmat Allah, bersamaan dengan itu, kekuatan tersebut tidak bisa didengar dan diraba secara indrawi. Ruh anak manusia, jin dan malaikat, hewan dan tumbuh-tumbuhan adalah ruh yang ada secara hakiki, dan tidak ada seorangpun yang berakal sehat yang membantah keberadannya, serta tidak mungkin untuk dilihat dan diraba.

          Kenyataan ini, memberikan kepuasan bagi kita tentang adanya pengaruh nyata bagi proses kerja yang tidak bisa dijangkau indra, baik indra pendengaran, pengelihatan dan peraba.

          Melihat bahwa kenyataan alami ini adalah sesuatu yang telah diyakini dan diterima oleh seluruh penganut ajaran samawi, khususnya umat Islam, maka sungguh, telah ditemukan adanya orang yang mengaku memiliki ilmu dan pengetahuan (tentang maslah ruh) yaitu mereka yang menyebut dirinya sebagai ulama dalam berbagai penyakit ruh dan jiwa, terlebih ilmu yang berhubungan dengan mantra, jimat dan do'a-do'a, mereka mengetahuinya dengan menggeluti bidang perduknan, dan peramalan dengan memanfaatkan setan dan jin nakal, mereka menggunakan racikan dan simbol-simbol tertentu. Akhirnya, mereka terjerumus memberikan label pengobatan secara syar'I bagi prkatik ini untuk penyakit yang berhubungan dengan rohani dan jasmani sebagai bentuk pengelabuan, penyesatan dan mencampur antara hak dengan bathil, antara hakikat dan khayal.

          Oleh karenanya, bagi orang yang memiliki kelebihan dan ilmu, yaitu orang yang memiliki akidah yang lurus dan iman yang benar untuk menjelaskan bagi kaum muslimin jalan petunjuk dan tetap mengingatkan masyarakat pada bahaya pelaku kebohongan, khurofat dan para dukun, dari golongan orang penyembah jin dan setan. Mereka diwaspadai karena perbuatan syirik dan pengelabuan yang mereka lakukan, juga tindakan mereka yang memanfaatkan kesempatan untuk mengambil harta orang lain, menguasai harga diri orang, merusak jiwa dan hati, para ulama harus menjelaskan tentang perbedaan antara mantra dan ruqyah syar'iyah dengan apa yang tampilkan oleh para dukun yang pombohong dari bentuk keburukan, kejelekan, kesesatan dan  penyesatan.

          Maka ruqyah syar'iyah dan do'a-do'a yang disyari'atkana adalah terapi  bagi jiwa yang harus diterima tanpa ragu dan harus diakui, apalagi bagi seorang muslim yang meyakini rububiyah dan uluhiyah Allah Ta'ala, sebagai Tuhan yang menyembuhkan dan menyehatkan, yang tiada daya dan upaya kecuali karena Allah Ta'ala, apa yang inginkanNya maka pasti terjadi dan apa-apa yang tidak dikehendakiNya maka dia tidak akan pernah terjadi. 

          Banyak sekali dalil-dalil syara dari kitab dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang menjelaskan tentang manfaat Al-Qur'an sebagai petunjuk dan penyembuhan, firman Allah Ta'ala:

قٌـلْ هُـوَ لِلَّذِيْنَ آمَنُـوْا هُدًى وَشِـفَاءٌ

"Katakanlah: Al-Qur'an adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman".[125]

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّ خَسَارًا

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian".[126]

وَإِمَّا يَنْـزَغَـنَّكَ مِنَ الشَّـيْطَانِ نَـزْغٌ فَاسْتَـعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُـوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

"Dan jika kamu ditimpa suatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui".

َوإَذَا مَرِضْتُ فَـهُوَ يَشْفِيْنِ

"Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku".[127]

Dan disebutkan di dalam sunnah pada kita Shahih Muslim dari Aisyah radhiallahu anha berkata: Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengadu suatu penyakit maka Jibril meruqyahnya dengan membaca:

بِسْمِ اللهِ يُبْرِيْكَ وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيْكَ وَ مِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ وَشَرِّ كُلِّ ذِيْ عَيْنٍ

 (Dengan menyebut nama Allah yang akan membebaskanmu dan menyembuhkanmu dari setiap penyakit, dan dari kejahatan orang yang dengki jika bersikap dengki serta kejahatan orang yang memiliki ain".[128]

Dan diriwayatkan oleh Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Jibril meruqyah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan do'a seperti ini.[129]

Disebutkan oleh imam Muslim dari Aisyah radhiallahu anha berkata: bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika salah seorang di antara kami mengidap suatu penyakit maka dia mengusapnya dengan tangan kanan beliau sambil membaca:

اَللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ اْلبَاسْ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ  شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا 3x

"Ya Allah Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah! Engkaulah yang menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan yang Engkau kehendaki, yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit". Maka pada saat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ditimpa suatu penyakit dan semakin parah maka aku mengusapkan tanganku padanya, dengan melakukan seperti apa yang beliau lakukan, maka beliau mencabut tangannya dari tanganku kemudian membca:

اَللّـهُمَّ اغْفِـرْلِي وَاجْـعَلْنِي مَـعَ الرَّفِيـْقِ اْلأَعْـلىَ

"Ya Allah ampunilah aku dan jadikanlah aku bersama orang-orang yang menempati tempat yang tertinggi" Lalu aku memandang kepada beliau namun tiba-tiba beliau telah tidak bernafas lagi.[130]

Dan dari Aisyah berkata: Apabila salah satu keluarga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengidap suatu penyakit maka beliau meniupnya dengan Al-Mu'awwidzat, dan pada saat beliau ditimpa penyakit yang menyebabkan beliau meninggal dunia maka aku meniup beliau dan mengusapnya dengan tangan beliau sendiri, sebab tangannya lebih berkah dari tanganku.[131]

Dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika salah seorang merasakan suatu penyakit, atau terkena penyakit bisul atau terluka maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam melakukan dengan jari seperti ini-maka beliau meletakkan telunjuknya pada bumi kemudian mengangkatnya dan berkata:

بِاسْـمِ اللهِ تُـرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا لِيَشْفِي بِهِ سَقِيْمَنَا بِإذْنِ رَبِّنَا

"Dengan nama Allah, tanah bumi kita, dengan air liur sebagian kita, untuk menyembuhkan penyakit kita dengan izin Tuhan kita".[132] Dan dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkannya membaca ruqyah dari penyakit ain.[133] Dalam riwayat Muslim dari Anas bin Malik radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan keringanan dalam menjalankan praktik ruqah pada penyakit ain, humah dan namlah".[134] Imam Nawawi berkata: Al-Namlah adalah penyakit sejenis korengan, bisul yang muncul pada pinggir-pinggir badan, dan penyakit Humah adalah penyakit karena sengatan binatang yang beracun.[135] Pada shahih muslim diriwayatkan dari Auf Al-Asyja'I berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

اِعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقىَ مَا لمَ ْيَكُنْ فِيْهِ شِـرْكٌ

"Perlihatkanlah ruqyahmu kepadaku, tidak mengapa dengan ruqyah selama dia terbebas dari kesyirikan". [136]َ

Dan disebutkan dalam riwayat Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu bahwa beberpa orang shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berada dalam sebuah perjalanan, mereka melewati sebuah perkampungan Arab, maka para shahabat meminta izin sebagai tamu pada perkampungan tersebut, namun mereka enggan menjamu mereka. Mereka bertanya: "Apakah di antara kalian ada yang membaca ruqyah? Sesungguhnya peminpin kaum ini sedang terkena sengatan" Jelas mereka. Salah seorang shahabat menjawab: "Ya" Lalu dia mendatanginya dan meruqyahnya dengan membaca surat Al-Fatihah, akhirnya orang tersebut sembuh. Lalu dia diupah dengan beberapa ekor kambing namun enggan menerimanya, sambil berkata: "Sampai aku menanyakannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam". Lalu dia datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan menyebutkan peristiwa yang mereka alami: Wahai Rasulullah aku tidak meruqyahnya kecuali dengan membaca surat Al-fatihah" Jelasnya, maka Rasulullah tersenyum dan berkata: "Dari manakah engkau mengetahui kalau dia adalah ruqyah" Kemudian melanjutkan: "Ambillah dari kambing mereka dan berikanlah beberapa bagian untukku".[137] Pada riwayat yang lain disebutkan: Maka dia membaca ummul qur'an dan mengumplkan ludahnya lalu meniupkannya,[138] akhirnya lelaki tersebut sembuh".

Nash-nash di atas, yang diambil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah menjelaskan bagi kita bahwa ruqyah disyari'atkan, dan tidak diragukan lagi bahwa syari'at Allah hak dan benar, serta wajib diimani, maka ruqyah syar'iyah adalah penyembuh bagi penyakit rohani dan jasmani dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan:

      لاَ بَأْسَ بِالـرُّقىَ مَا لمَ ْيَكُنْ فِيْهِ شِـرْكٌ"

Tidak mengapa dengan ruqyah selama terbebas dari kesyirikan".

Melihat kenyataan adanya usaha memperburuk citra do'a-do'a yang terdapat di dalam ruqyah, maka sebagian ahli ilmu dan orang yang membidangi ruqyah ini telah menuliskan beberapa syarat bagi kebolehan suatu ruqyah, yaitu:

1) Ruqyah tersebut berasal dari kitab Allah Ta'ala atau dari sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, atau dari do'a-do'a yang dibolehkan yang berisi tentang menggantungkan diri kepada Allah Yang Esa, yang tiada sekutu bagiNya dalam mendatangkan mamfaat dan menolak keburukan, dan hanya Allahlah yang menyembuhkan, Allah berfirman:

 َوإَذَا مَرِضْتُ فَـهُوَ يَشْفِيْنِ

"Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku".[139]

2) Tidak mengandung sesuatu yang tidak dimengerti seperti isyarat dan garis-garis symbol dan lain-lain.

3) Harus berbahasa Arab, untuk menghindari terjadinya kekurangan dan kekaliruan dalam berdo'a dan adanya sikap bergantung kepada selain Allah jika mempergunakan bahasa yang lain.

4) Tidak meyakini bahwa pada ruqyah tersebut atau darinya kesembuhan secara langsung, akan tetapi ruqyah adalah sebab semata dan yang menyembuhkn adalah Allah Ta'ala, di mana Dia telah menjadikan ruqyah sebagai sebab, sementara yang menyembuhkan adalah Allah semata.

5) Orang yang meruqyah adalah orang yang beriman kepada Allah sebagai Tuhan yang mengatur alam dan yang wajib disembah, hanya miliknya segala daya dan upaya, apa-apa yang dikehendakiNya mesti akan terjadi dan apa-apa yang tidak dikehendakiNya maka dia tidak akan terjadi. Allah Ta'ala berfirman:

   وَنُـنَزِّلُ مـِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّ خَسَارًا

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian".[140]

6) Orang yang meruqyah bukan orang sesat dan menyelewng, bergantung kepada selain Allah, bertaqarrub kepada mahluk tempat dirinya bergantung baik dari setan dan jin nakal dengan ibadah dan ketundukan, seperti orang yang meruqyah tersebut meminta kepada pasien bagian dari pakian, kuku dan rambutnya atau keadaan keluarga dan yang lainnya, dari perbuatan yang sering dan biasa dilakukan oleh para pelaku kebohongan, para dukun dan penyembah setan.

          Apabila salah satu syarat ruqyah tersebut tidak terpenuhi maka dia berubah menjadi praktik kebohongan, angan-angan dan perdukunan yang terkadang bisa membawa pada kesyirikan. Dan praktik inilah yang dikecualikan dari kebolehan menggunakan ruqyah yang disebutkan dalam hadits Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam:  

     لاَ بَأْسَ بِالرُّقىَ مَا لمَ ْيَكُنْ فِيْهِ شِـرْك

          Kesimpulan pembahasan ini adalah manusia terdiri dari ruh dan materi, dan keselamatan seseorang dan kemampuannya menjalani kehidupan dan interaksinya yang bergam, biasanya bergantung pada kesehatan ruh dan jasadnya. Badan adalah tempat ruh, maka ruh tidak akan tenang dan lapang kecuali dengan sehatnya badan dari penyakit dan badan tidak sehat dan bugar, terasa bebas kecuali dengan selamatnya ruh dari penyakitnya.

          Penyakit ruh lain dengan penyakit jasad, dan penyakit jasad lain dengan penyakit ruh, dan kenyataan inilah yang bisa menjelaskan kepada kita tentang ungkapan para dokter pada saat dia bertanya: Engkau tidak mengidap suatu penyakit namun sekedar dibuntuti bayang-bayang perasaan ". Mereka mengatakan hal ini karena tidak mengetahui penyakit ruh. Dan tidak ragukan lagi bahwa penyakit ruh mempunyai dampak pada terjadinya penyakit jasmani, pada saat rohani seseorang terasa sempit dan tertekan, tidak tenang dan tidak menentu, maka hal tersebut akan mengakibatkan lemahnya peredaran pembuluh darah dan kelemahan pada kekebalan tubuh, yang akhirnya firus menyerbu tubuh dan menimbulkan penyakit jasmani.

          Maka, penciptaan manusia terdiri dari dua unsur gabungan yaitu rohani dan jasmani, maka tidak ada kehidupan baginya tanpa dibarengi dengan ruh dan tidak ada ruh tanpa ada jasad, dan setiap unsur ini mempunyai sifat-sifat khusus baik dalam bentuknya, kecendrungan dan penyakit yang menimpanya, dan para dokter yang spesialis, ilmuan social dan ahli filsafat telah mengetahui kenyataan ini, maka mereka membentuk ilmu kedokteran jiwa, dan terdapat banyak ilmuan yang membidangi masalah ini, dengan spesialisasinya sendiri-sendiri baik pada jenis-jenis penyakitnya dan obat-obatannya, bahkan sampai ilmu tentang kedoteran jiwa menjadi sejajar dengan kedokteran jasmani, dari sisi urgensi, manfaat dan spesialisasi. Akhirnya, didirikanlah rumah sakit-rumah sakit yang khusus menangani penyakit jiwa, serta diadakanlah berbagai penelitian baik dalam konprensi, seminar dan kajian-kajian ilmiyah yang membahas tentang keadaan jiwa serta apa-apa yang mempengaruhinya dari tekanan bayang-bayang, was-was, perasaan, pikiran yang tidak stabil, dan tidak bisa berpikir dan berpandangan normal. Lebih dari itu, terdapat kuliah dan jurusan yang khusus baginya pada berbagai universitas-universitas internasional, serta pusat-pusat penelitian yang secara khusus meneliti tentang jiwa, apa-apa yang menyebabkannya beraktifitas atau menyeleweng, begitu juga tentang penyakit dan pengobatannya. Hal ini adalah sikap mengakui terhadap keberadaan ruh, dan dia adalah sesuatu yang hidup yang bisa mengidap apa-apa yang dirasakan oleh jasad dari penyakit, rasa pedih dan pengaruh benda-benda. Hanya sanya hakekat zat yang aneh ini dan wujudnya adalah hal yang pengetahuannya hanya dimiliki secara khusus oleh Allah. Firman Allah Ta'ala: 

         وَيَسْأَلُوْنَكَ عَـنِ الرُّوْحِ قُلِ الـرُّوْحُ مِنْ أَمْـرِ رَبِّي وَمَا أُوْتِيْتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيْلاً

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah: "Sesungguhnya ruh adalah urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberikan ilmu kecuali sedikit".[141]

Dan menjadi sesuatu hal yang mesti diterima oleh orang-orang yang berakal bahwa ruh adalah inti kehidupan, dan penyakit yang menimpanya berbentuk keadaan yang sebagian besarnya bersifat maknawi, yang terkadang kelompok matrealis tidak mengakui pengaruhnya dalam proses penyembuhan, namun kenyataan yang mereka lihat memukul mereka sehingga menjadikan mereka sangat kebingungan pada saat melihat jiwa seorang yang sakit sembuh dengan izin Allah, dan pengobatnnya dengan sesuatu yang bersifat maknawi di mana obat-obatan medis tidak memiliki pengaruh padanya.

          Tidak diragukan lagi bahwa pengobatan secara maknawi mempunyai pengaruh dengan izin Allah seperti apa yang dihasilkan oleh obat-obatan yang bersifat materi, berupa kesembuhan, sebagaimana juga mempunyai pengaruh untuk penjagaan diri dari terserang penyakit jiwa sama seperti apa yang ditimbulkan oleh obat-obatan medis untuk menanggulangi penyakit tersebut, dan pernyataan ini tidak bisa dibantah oleh orang mengingkari terhadap adanya sesuatu yang tidak mempunyai wujud secara nyata dan materi.

Ain itu adalah haq, dan Allah telah memerintahkan kita untuk berlindung darinya, disbutkan dalam firmanNya:

قُلْ أَعُـوْذُ بِـرَبِّ الْفَلَـقِ مِـنْ شَـرِّ مَا خَلَـقَ وَمِنْ شَـرِّ غَاسِـقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِنْ شَرِّ النَّـفَّاثَاتِ فِي الْعُـقَدِ وَمِنْ شَرِّ حاَسِـدٍ إِذَا حَسَدَ

"Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh. Dari kejahatan mahluqNya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.  Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki"[142].

Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits riwayat Muslim di dalam shahih Muslim dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata:

اَلْعَيْنُ حَـقُّ وَلَوْ كَانَ شَيْئُ سَابِـقُ اْلقَـدَرِ سَبَقَتْـهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوْا

"Ain itu hak dan jika ada sesuatu yang bisa mendahului qodar niscaya akan didahului oleh ain, jika kalian diminta mandi maka mandilah".[143]

Sihir itu hak dan Allah memerintahkan kita untuk berlindung dari para tukang sihir wanita, dan para peniup pada buhul-buhul sebagai proses sihir mereka. Allah Yang Maha Suci tidak memerintahkan kita berlindung kecuali pada sesauatu yang benar-benar terjadi dan mungkin terjadi. Firman Allah Ta'ala mengatakan:

وَاتَّـبَعُوْا مَاتَتْلوُاْ الشَّيَاطِيْنُ عَلىَ مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَـرَ سُلَيْمَانُ وَلكِنَّ الشَّيَاطِيْنَ كَفَـرُوا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْـرَ وَمَا أُنْـزِلَ علَىَ الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ َومَارُوْتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَـتَّى يَقُـوْلاَ إِنَّـمَا نَحْنُ فِتْـنَةٌ فَلا َتَكْفُـرْ  فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَـرِّقُـوْنَ بِهِ بَيْنَ اْلَمرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّيْنَ بِهِ مِنْ أَحَـدٍ إِلاَّ بِإذْنِ اللهِ

"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir) hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir yang mengerjakan sihir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang suami dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah"[144].

Dan pandangan mata yang kasat tidak memiliki bagian dalam melihat proses penyakit ain dan sihir, namun walau demikian, kedua-duanya adalah hakiki, dan pengaruh keduanya bisa dirasakan dan disaksikan, dan obat bagi kedua penyakit ini tidak bisa dijangkau oleh pengelihatan mata, dia adalah perkara maknawi yang memiliki pengaruh di dalam menjaga diri dari penyakit dan penyembuhannya, sama seperti sifat kedua penyakit ini yang tidak mungkin bisa dilihat secara nyata.

          Maka penyakit ain adalah pantulan busuk dari seorang aa'in, di mana mata nyata tidak memiliki kemampuan untuk melihatnya, begitu juga pengobatannya, berupa ruqyah yang merupakan kumpulan beberapa terapi seperti membaca ruqyah yang dibarengi dengan meniup, maka pengaruhnya bersifat maknawi, di mana pengelihatan tidak mempunyai kemampuan untuk memandangnya, begitu juga sebaliknya baik penyakit dan pengobatannya.

          Begitu juga dengan ruh serta apa-apa yang menimpanya, berupa penyakit-penyakit selain sihir dan ain, maka penyakit seperti ini dan pengobatannya, biasanya mata tidak mampunyai kemampuan untuk mengetahuinya.

          Semoga goresan yang telah saya persembahkan bisa menyumbangkan pemikiran dalam membedakan antara medical syar'I dengan medical khurofat, perdukunan dan kebohongan, dan menegaskan tentang ruh yang bisa dijangkiti suatu keadaan sehingga mempengaruhinya dan menjadikannya sehat atau sakit, dan terjaganya dari penyakit jiwa hanya bisa terealisir dengan  kembali kepada Allah semata, firman Allah Ta'ala:

أَمَّـنْ يُجِيْبُ اْلُمضْطَـرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشْـفُ السُّـوْءَ

"Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepadaNya".

وَإِمَّا يَنْـزَغَـنَّكَ مِنَ الشَّـيْطَانِ نَـزْغٌ فَاسْتَـعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُـوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

"Dan jika kamu ditimpa suatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui".

وَقُلْ رَبِّ أَعُـوْذُبِكَ مِنْ هَمـَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ  وَأَعُـوْذُبِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُـرُوْنِ

"Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan".

قُلْ أَعُـوْذُ بِـرَبِّ الْفَلَـقِ مِـنْ شَـرِّ مَا خَلَـقَ وَمِنْ شَـرِّ غَاسِـقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِنْ شَرِّ النَّـفَّاثَاتِ فِي الْعُـقَدِ وَمِنْ شَرِّ حاَسِـدٍ إِذَا حَسَدَ

"Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh. Dari kejahatan mahluqNya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.  Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki"[145].

Selalu berdo'a dengan do'a yang sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam seperti: 

                         أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِـنْ شَـرِّمَا خَلَـقَ

"Aku berlindung kepada Allah dengan kalimatNya yang sempurna dari kejahatan yang telah diciptakanNya" dan membaca wirid-wirid pagi dan petang, dan hanya Allah-lah yang menjaga dan menyembuhkan.

Semoga Allah memberikan taufiqNya, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan semua shahabatnya. Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam



[1] QS. Al-Nisa': 83

[2] Suatu penyakit karena imflikasi sorotan mata baik mata dengki atau kagum.

[3] QS. Al-Hujurat: 12.

[4] Sesuatu yang dikehendaki oleh Allah secara alamiyah baik disenangiNya atau tidak disenangiNya, seperti kekafiran adalah suatu yang dikehendaki oleh Allah namun tidak disenanginya, begitu juga keimanan.

[5] HR. Muslim, Kitabus Salam, Babut Thibb Wal Maradh War Ruqo. (Shahih Muslim Ma'a Syarhan Nawawi: 14/171.

[6] Do'a yang berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah sebagaimana yang diajrkan oleh Rasulullah shallallahu alahi wa sallam.

[7] QS. Ali Imron: 191.

[8] QS. Al-Hasyr: 19.

[9] Suatu metode degan cara bertanya kepada ma'yun tentang orang yang tergambar di dalam benaknya atau dicurigainya telah menimpakan penyakit ain baginya.

[10]Orang yang membaca ruqyah.

[11] Di mana roqi/qori' memaksakan diri untuk menuduh seorang yang menjadi penyebab penyakit ain; bukan pasien, dan fenomena ini sangat disayangkan sekali tersebar dikalangan para roqi, semoga Allah memberikan hidayah bagi mereka, maka tentu ini adalah tipu daya setan. DR. Nashir Al-Aql). Lebih jelasnya lihat pertnyaan ke 30.

[12]Majmu' fatawa 20/142

[13] HR. Abu Dawud dengan sanad yang shahih: 5/341.

[14] Adabu Thalib, Al-Syaukani. Hal. 76.

[15] HR. Abu Dawud, Silsilah hadits Shahihah, Al-Bani no:273.

[16] Siar A'lamun Nubala, Al-Dzahabi: 4/549.

[17] QS. Al-Nisa': 59.

[18] Syaekh Rahimhullah percaya pada pengalaman yang bermanfaat dan beliau menjelaskan: (Sebagian besar ilmu tentang terapi pengoabtan adalah dengan cara mendengar, seandainya seseorang mencoba dengan sesuatu yang tidak membawa kepada minggalkan kewajiban atau menjerumuskan pada keharaman maka hal tersebut tidak mengapa). Lihat kaset seputar fatwa tentang sihir, ain dan kesurupan, diterbitkan oleh studio al-bardain. Jika ada yang membantah dengan mengatakan bahwa riwayat dalam kisah Amir cuma menjelaskan bahwa penanggulangan penyakit ain hanya dengan cara mandi, dan kalian menjadikan riwayat ini sebagai dasar dalam bertindak. Jika demikian kenapa kalian mencukupkan diri dengan apa yang disebutkan di dalam nash?. Jawabannya adalah dengan menjelaskan bahwa dalam riwayat tentang kisah Amir yang sekedar mencukupkan pengobatan dengan mandi saja tanpa minum sebab sumber penyakit ada di luar yaitu kekaguman terhadap keindahan kulit (Amir) maka realita ini tidak membutuhkan minum. Wallahu A'lam. Selain itu ada riwayat tambhan yasng shahih dalam hadits tantang kisah Amir yang tidak diketahui oleh syekh yaitu riwayat yang mengatakan: (وأحسبه قال:فأمره فحسا حسوة أي شرب منه): "Dan aku mengira ia mengatakan: Maka beliau memerintahkan lalu Amir meneguk beberapa tegukan yaitu meminumnya) oleh karenanya tidak boleh berijtihad di hadapan nash. Lihatlah tkhrij hadits ini pada pertanyaan nomer 24.

[19] Fatwa no: 20361, tanggal 17/4/1419 H. menyebutkan: "Penggambaran secara khayali oleh orang yang sakit tentang seorang yang menimpakan penyakit ain pada dirinya, saat sang pemantra membacakan mantra padanya seperti yang diperinthakan oleh sang pemantra adalah perbuatan setan yang tidak boleh diperaktikkan, sebab tindakan tersebut adalah bentuk kerja sama dengan setan yang datang menjelma dalam bentuk orang yang dicurigai menimpakan penyakit ain

[20] QS. Yunus: 57.

[21] HR. Imam Ahmad 4/278, dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-Khaistami mengatakan: Sanad Adullah bin Mas'ud dan perawinya terpercaya.

[22] HR. Ibnu Majah dalam kitab Al-Sunan 2/1142 no: 3452 dan sanadnya shahih.

[23] Kiatab Al-Minhajus Sawi, Al-Suyuthi, hal. 307, tahqiq Hasan Al-Ahdal.

[24] Difinisi ini telah saya ajukan kepada guru kami syekh Muhammad ibnu Utsaimin rahimahullah, dan al-hamdulillah diakuinya dalam sebuah fatwa yang direkam dalam sebuah kaset rekaman.

[25] QS. Hud: 88.

[26] Fathul Bari 10/212

[27] Musnad Imam Ahmad 1/254.

[28] HR. Ibnu Majah pada: Kitabut Thibbi no: 3548.

[29] HR. Baihaqi 6/24

[30] Majmauz zawa'id: 5/115

[31] QS. Al-Isro': 82.

[32] Zadul Ma'ad: 4/352.

[33] Zadul Ma'ad: 4/98

[34] Muttafaq Alaihi.

[35] Muttafaq Alaih

[36] QS. Shaad: 41.

[37] Al-Mu'jamul Mufahros Li alfazhil Qur'anil Karim, Hasan Ali Karimah. Halaman: 132.

[38] HR. Abu Dawud no: 286.

[39] HR. Turmudzi, dia berkata: Hadits Hasan Shahih. Lihat Shahih Turmudzi, Albani 1/40.

[40] QS. Shaad: 41.

[41] QS. Shaad: 42.

[42] Manaqib Imam Ahmad, Ibnul Jauzi, tahqiq DR. Abdullah Al-Turki hal. 245.

[43] Musnad Imam Ahmad 5/364.

[44] QS. Huud: 44.

[45] QS. Al-Insyiqoq: 3-5.

[46] QS. Al-Syarh: 1-3.

[47] QS. Al- Zalzalah: 1

[48] Hal ini sekedar contoh, dan semua ayat-ayat ini dibacakan pada penyakit ini dan penyakit yang lainnya, sebagaimana dibacakan juga ayat-ayat tambahan lainnya.

[49] Al-Silsilatus Shahihah, Al-Bani 14/191.

[50] QS. Al-Syu'ara': 80

[51] HR. Muslim 14/191.

[52] HR. Bukhari 7/159.

[53] HR. Bukhari 7/160.

[54] HR. Bukhari 7/159.

[55] Shahih sunan Turmudzi, Al-Bani 2/202

[56] Yaitu meruqyah seorang pasien dengan niat kesembuhan pasien tersebut dan berdakwah bagi jin yang merasukinya, maka jin tersebut akan cepat terpengaruh dengan bacaan tersebut dengan kecepatan yang sangat mengagumkan dia akan menerima tanpa harus berbicara dengannya, tandanya adalah ketenangan seorang pasien setelah dibacakan ruqyah tidak merasakan letih, sebagaimana yang sering terjadi pada banyak roqi.  Hal ini disebabkan karena imijinasi yang salah, baik untuk membakarnya atau menyakitinya tanpa berfikir untuk memberikan hidayah kepada jin yang merasuki tersebut dan keluar tanpa harus berbicara dengannya.

[57] QS. Al-Baqarah: 102.

[58] QS. Al-Anbiya': 54

[59] Dihasankan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar dalam kitab: Al-Fath 10/214, dan Al-Shakhawi dalam kitab Al-Maqoshidul Hasanah: 470 Albani dalam Silsilatus Shahihah 747.

[60] Ditulis oleh Abu Na'im dalam kitab Al-Hilyah 7/90, Al-Khathibul Bagdadi dalam kitab Al-Tarikh 9/244, dari Jabir radhiallahu anhu, dan Al-Albani dalam Shahihul Jami' 4023.

[61] HR. Muslim 2/153.

[62] Permulaan lafaz hadits di atas ((اَلْعَيْنُ حَقٌّ)) hadits shahih riwayat Al-Bukhari 10/203, dan lafaz   الشَّيْطَانُ وَحَسَدُ ابْنُ آدَم diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya Al-Musnad 21439 dengan lafaz ((وَيَحْضُرُبهَا)) bermakna bersamanya, diriwayatkan juga dengan lafaz ((وَيَحْضُرُهَا)) Al-Suyuthi mengembalikan riwayat ini pada Al-Jami'us Shagir karangan: Al-Kajji dalam kitab sunannya dari Abu Hurairah, sebagaimana yang dikatakakan oleh Al-Turmudzi dan yang lainnya. Al-Haitsami mengatakan: 5/107: Diriwayatkan oleh Ahmad dan perawinya adalah perawi yang shahih. Kesimpulannya adalah makna hadits tersebut shahih, tidak bertentangan dengan hadits yang shahih, hal ini juga diperkuat oleh pengalaman dan didukung realita, para syekh kita mendukung makana ini, segala puji bagi Allah atas segala karuniaNya…

[63] Kitabus Suluk, Ibnu Taimiyah 10/125.

[64] Adabu Dunia Wad Din, Al-Mawardi hal. 260.

[65] Hadits hasan shahih, shahihul jami', Al-Albani no: 1217.

[66] Al-Suluk, Ibnu Taimiyah 10/126.

[67] Permulaan lafaz hadits di atas ((اَلْعَيْنُ حَقٌّ)) hadits shahih riwayat Al-Bukhari 10/203, dan lafaz   الشَّيْطَانُ وَحَسَدُ ابْنُ آدَم diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya Al-Musnad 21439 dengan lafaz ((وَيَحْضُرُبهَا)) bermakna bersamanya, diriwayatkan juga dengan lafaz ((وَيَحْضُرُهَا)) Al-Suyuthi mengembalikan riwayat ini pada Al-Jami'us Shagir karangan: Al-Kajji dalam kitab sunannya dari Abu Hurairah, sebagaimana yang dikatakakan oleh Al-Turmudzi dan yang lainnya. Al-Haitsami mengatakan: 5/107: Diriwayatkan oleh Ahmad dan perawinya adalah perawi yang shahih. Kesimpulannya adalah makna hadits tersebut shahih, tidak bertentangan dengan hadits yang shahih, hal ini juga diperkuat oleh pengalaman dan didukung realita, para syaekh kita mendukung makana ini, segala puji bagi Allah atas segala karuniaNya…

[68] Fathul Bari, Ibnu Hajar 10/212.

[69] Seorang shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, termasuk seorang tentara Islam dalam perang badar, banyak sekali penulis dan pembaca ruqyah-semoga Allah memberikan mereka petunjuk bagi mereka- yang melepas lisannya mencela shahabat Rasulullah yang satu ini dan mensifatinya sebagai seorang yang berjiwa busuk-semoga Allah melindungi kita darinya-maka hendaklah seseorang waspada dengan tindakan seperti ini agar tidak terjerumus dalam larangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: لا تسبوا أصحابي  "Janganlah kalian mencela para shahabatku", dan imam Ad Zahabi berkomentar tentang salah seorang yang mengecam seorang shahabat yang hadir dalam perang badar: ((Wahai orang yang ceroboh! Janganlah engkau memandang kepada seorang shahabat yang hadir pada perang badar dengan pandangan kebencian karena kesalahan yang muncul dari dirinya, sebab kesalahan tersebut telah diampuni dan dia termasuk ahli surg)). Siar A'lamun Nubala': 1/188.

[70] Fathul Bari 10/215

[71] Yaitu sasaran pandangan mata adalah kulit Sahl ra yang putih.

[72] Shahihul Jami', Al-Albani 3908.

[73] Tambahan ini di riwayatkan oleh Abdur Razzaq dalam kitab Al-Sunan dan Al-Syu'ab, pentahqiq riwayat mengatakan bahwa sanadnya shahih. Liahat Majma'uz Zawaid no: 8429.

[74] HR. Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya 3/447, Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrok 4/216 dan dia mengatakan bahwa hadits ini sanadnya shahih, dan imam Al-Dzahabi menyetujuinya.

[75] Zadul Ma'ad 4/163

[76] Zadul Ma'ad 4/159.

[77] Ibnul Qoyyim memberikan komentar yang baik sekali tentang sikap para penafsir mimpi  yang berpatokan pada hewan dalam menfsirkan sebuah mimpi. Komentar ini disebutkan oeh Ibnul Qoyyim di dalam kitabnya: Madarijus Salikin 1/405

[78] HR. Ibnu Majah, dan hadits ini lemah.

[79] HR. Imam Ahmad 2/380.

[80] Al-Jami'ul Kabir, Al-Suyuthi no: 14622.

[81] Zadul Ma'ad: 4/163.

[82] Syekh bin Baz rahimhullah mengatakan: "Dan kami telah mencoba bahwa dengan mencuci wajah, berkumur-kumur dan mencuci kedua tangan sudah cukup untuk menghilangkan penyakit ain; jika ia telah menetapakn kecurigaannya terhadap seseorang dan tidak perlu mandi". Lihat fatwa tentang sihir, ain dan kesurupan dalam sebuah kaset.

[83] Pada dasranya tidak dianjurkan untuk berkomunikasi dengannya untuk mengantisifasi keburukan yang mungkin ditimbulkannya.

[84] QS. Al-Baqarah: 137.

[85] QS. Al-Qolam: 51.

[86] QS. Al-Nisa': 54

[87] QS. Al-Mulk no: 3.

[88] QS. Al-Ahqaf: 31.

[89] QS. Al-Isro': 82.

[90] QS. Fushshilat: 44

[91] QS. Yunus: 57

[92] QS. Al-Taubah: 14

[93] QS. Al-Syu'ara': 80

[94] Al-Suluk 10/118.

[95] Al-Suluk 10/119.

[96] Shahih Bikhari 2/201.

[97] QS. Al-Waqi'ah: 10-11.

[98] Hal ini tercela sebab dia tidak menyebut nama Allah atas ungkapan tersebut.

[99] Dia tercela sebab ungkapan sifat tidak dibarengi dengan menyebut nama Allah dan berangan-angan agar nikmat tersebut sirnah (dari pemiliknya) kita berlindung kepada Allah dari prilaku yang buruk ini.

[100] QS.Al-Falaq: 4-5.

[101] Fathurrohman, Abi Zakraia Al-Anshori hal.634.

[102] QS. Ali Imron: 104.

[103] Rekaman kaset no: 30, untuk tafsir surat Ali Imron, oleh syekh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah, tasjilatul istiqomah

[104] HR. Muslim.

[105] HR. Ahmad dan Turmidzi.

[106] QS. Thaha: 124

[107] QS. Al-Isro': 82.

[108] HR. Muslim.

[109] Shahihul Jami', Albani no: 2358.

[110] Semua zikir ini diambil dari hadits-hadits yang shahih.

[111] Jika dibaca setelah asar maka tidak mengapa.

[112] Tidak disebutkannya surat Al-Fatihah sebab surat tersebut tidak dijelaskan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagai wirid harian, akan tetatpi disebutkan sebagai penyembuh saja, oleh karena itulah surat ini dibaca saat dibutuhkan saja.

[113] Shahihul Jami', Albani no: 1217.

[114] HR. Al-Nasa'I, babul masajid, dishahihkan oleh Albani dalam kitab silsilatus shahihah: 2582.

[115] HR. Turmudzi no: 1859.

[116] HR. Ibnu Majah dalam kitab As-Sunan 2/1142 no: 3452 dan sanadnya shahih.

[117] Shahihul Jami', Albani no: 1217.

[118] Dalam kitabnya: Syarhus Sunnah 13/116.

[119] Shahih Muslim no: 2033, 135.

[120] HR. Abdur Razzaq dalam Al-Sunan dan Al-Syu'ab dan peniliti hadits tersebut berkomentar sanadanya shahih, Majma'uz Zawaid no: 8429.

[121] Shahih Muslim/ Al-Musnadus Shahih no: 2198.

[122] Shahih Muslim/ Al-Musnadus Shahih no: 2185.

[123] QS. Al-Zumar: 42.

[124] QS. Al-Baqarah: 155.

[125] QS. Fushshilat: 44

[126] QS. Al-Isro': 82.

[127] QS. Al-Syu'ara': 80

[128] Shahih Muslim pada kitab: "Al-Salam", Babut Thibb wal marodh war ruqo. (Shahih Muslim dengan syrah Imam Nawawi: 14/169.

[129] Shahih Muslim pada kitab: "Al-Salam", Babut Thibb wal marodh war ruqo. (Shahih Muslim dengan syrah Imam Nawawi: 14/170.

[130]  Shahih Muslim pada kitab: "Al-Salam", Istibab ruqyatul maridh. (Shahih Muslim dengan syrah Imam Nawawi: 14/180.

[131]  Shahih Muslim pada kitab: "Al-Salam", Istibab ruqyatul maridh. (Shahih Muslim dengan syrah Imam Nawawi: 14/181-182.

[132]  Shahih Muslim pada kitab: "Al-Salam", Istibab ruqyatul maridh. (Shahih Muslim dengan syrah Imam Nawawi: 14/183.

[133]  Shahih Muslim pada kitab: "Al-Salam", Istibabur ruqyah minal aini wan namlah wal humah. (Shahih Muslim dengan syrah Imam Nawawi: 14/184.

[134]  Shahih Muslim pada kitab: "Al-Salam", Istibabur ruqyah minal aini wan namlah wal humah. (Shahih Muslim dengan syrah Imam Nawawi: 14/184.

[135] Syarhun Nawawi  ala Shahih Muslim 14/184.

[136]  Shahih Muslim pada kitab: "Al-Salam", Bab Jawazu Akhzil Ujroh Alar Ruqyah Bil Qur'an Wal Adzakr . (Shahih Muslim dengan syrah Imam Nawawi: 14/187. 

[137]  Shahih Muslim pada kitab: "Al-Salam", Bab Jawazu Akhzil Ujroh Alar Ruqyah Bil Qur'an Wal Adzakr . (Shahih Muslim dengan syrah Imam Nawawi: 14/187. 

[138]  Shahih Muslim pada kitab: "Al-Salam", Bab Jawazu Akhzil Ujroh Alar Ruqyah Bil Qur'an Wal Adzakr . (Shahih Muslim dengan syrah Imam Nawawi: 14/188. 

[139] QS. Al-Syu'ara': 80

[140] QS. Al-Isro': 82.

[141] QS. Al-Isro': 85.

[142] QS. Al-Falaq: 1-5.

[143] HR. Muslim, Kitabus Salam, Babut Thibb Wal Maradh War Ruqo. (Shahih Muslim Ma'a Syarhan Nawawi: 14/171.

[144] QS. Al-Baqarah: 102.

[145] QS. Al-Falaq: 1-5.