Agama Islam Solusi Problematika Kehidupan
Artikel ini diterjemahkan ke dalam
Klasifikasi
Full Description
Agama Islam Solusi Problematika Kehidupan
Syaikh Abdurahman bin Nahsir as-Sa'di
Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
Muqodimah
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.
Amma ba'du:
Inilah untaian kalimat yang berkaitan dengan pembahasan agama Islam. Agama yang akan memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan kebaikan, Agama yang akan memberi petunjuk kepada seorang hamba dalam masalah aqidahnya, akhlaknya, hubungan sosialnya, arahan-arahan supaya di tempuh dan permulaan dasar dalam berfikir serta segala macam kegiatan yang akan mengantarkan mereka untuk mencapai manfaat bagi kehidupan dunia dan akhiratnya. Dan penjelasan bahwa tidak ada cara lain untuk bisa memperbaiki urusan umat manusia dengan perbaikan yang sempurna melainkan harus dengan cara dan metodenya, serta penjelasan bahwa seluruh aturan hukum yang menyelisihi agama Islam tidak akan mungkin bisa berdiri lurus, baik dalam urusan agama maupun dunianya melainkan jika mau mempelajari ajaran-ajaran agama Islam terlebih dahulu.
Apa yang kami kemukakan, bisa di buktikan oleh panca indera, demikian pula dengan uji coba yang akan membuktikan kebenaran dan keselarasan. Apa yang kami kemukakan diatas, hal itu sebagaimana di tunjukan oleh syari'at, fitroh, dan akal yang sehat akan hakekat yang sebenarnya.
Maka pada intinya agama itu seluruhnya berisi kebaikan dan perbaikan, mencegah dari segala macam bentuk mara bahaya dan kerusakan, mengajak kepada kebaikan dan petunjuk serta memberi peringatan supaya menjauhi kejelekan dan segala macam perbuatan nista. Mana kala di tampakan sebagian kecil saja, yang di ambil dari contoh ajaran serta petunjuknya maka akan nampak dengan jelas bagi setiap orang yang berakal akan keadilam dan kebenaran hal ini, dimana umat manusia seluruhnya membutuhkan kepada agama ini, tidak cukup bagi mereka hanya mengambil untuk satu keadaan dan meninggalkan pada keadaan yang lain namun mereka membutuhkan pada setiap keadaan. Hal itu di karenakan dunia semuanya telah di penuhi dengan problematika kehidupan, sedangkan manusia seluruhnya dalam keadaan bingung di dalam kegelapan, di antara mereka ada yang mendapat petunjuk pada satu sisi namun tersesat pada sisi yang lain, pada suatu perkara mereka bisa berjalan lurus, namun jika di tinjau dari beberapa segi mereka melenceng pada tepi-tepi yang lainya. Ini semua di hasilkan satu di antara dua perkara:
Yang pertama, ada kalanya di sebabkan dirinya bodoh, tidak paham terhadap bukti nyata dari agama yang telah di tunjukan kepadanya.
Yang kedua, ada kalanya di sebabkan karena dirinya telah menyematkan sifat sombong dan melampaui batas, mempunyai tujuan buruk dan kepentingan yang rusak terhadap agama ini, sehingga menghalangi dirinya dari kebaikan yang telah ia ketahui sebelum rela mengikutinya, sebagaimana kenyataan yang banyak terjadi.
Oleh karena itu sudah seharusnya bagi kami untuk mengemukakan beberapa problematika hidup yang sangat penting untuk di ketahui, seperti halnya problem dalam masalah agama, dalam masalah ilmu, kekayaan dan kemiskinan, sakit dan sehat, ketika dalam keadaan perang dan damai, manakala umat sedang bersatu dan ketika mereka sedang berpecah belah, benci dan senang, dan lain sebagainya dimana orang saling berbeda pendapat dan pemikiran dalam memecahkan masalah-masalah tersebut. Apa sebenarnya yang akan di tempuh oleh agama Islam dalam menyikapi problematika tersebut, (semua telah terjawab) mana kala agama memilih dan menempuh cara dan metode yang sangat indah, pandangannya yang luas ke depan, yang di penuhi dengan maslahat dan kebaikan, yang tidak mungkin bisa di batasi dan terhitung jumlahnya.
Yang pertama, dan ini merupakan problem terpenting dalam kehidupan manusia bahkan ia merupakan yang paling besar diantara problematika lainya, di atasnya terbangun seluruh perkara-perkara yang ada, karena dengan baik atau rusaknya agama (seseorang), dalam beragama atau bahkan dirinya tanpa ada agama sama sekali, semua akan terhenti perkaranya. Sungguh manusia telah saling berpecah belah dalam menempuh kehidupannya, di antara mereka ada yang menempuh dalam masalah agama dan keyakinannya berbagai macam cara yang ada, namun, sayang seluruhnya menyeleweng, melenceng dan membahayakan, tidak bermanfaat sama sekali bagi dirinya kecuali yang mau mengambil petunjuk pada agama Islam yang sempurna. Maka sesungguhnnya hal itu akan menjadikan dirinya dalam keadaan lurus, dalam kebaikan, tenang dari segala sisi. Di antara meraka juga ada yang di permainkan oleh setan, di jadikanya mereka untuk menyembah selian Allah Ta'ala, seperti halnya menyembah pohon dan batu (yang di keramatkan), patung, menyembah para nabi, malaikat, orang-orang sholeh dan tholeh, itu semua mereka lakukan dengan pengetahuan yang mereka miliki bahwa Allah Ta'ala adalah Rabb mereka, Penguasa dan Pencipta mereka semua, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Mereka juga mengetahui dengan adanya tauhid Rububiyah (yaitu Allah adalah satu-satunya Dzat yang menciptakan makhluk. pent) namun mereka menyeleweng dalam masalah tauhid Ilahiyah yaitu meng –Esa kan Allah Ta'ala dalam masalah ibadah. Mereka itu adalah orang-orang musyrik dengan berbagai macam perbedaan madzhab dan kelompok yang mereka miliki.
Dan seluruh kitab yang turun dari langit telah menunjukan akan sengsaranya mereka bila mana keadaanya masih seperti itu dan akan binasa (karena mereka di ancam akan di masukan kedalam neraka), demikian pula para Rasul telah bersepakat pada satu perkara yaitu memerintahkan untuk mentauhidkan Allah Ta'ala dan melarang dari perbuatan syirik (menyekutukan Allah Ta'ala bersama makhluk -Nya), dan telah di jelaskan bagi siapa yang berbuat syirik kepada Allah Ta'ala maka Allah Subhanahu wa ta'ala telah mengharamkan bagi dirinya surga dan tempat untuk dirinya adalah nereka yang menyala-nyala. Sebagaimana akal yang sehat dan fitroh yang lurus telah menunjukan kerusakan yang di akibatkan oleh perbuatan syirik tersebut, beribadah serta menyembah kepada para makhluk dan benda-benda (yang di bikin oleh tangan mereka sendiri), maka perbuatan syirik adalah perbuatan bathil dalam syari'at yang akan merusak akal pikiran orang, di mana efek dari perbuatanya tersebut dapat mengakibatkan kebinasaan dan kesengsaraan.
Di antara manusia juga ada yang beriman pada sebagian Rasul dan kitab-kitab yang di turunkan dari langit tanpa mau mengimani sebagian yang lainya, bersamaan dengan itu (kita ketahui bersama) bahwa para Rasul dan kitab-kitab suci yang ada sebagian, membenarkan sebagian yang lain, melengkapi satu sama lainya, dan berkesesuaian dalam masalah pokok isinya secara umum. Sehingga hal tersebut menjadikan mereka melepas kedustaannya dan melawan kejujurannya, mereka membatalkan sendiri pengetahuan yang mereka miliki tentang sebagian Nabi dan kitab suci yang turun dari langit untuk mendustakan sebagian Rasul yang lainya, sehingga mereka tetap memilih untuk berada dalam agamanya yang melenceng, dalam keyakinanya yang membingungkan dan dalam keilmuan yang saling bertentangan satu sama lain. Hal ini sebagaimana yang telah Allah Ta'ala jelaskan dalam firman -Nya yang mulia, di mana Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكۡفُرُونَ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُواْ بَيۡنَ ٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ وَيَقُولُونَ نُؤۡمِنُ بِبَعۡضٖ وَنَكۡفُرُ بِبَعۡضٖ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُواْ بَيۡنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا ١٥٠ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ حَقّٗاۚ وَأَعۡتَدۡنَا لِلۡكَٰفِرِينَ عَذَابٗا مُّهِينٗا ١٥١} ( سورة النساء : 151-150)
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul -Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul -Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan". QS an-Nisaa': 150-151.
Maka mereka di hukumi dengan kufur secara hakiki di karenakan mengetahui bahwa klaim yang mereka nyatakan terhadap keimanan adalah klaim yang tidak benar, karena kalau sekiranya klaim mereka benar tentu mereka akan beriman kepada seluruh hakekat yang para Rasul telah bersapakat di atasnya, namun mereka mengatakan, sebagaimana yang Allah Ta'ala kisahkan dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: { وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ ءَامِنُواْ بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُواْ نُؤۡمِنُ بِمَآ أُنزِلَ عَلَيۡنَا وَيَكۡفُرُونَ بِمَا وَرَآءَهُۥ وَهُوَ ٱلۡحَقُّ مُصَدِّقٗا لِّمَا مَعَهُمۡۗ 000 ٩١ } ( سورة البقرة : 91)
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". dan mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka.." QS al-Baqarah: 91.
Oleh karena itu klaim mereka kepada keimanan adalah klaim yang dusta, Allah Azza wa jalla mengatakan tentang kedustaan mereka dalam terusan ayat di atas:
قال الله تعالى: { قُلۡ فَلِمَ تَقۡتُلُونَ أَنۢبِيَآءَ ٱللَّهِ مِن قَبۡلُ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ٩١ } ( سورة البقرة : 91)
"Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?". QS al-Baqarah: 91.
Di antara sekelompok manusia ada yang mengajak kepada filsafat, ilmu kalam dan (ilmu akal), maka datanglah mereka dengan kesesatan yang sangat besar dan kedustaan yang sangat agung. Mereka tidak mengakui adanya Rabb yang Maha Agung serta mengingkari akan wujudnya Allah Jalla wa 'ala, apa lagi mau mengimani dengan adanya para Rasul, kitab-kitab suci dan perkara-perkara yang ghoib, (mereka tidak percaya sama sekali), mereka mengingkari adanya ayat-ayat Allah Shubhanahu wa ta'alla yang sangat banyak sekali, mereka merasa yakin dalam kegelapanya, keangkuhanya dan kesombonganya. Mereka mendustakan dengan ilmu-ilmu yang di bawa oleh para Rasul serta ilmu yang telah di tunjukan oleh kitab-kitab suci yang turun dari sisi Allah Subhanahu wa ta'ala, mereka ingkar atas itu semua, bersamaan dengan apa yang telah mereka ketahui dari adanya ilmu-ilmu alami serta segala macam pengikutnya, mereka juga mengingkari seluruh hakekat yang ada, kecuali apa yang bisa mereka pahami secara nalar dan bisa di rasakan oleh panca indera, yang mereka lakukan dengan uji cobanya yang dangkal di bandingkan dengan ilmu para Nabi. Mereka menyembah pada alam dan menjadikanya sebagai bagian terbesar dari tujuan mereka dan menghitung sebagai bagian dari puncak keilmuanya, mencegah dari tabiat yang telah mereka miliki, mereka enggan, bahkan tidak mau sama sekali terikat dengan yang namanya syari'at dan berakhlak dengan akhlak manusia, sehingga menjadikan binatang ternak lebih baik keadaanya di banding mereka, mereka sudah tidak tahu lagi yang namanya sifat malu, sehingga mengantarkan mereka untuk melakukan pelampiasan syahwat ala binatang, tidak ada tujuan pasti yang mereka harapkan, dan tidak ada akhir dari keinginan yang mereka cari, mereka seperti yang tergambar dalam firman Allah Ta'ala:
قال الله تعالى: { وَقَالُواْ مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا نَمُوتُ وَنَحۡيَا وَمَا يُهۡلِكُنَآ إِلَّا ٱلدَّهۡرُۚ 000 ٢٤ } ( سورة الجاثية : 24)
"Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa".QS al-Jaatsiyah: 24.
Itu semua menjadikan orang-orang yang berbuat kesyirikan, yang berada di atas kesyirikan dan kekufuranya, mereka sedikit lebih baik keadaanya di banding dengan keadaanya mereka, dan sedikit lebih banyak kejelekanya di banding mereka.
Namun yang mengherankan kebanyakan pemikiran yang jelek ini menghanyutkan kebanyakan orang pada akhir-akhir zaman ini, itu semua di sebabkan agamanya yang lemah dan sedikitnya ilmu yang mereka miliki, tatkala umat-umat yang kuat meletakan tali dan jaring (pemikiran sesat) yang akan membinasakan umat manusia.
Adapun agama Islam maka ia telah mengeluarkan makhluk dari kegelapan kebodohan, kekufuran, kedholiman, permusuhan dan segala macam jenis kejelekan menuju cahaya ilmu dan iman, keyakinan dan keadilan, serta kasih sayang dan segala macam bentuk kebaikan, AllahTa'ala berfirman:
قال الله تعالى: { لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ بَعَثَ فِيهِمۡ رَسُولٗا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ ١٦٤} ( سورة آل عمران : 164)
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata". QS al-Imran: 164.
Dalam ayat Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { ۞إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ } ( سورة النحل : 90)
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran". QS an-Nahl: 90.
Allah Ta'ala juga berfirman menjelaskan akan kesempurnaan agama ini:
قال الله تعالى: { ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ } ( سورة المائدة : 3)
"Pada hari ini telah Ku- sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat -Ku, dan telah Ku- ridhai Islam itu Jadi agama bagimu..". QS al-Maa'idah: 3.
Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {وَتَمَّتۡ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدۡقٗا وَعَدۡلٗاۚ 000 ١١٥} ( سورة الأنعام : 115)
"Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil…". QS al-An'am: 115.
Yaitu kalimatnya Allah Subahanahu wa ta'ala yang ada pada agama, yang mana melalui agama tersebut segala macam bentuk syari'at di adakan dan di hukum-hukum yang ada di jelaskan. Dan Allah Azza wa jalla telah menjadikan syari'at tersebut sempurna dari segala sisi, tidak ada kekurangan sedikitpun walau di tinjau dari berbagai segi, benar dalam pengkhabaranya tentang Allah Azza wa jalla, tentang tauhid -Nya, balasan -Nya, dan benar apa yang di bawa oleh para Rasul -Nya tentang pengkhabaran mereka akan perkara-perkara yang ghoib. Dalam hukum-hukum yang ada dalam syari'at adalah keadilan yang di utamakan, seluruh perintah-perintahnya membawa keadilan, kebajikan, kebaikan, dan perbaikan. Ada pun larangan-laranganya maka seluruhnya membawa hikmah yang berada pada puncaknya, melarang untuk berbuat kedholiman, permusuhan, dan berbagai macam kerusakan-kerusakan yang lainnya. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman menjelaskan hukumnya yang sangat sempurna:
قال الله تعالى: {000 وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكۡمٗا لِّقَوۡمٖ يُوقِنُونَ ٥٠ } ( سورة المائدة : 50)
"Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?". QS al-Maa'idah: 50.
Dan kalimat istifham (pertanyaan.pent) dalam ayat di atas adalah bermakna nafi' (meniadakan.pent) yang telah terpatri kejadianya dalam akal dan fitroh. Ketika ada suatu perintah maka akal mengatakan: "Sekiranya hal itu di larang". Tidak pula ada suatu larangan melainkan akal mengatakan: "Seikiranya hal itu di perintahkan".
Agama yang mulia ini telah membolehkan semua yang baik, yang membawa manfaat, dan melarang seluruh keburukan dan yang membawa kerusakan dan membahayakan. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِيَّ ٱلۡأُمِّيَّ ٱلَّذِي يَجِدُونَهُۥ مَكۡتُوبًا عِندَهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ يَأۡمُرُهُم بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَىٰهُمۡ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنۡهُمۡ إِصۡرَهُمۡ وَٱلۡأَغۡلَٰلَ ٱلَّتِي كَانَتۡ عَلَيۡهِمۡۚ 000 ١٥٧ } ( سورة الأعراف : 157)
"(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.." QS al-'Araaf: 157.
Dia adalah agama yang mengajak kepada pemeluknya kepada setiap perkara yang membawa manfaat bagi mereka baik untuk agamanya maupun dunianya, mewanti-wanti mereka dari segala macam perkara yang membahayakan bagi agama dan dunia mereka, menyuruh mereka ketika terjadi persamaan antara maslahat (keuntungan.pent) dan mafsadat (kerugian.pent), antara manfaat dan bahaya supaya di lihat dan di musyawaratkan guna mengeluarkan mana yang lebih dan banyak membawa maslahat serta mencegah apa yang lebih condong membawa kerugian. Dia adalah agama yang agung, agama yang sempurna, yang mencakup segala aspek kehidupan, yang di dalamnya memerintahkan untuk mengimani setiap kitab suci yang di turunkan oleh Allah Azza wa jalla, dan mengimani setiap Rasul yang di utus oleh -Nya. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { فَلِذَٰلِكَ فَٱدۡعُۖ وَٱسۡتَقِمۡ كَمَآ أُمِرۡتَۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡۖ وَقُلۡ ءَامَنتُ بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِن كِتَٰبٖۖ وَأُمِرۡتُ لِأَعۡدِلَ بَيۡنَكُمُۖ ٱللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمۡۖ لَنَآ أَعۡمَٰلُنَا وَلَكُمۡ أَعۡمَٰلُكُمۡۖ لَا حُجَّةَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُۖ ٱللَّهُ يَجۡمَعُ بَيۡنَنَاۖ وَإِلَيۡهِ ٱلۡمَصِيرُ ١٥} ( سورة الشُّورَىٰ: 15)
"Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah (dalam agama) sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil diantara kamu. Allah -lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada –Nya lah kembali (kita)". QS asy-Syuraa: 15.
Dia adalah agama yang agung yang telah di persakisakan oleh Rabb yang Maha Agung akan kebenaranya dan kesempurnaanya, juga telah di persaksikan kesempurnaanya oleh para makhluk pilihan -Nya. Allah Ta'ala berfirman menjelaskan hal itu dalam kitab -Nya yang mulia:
قال الله تعالى: { شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَأُوْلُواْ ٱلۡعِلۡمِ قَآئِمَۢا بِٱلۡقِسۡطِۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ١٨ إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُۗ 000 ١٩} ( سورة آل عمران :19-18)
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah), melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…" QS al-'Imran: 18-19.
Dia adalah agama yang bagi siapa yang tersifati denganya, Allah Ta'ala akan mengumpulkan bagi dirinya keindahan dhohir dan keindahan bathin, serta kesempurnaan akhlak dan amal perbuatanya. Hal itu sebagaimana tergambar jelas dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: { وَمَنۡ أَحۡسَنُ دِينٗا مِّمَّنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ 00 ١٢٥ } ( سورة آل عمران : 19)
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan…". QS an-Nisaa': 125.
Tidak ada yang lebih baik keadaanya melainkan orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah Azza wa jalla, mengerjakan kebaikan kepada hamba-hamba Allah, ikhlas karena Allah dan mengikuti syari'at Allah yang mana dia adalah merupakan syari'at yang paling baik di antara syari'at-syari'at yang lain dan paling adil dalam metode dan caranya. Hatinya di penuhi dengan keikhlasan dan tauhid, sedangkan akhlak dan amalanya lurus di atas petunjuk dan kebenaran. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { صِبۡغَةَ ٱللَّهِ وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ صِبۡغَةٗۖ وَنَحۡنُ لَهُۥ عَٰبِدُونَ ١٣٨ } ( سورة البقرة : 138)
"Shibghah Allah (Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan), dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada –Nya lah Kami menyembah". QS al-Baqarah: 138.
Dia adalah agama yang terbuka bagi para pemeluknya. mereka tegak lurus di dalam menjalankanya, tersifati dengan petunjuk dan ajaran-ajaranya, hatinya di penuhi dengan ilmu dan iman, ruang lingkup agama tersebut di penuhi dengan keadilan, kasih sayang, dan nasehat bagi segala macam jenis manusia.
Dia adalah agama yang denganya Allah Ta'ala memperbaiki aqidah (keyakinan) dan akhlak hamba -Nya, memperbaiki kehidupan dunia dan akhiratnya, mempersatukan hati-hati yang saling bercerai-berai, yang mengikuti hawa nafsu yang berbeda-beda. Dia adalah agama yang agung, hukum-hukumnya berada pada puncak kepastiannya, baik itu di dalam berita-berita yang di bawanya, maupun dalam hukum-hukumnya itu sendiri. Apa yang di beritakan pasti benar, tidaklah menghukumi sesuatu kecuali dengan membawa kebenaran dan keadilan, tidak pernah ada ilmu yang benar datang untuk membatalkan sedikitpun saja dari berita-berita yang di bawanya, demikian pula tidak ada hukum yang lebih baik dari hukum-hukumnya. Pokok-pokok dan pondasinya di bangun di atas kemudahan bagi setiap zaman, ia sesuai bagi setiap zaman, baik zaman yang lampau, sekarang atau pun untuk masa yang akan datang, di mana pun berada jika di terapkan tata cara Islam yang berada di atas pondasinya yang benar dalam muamalah yang begitu banyak jenisnya, baik dalam pribadi secara khusus atau bersama masyarkat secara umum, pada setiap zaman dan tempat pasti akan di dapati keadilan, kejujuran, saling menyayangi, kebaikan dan kebajikan, itu semua di karenakan hukum-hukumnya turun dari Dzat yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {الٓرۚ كِتَٰبٌ أُحۡكِمَتۡ ءَايَٰتُهُۥ ثُمَّ فُصِّلَتۡ مِن لَّدُنۡ حَكِيمٍ خَبِيرٍ ١ } ( سورة هود : 1)
"Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayat -Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu". QS Huud: 1.
Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { لَّا يَأۡتِيهِ ٱلۡبَٰطِلُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَلَا مِنۡ خَلۡفِهِۦۖ تَنزِيلٞ مِّنۡ حَكِيمٍ حَمِيدٖ ٤٢} ( سورة فُصِّلَتۡ: 24)
"Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji". QS Fushshilat: 42.
Allah Ta'ala juga berfirman akan menjaga syar'iat -Nya ini:
قال الله تعالى: { إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ} ( سورة الحجر : 9)
"Sesungguhnya Kami -lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya". QS al-Hijjr: 9.
Lafadz-lafadznya di jamin akan di pelihara dari penambahan, pengurangan dan perubahan, demikian pula hukum-hukumnya akan di jaga dari penyelewengan dan pengurangan, bahkan kalau kita dapati hukum-hukumnya berada pada puncak keadilan, lurus dan di bangun di atas kemudahan.
Dia adalah agama yang agung yang akan memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Dalam syiarnya yang di bawa adalah kejujuran sedangkan ruang lingkup hukumnya di bangun di atas keadilan, kebenaran adalah jalan dan penolongnya, ada pun kasih sayang adalah ruh dan tujuan utamanya, kebajikan adalah teman dekatnya, kebaikan dan perbaikan adalah penambah keindahan dan tugas yang di bawanya, sedangkan petunjuk dan ilmu adalah bekalnya.
Dia adalah agama yang menyatukan tiga unsur yang di cari, kemauan ruh, hati dan badan. Di mana Allah Azza wa jalla telah memerintahkan kepada hamba-hamba -Nya yang beriman, sepeti apa yang Ia perintahkan kepada para utusan -Nya, yang isi perintah -Nya di antaranya supaya beribadah kepada -Nya, melakukan amal kebaikan yang di ridhoi -Nya, supaya memakan dari hasil yang baik, mengeluarkan apa yang Allah Ta'ala kuasai untuk para hamba -Nya di kehidupan dunia ini, mengantarkan bagai para pemeluknya untuk sampai pada ketinggian, kemulian, dan berada pada peradaban yang maju dan benar. Maka barangsiapa yang sedikit saja mengetahui sifat-sifat yang di miliki oleh agama ini tentu dia akan mengetahui betapa besar nikmat yang telah di limpahkan oleh Allah Azza wa jalla kepada makhluk -Nya. Oleh karenanya, siapa yang menentang agama ini pasti dia akan terjatuh kedalam kesesatan, perbuatan bathil, kebingungan dan kerugian, karena agama-agama yang menyelisihi agama Islam, agama yang di bangun berkisar antara khurafat dan penyembahan patung, di bangun di atas ketidak percayaan mereka akan adanya Tuhan, yang berakibat hanya untuk mencari keuntungan dunia saja, sehingga menjadikan hati-hati para pengikutnya dan amal perbuatanya seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat dari binatang ternak, karena agama yang benar jika telah pergi dari ruang hati seseorang maka akan pergi pula akhlaknya yang indah, sehingga tempatnya yang kosong tersebut di isi dengan akhlak yang jelek, yang akan mengakibatkan pemiliknya terjerembab ke tempat yang paling rendah. Sehingga menjadikan apa yang di pikirkan dalam otaknya dan tujuan utamanya hanya untuk menikmati kesenangan dunia saja. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang telah menurunkan agama Islam yang agung ini.
Kebanyakan manusia telah terjatuh kedalam kesalahan, yang menilai dalam penamaan ilmu yang benar yang wajib untuk di cari dan di raih, yang dibagi menjadi dua kelompok: di mana salah satu dari keduanya ada yang lebih berbahaya di banding yang lainnya.
Pertama: Perkataan orang yang hanya membatasi ilmu dan mencukupkan pada sebagian ilmu ilmu yaitu yang di namakan ilmu syari'at saja, yang berkaitan dengan perbaikan aqidah, akhlak dan ibadah. Tidak membawa kepada pemahaman sebagaimana pengertian yang di bawa oleh al-Qur'an dan Sunah, yang mana keduanya telah menjelaskan bahwa yang di maksud dengan ilmu, itu mencakup segala macam bentuk ilmu-ilmu, baik ilmu yang berkaitan dengan syari'at serta sarana-sarana yang bisa mengantarkan untuk bisa memahami ilmu-ilmu syari'at tersebut, begitu pula ilmu itu juga mencakup ilmu keduniaan. Dan pendapat pertama ini muncul dari sekelompok orang yang tidak di dasari pendapatnya dengan pemahaman yang shahih tentang syari'at yang agung ini, namun sekarang mereka mulai bermunculan mengutak-atik pemahaman yang sempurna ini. Ketika mereka melihat maslahat yang besar yang di hasilkan dari mempelajari ilmu keduniaan, yang baru mereka sadari bahwa maslahat tersebut juga tak lepas dari petunjuk-petunjuk yang di bawa oleh nash-nash agama.
Kedua: Perkataan orang yang hanya membatasi ilmu itu pada ilmu-ilmu modern (yang ada pada zaman sekarang ini saja), yang mana ilmu-ilmu tersebut kalau bisa di katakan tidak bisa terlepas dari ilmu-ilmu kedunian.
Pendapat seperti ini hanyalah tumbuh dari orang-orang yang pada awalnya telah melenceng dari agamanya, ilmu yang telah di pelajarinya dan akhlaknya (yang lurus). Dan pemahaman seperti ini adalah kesalahan yang sangat fatal di mana mereka menjadikan ilmu washilah (sarana kepada inti) sebagai tujuan utama, demikian juga kesalahan kedua ketika mereka meniadakan adanya ilmu-ilmu yang benar serta hakikat yang bisa memberi manfaat bagi mereka yang tidak mungkin ilmu-ilmu modern tersebut bisa menggantikan posisinya dari sisi mana pun juga, kecuali yang mereka dapatkan adalah bisa menghasilkan serta bermunculan hasil karya, produksi dan sesuatu yang baru (untuk kepentingan kedunian). Kalau demikian keadaanya maka mereka adalah orang-orang yang termaksud dalam firman Allah Ta'ala:
قال الله تعالى: { فَلَمَّا جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ فَرِحُواْ بِمَا عِندَهُم مِّنَ ٱلۡعِلۡمِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُواْ بِهِۦ يَسۡتَهۡزِءُونَ } ( سورة غافر : 83)
"Maka tatkala datang kepada mereka Rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu". QS al-Mu'min: 83.
Mereka merasa senang dengan ilmu pengetahuan yang ada pada mereka, mereka sudah merasa cukup dengan ilmu pengetahuanya, tidak merasa perlu lagi dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh Rasul-Rasul mereka. malah mereka memandang enteng dan memperolok-olokkan keterangan yang dibawa Rasul-Rasul itu. Sampai turun ayat yang menjelaskan keadaan mereka yaitu memperolok-olok kebenaran, sehingga turunlah atas mereka adzab dari Allah Subhanahu wa ta'ala sebagaimana yang telah Allah Ta'ala janjikan sebelumnya bagi orang-orang yang mendustakan para Rasul -Nya, mereka di adzab di dunia ini dengan di tutup pintu mata hatinya, pendengaranya, penglihatanya, dan yang terakhir mereka di butakan dari kebenaran. Sedangkan Allah Ta'ala menjanjikan bahwa adzab di akhirat itu lebih keras lagi, sebagaimana firman -Nya:
قال الله تعالى: { 00وَلَعَذَابُ ٱلۡأٓخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبۡقَىٰٓ ١٢٧} ( سورة طه : 127)
"Dan Sesungguhnya adzab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal". QS Thaahaa: 127.
Sedangkan di akhirat nanti mereka tidak mempunyai seorang pelindung pun melainkan Allah Subhanahu wa ta'ala, seperti yang Allah Ta'ala jelaskan dalam ayat
-Nya:
قال الله تعالى: { 000وَمَا كَانَ لَهُم مِّنَ ٱللَّهِ مِن وَاقٖ ٢١} ( سورة غافر : 21)
"Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah". QS Ghaafir: 21.
Adapun ilmu yang telah di jelaskan yaitu tentang ilmu yang bermanfaat serta penamaan ilmu tersebut, adalah sebagaimana yang telah di jelaskan oleh al-Qur'an dan Sunah yaitu setiap ilmu yang dapat mengantarkan sampai pada puncak yang tinggi, serta bisa membuahkan hasil dari perkara-perkara yang bermanfaat, tidak ada perbedaanya antara ilmu-ilmu yang berkaitan dengan dunia mau pun yang berkaitan dengan akhirat. Maka setiap ilmu yang bisa memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, dan bisa menaikan derajat dalam memahami aqidah, akhlak serta amal perbuatanya maka itu termasuk dari penamaan ilmu.
Dan ilmu itu terbagi menjadi dua yang pertama adalah maksud dari ilmu tersebut (yang merupakan tujuan utama) yang kedua adalah sarana yang bisa mengantarkan dan yang bisa membantunya untuk bisa mendapat ilmu utama tersebut. Adapun ilmu yang menjadi tujuan utama itu adalah ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi agamanya, sedangkan washilah (sarana) yaitu ilmu yang bisa membantu untuk bisa mendapat ilmu utama tersebut, seperti ilmu bahasa arab dengan segala macam jenis ilmu yang mengikutinya, seperti halnya juga ilmu keduniaan, alam sekitarnya, yang pada akhirnya bisa menghasilkan pemahaman dan pengetahuan nya kepada Allah Ta'ala serta mengetahui tentang ke Esaan Allah shubhananhu wa ta'alla dan kesempurnaan -Nya demikian pula menjadi tahu tentang kebenaran apa yang di bawa oleh para Rasul-Rasul -Nya. Adapun buah dari mengetahui itu semua adalah membantu pemiliknya untuk lebih giat lagi di dalam ibadahnya kepada Allah Ta'ala dan menjadikan rasa syukurnya bertambah, serta mau mengerjakan dan menegakan agama.
Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta'alla yang Maha Tinggi telah mengabarkan kepada kita bahwa diri -Nya telah menundukan bagi kita alam semesta ini, dan telah memerintahkan kepada kita supaya mau memikirkan dan (mentadaburinya) agar kita bisa mengeluarkan apa-apa yang bermanfaat bagi kita semua baik itu yang bersifat agama maupun keduniaan. Dan jika ada perintah dengan suatu perkara maka itu menunjukan perintah kepada dzat tersebut dan perintah dengan sesuatu yang tidak mungkin bisa sempurna melainkan harus dengan dzat tersebut. Yang demikian, yaitu dengan adanya anjuran supaya mengetahui ilmu-ilmu yang berkaitan dengan alam semesta yang pada nantinya bisa mengeluarkan (hasil) dari sesuatu yang telah Allah Ta'ala tundukan bagi kita semua, di karenakan manfaatnya tidak mungkin bisa sampai kepada kita begitu saja tanpa ada usaha untuk mencari, berpikir dan mencoba. Allah Ta'ala berfirman dalam kitab -Nya:
قال الله تعالى: { وَأَنزَلۡنَا ٱلۡحَدِيدَ فِيهِ بَأۡسٞ شَدِيدٞ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ } ( سورة الحديد : 25)
"Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia...". QS al-Hadiid: 25.
Dan manfaat tersebut tidak mungkin bisa di dapat melainkan dengan mengetahui terlebih dahulu ilmu yang berkaitan dengan produksi, (dari awal produksi) sampai bagaimana cara membikin dan mengeluarkan (menjadi bentuk barang). Sedangkan nash-nash dari al-Qur'an dan Sunah sangat banyak sekali yang memuji ilmu dan para pemiliknya dengan memberi keutamaan kepadanya tanpa memberi kepada yang lainnya. Hal itu seperti yang tertuang dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: { ۗ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ ٩ } ( سورة الزمر : 9)
"Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?". QS az-Zumar: 9.
Bahwa para pemilik ilmu, mereka adalah orang-orang yang merasa takut kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan orang-orang yang paham tentang kebesaran dan keagungan Allah Ta'ala. Seperti yang di jelaskan dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: {000 إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ٢٨} ( سورة فاطر : 28)
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba -Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". QS Faathir: 28.
Dan Allah Azza wa jalla telah memerintahkan kepada orang-orang yang bodoh supaya bertanya kepada para ulama. Dan juga Allah Ta'ala telah memerintahkan (kepada para hamba -Nya) dengan ibadah yang sangat banyak sekali, dan melarang dari segala macam keharaman. Dan adanya sebuah perintah dengan suatu perkara dan larangan untuk mengerjakan suatu perkara, itu tidak mungkin bisa untuk memenuhi (perintah tersebut) dan menjauhi larangannya melainkan setelah mempunyai ilmunya dan memahaminya, maka seluruh perintah-perintah syari'at yang ada dan larangan-laranganya itu menunjukan atas kewajiban untuk mempelajari ilmu yang berkaitan denganya. Seperti halnya membolehkan beberapa muamalah dan mengharamkan sebagian yang lain, maka tidak mungkin bisa membedakan antara yang halal dan yang haram dari keduanya melainkan dengan ilmu. Allah Subhanahu wa ta'ala juga telah mencela orang yang tidak tahu sama sekali hukum-hukum yang telah di turunkan kepada Rasul -Nya melalui al-Qur'an dan Sunahnya. Di antaranya juga Allah Ta'ala telah memerintahkan untuk berjihad, yang mana hal itu bisa di dapati pada beberapa aya -tNya yang mulia, dan perintah supaya mempersiapkan kekuatan semampunya untuk melawan musuh, dan menyuruh supaya berhati-hati terhadap mereka. Itu semua tidak mungkin bisa sempurna kecuali dengan mempelajari terlebih dahulu ilmu yang berkaitan dengan militer dan produksi senjata, yang bisa menghasilkan kekuatan dan kesiagaan dari ancaman mereka. Demikian pula Allah Ta'ala telah memerintahkan untuk mempelajari ilmu perdagangan dan ekonomi, sampai-sampai memerintahkan kepada anak-anak yatim yang masih kecil untuk belajar cara berdagang dan bagaimana mencari rizki. Sebagaimana yang tercantum dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: {وَٱبۡتَلُواْ ٱلۡيَتَٰمَىٰ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغُواْ ٱلنِّكَاحَ فَإِنۡ ءَانَسۡتُم مِّنۡهُمۡ رُشۡدٗا فَٱدۡفَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ أَمۡوَٰلَهُمۡۖ000 ٦} ( سورة النساء : 6)
"Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya..". QS an-Nisaa': 6.
Allah Ta'ala tidak memerintahkan supaya menyerahkan harta-harta mereka sebelum kiranya mereka telah di anggap cerdas, dan pandai dalam memelihara hartanya sendiri dan telah memahami cara berdagang dan mencari rizki.
Syari'at yang sempurna ini telah memerintahkan supaya umatnya mau mempelajari seluruh ilmu-ilmu yang bermanfaat, termasuk di antara ilmu-ilmu tersebut adalah ilmu tentang tauhid (meng Esa kan Allah Shubhanahu wa ta'alla dalam masalah ibadah, mencipta, nama-nama dan sifat-sifat -Nya), ilmu tentang pokok-pokok agama, termasuk bagian dari ilmu juga ilmu fikih dan ahkam (hukum-hukum agama.pent), termasuk juga ilmu bahasa arab, demikian pula ilmu ekonomi dan politik, dan ilmu-ilmu yang bisa memperbaiki hubungan masyarakat dan pribadi. Maka, tidak ada sebuah ilmu yang bermanfaat untuk agama dan dunia, melainkan syari'at yang agung ini telah memerintahkan, menganjurkan dan menggalakan supaya di pelajari. Sehingga terkumpul di dalamnya ilmu agama, ilmu pengetahuan alam, ilmu hukum-hukum agama, dan ilmu keduniaan. Bahkan syari'at juga menggolongkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan keduniaan namun membawa manfaat menjadi bagian dari ilmu agama.
Adapun orang-orang yang yang melampaui batas maka mereka mencukupkan ilmu tersebut hanya pada sebagian ilmu-ilmu agama saja, mereka dangkal sekali dalam memahami ilmu dan telah terjatuh dalam kesalahan yang sangat buruk. Sedangkan orang-orang yang orientasinya hanya keduniaan saja maka mereka juga dangkal sekali dalam memahami ilmu tersebut ketika mereka hanya menjadikan ilmu itu terbatas pada ilmu alam semesta ini, dan mengingkari nya, selain dari pada itu mereka juga menjadi mulhid (atheis, tidak percaya adanya Tuhan) dan menjadi rusak agama dan akhlaknya. Sehingga ilmu-ilmu mereka hanya menghasilkan sebuah produk saja tanpa ada nilainya, yang tidak bisa membersihkan akal dan jiwa, serta tidak bisa mengenyangkan akhlak perbuatan. Maka, akibat dari kerusakan yang di peroleh itu lebih besar dari pada manfaat yang di dapat, memang benar, mereka bisa mendapat manfaat dari sisi kemajuan dalam menghasilkan suatu produk, baik itu menciptakan produk-produk baru, dan segala macam bentuk yang berkaitan dengannya, namun dengan sebab itu mereka menjadi rusak dari dua segi, yang pertama: Bahwa hal itu akan menjadi sebuah bencana bagi mereka dan semua orang, karena akan mengakibatkan kerusakan, adanya peperangan yang menghancurkan seluruh negeri. Yang kedua: Bahwasanya mereka menjadi sombong dan bangga dengan hasil yang telah di perbuatnya, dan menyepelekan terhadap ilmu Rasul dan ilmu agama. Sedangkan Allah Ta'ala telah berfirman:
قال الله تعالى: { إِنَّ ٱلَّذِينَ يُجَٰدِلُونَ فِيٓ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ بِغَيۡرِ سُلۡطَٰنٍ أَتَىٰهُمۡ إِن فِي صُدُورِهِمۡ إِلَّا كِبۡرٞ مَّا هُم بِبَٰلِغِيهِۚ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ٥٦ } ( سورة غافر : 56)
"Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha melihat". QS Ghoofir: 56.
Dalam ayat -Nya yang lain Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { وَجَعَلۡنَا لَهُمۡ سَمۡعٗا وَأَبۡصَٰرٗا وَأَفِۡٔدَةٗ فَمَآ أَغۡنَىٰ عَنۡهُمۡ سَمۡعُهُمۡ وَلَآ أَبۡصَٰرُهُمۡ وَلَآ أَفِۡٔدَتُهُم مِّن شَيۡءٍ إِذۡ كَانُواْ يَجۡحَدُونَ بَِٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُواْ بِهِۦ يَسۡتَهۡزِءُونَ ٢٦ } ( سورة الأحقاف : 26)
"Dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun juga bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya". QS al-Ahqaaf: 26.
Allah Ta'ala juga berfirman:
قال الله تعالى: {فَلَمَّا جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ فَرِحُواْ بِمَا عِندَهُم مِّنَ ٱلۡعِلۡمِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُواْ بِهِۦ يَسۡتَهۡزِءُونَ ٨٣ } ( سورة غافر : 83)
"Maka tatkala datang kepada mereka Rasul-Rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu". QS Ghoofir: 83.
Maka menjadi jelas setelah kami kemukakan bahwa ilmu-ilmu yang bermanfaat yang harus segera di cari dan di dapat adalah seluruh ilmu yang di bawa oleh kitab Allah Azza wa jalla yang dalam hal ini adalah Al-Qur'an dan ilmu yang datang dari Sunah Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya di dalamnya terangkum seluruh ilmu yang bermanfaat, jika mempelajari nya akan memperoleh pemahaman yang benar, tidak ada bedanya antara ilmu pokok dan ilmu cabang, tidak berbeda pula antara ilmu agama dan dunia, sebagaimana yang terangkum (dalam hati) keyakinannya dengan keimanan bagi semua kebenaran (yang ada) dan hakekatnya, (keimanan) dijelaskan dalam setiap kitab suci yang telah di turunkan oleh Allah Azza wa jalla, dan dengan semua Rasul yang telah Allah Ta'ala utus, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa ta'ala.
Sangat beragam sekali maksud dan cara pandang orang dalam masalah kekayaan dan kemiskinan, semuanya, sesuai dengan kepentingan dan pemahaman setiap individu, tanpa mereka mau menyelaraskan dan mencukupkan, hanya mengikuti kebenaran dan cara pandang kedepan bagi kemaslahatan secara menyeluruh. Seluruhnya telah salah dalam memilih jalan yang membawa manfaat, di mana mereka enggan terikat dengan petunjuk-petunjuk yang di bawa oleh agama Islam, sehingga timbullah beragam pola pikir dalam diri mereka, yang tentu saja mereka mengimplementasikan terhadap pemahaman yang mereka miliki, yang mengakibatkan keburukan yang tidak berujung pangkal, mulai dari munculnya fitnah yang besar di antara orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai pejuang kemiskinan, pengentas kemiskinan dan pejuang buruh pekerja, dan fitnah di antara orang yang berpegang kuat dengan hasil produksi dan harta benda. Dan mereka dalam masalah tersebut mempunyai perkataan dan pendapat yang panjang, namun seluruhnya keliru, salah dan sesat. Maka Allah Subhanahu wa ta'ala telah memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman menuju jalan yang lurus (shirothol mustaqim) pada seluruh perkaranya mereka secara umum, dan dalam masalah ini secara khusus.
Syari'at datang bagi Allah Allah Subhanahu wa ta'ala segala pujian dengan membawa kebaikan kepada orang-orang kaya dan orang-orang miskin sesuai dengan keadaanya, mana kala Allah Ta'ala telah memutuskan hukum tentang qodho dan qodar kepada makhluk -Nya sesuai dengan tingkatannya, di antara mereka ada yang menjadi orang kaya dan ada yang menjadi orang miskin, di antara mereka juga ada yang kedudukanya mulia namun ada juga yang rendah, semua mempunyai hikmah, dan sesuatu yang tersembunyi sangat susah untuk di ungkapkan dan untuk mensifatinya, maka Allah Ta'ala mengikat sebagian mereka dengan yang lainya, dengan ikatan yang sangat kuat sekali, menundukan sebagian untuk (kepentingan) sebagian yang lainya, agar bisa saling bertukar di antara mereka kemaslahatan yang adil, karena di antara mereka pasti saling membutuhkan sebagian yang lainya.
Maka pembuat syari'at yang Maha Menghukumi telah mensyari'atkan (beberapa perkara dalam masalah ini) yang pertama: Menjadikan mereka, satu sama lain saudara (seaqidah), dan melarang supaya tidak saling menyibukan satu sama lain dengan kesibukan yang sifatnya (untuk kepentingan) pribadi, namun membimbing setiap pribadi mereka dalam berhadapan dengan sesama saudaranya untuk menunaikan hak-hak yang telah di wajibkan oleh syari'at, yang mana dengan hal itu bisa tegak kerukunan (antar sesama) dan bisa berlangsung kehidupan dunia. Allah Ta'ala juga telah memerintahkan semuanya untuk bersatu pada satu kalimat menuju perbaikan umum yang menyeluruh, yang bisa membawa manfaat bagi kedua belah pihak, seperti halnya ibadah-ibadah badan, program-program sosial, jihad memerangi musuh dan menahan serangan mereka, mengusir penjajah dengan menggunkan segala macam sarana, setiap dari mereka di haruskan ikut serta sesuai dengan kemampuan dan kelapanganya, yang ini (bisa) membantu dengan badan dan hartanya, sedang yang lain hanya dengan badanya saja, yang lain lagi dengan hartanya saja, ada lagi yang dengan kedudukan dan sumbangan pikiran, dengan ilmu yang di punyai dan dengan mengajarkan ilmu tersebut. Karena tujuannya satu, sedangkan kemaslahatan yang di peroleh didapatakan secara berbarengan dan masing-masing mendapatkanya, dengan tujuan yang mulia, maka menjadikan sarana-sarana yang di tempuhnya pun mulia.
Kemudian Allah Azza wa jalla mewajibkan bagi orang-orang kaya terhadap harta mereka yang mereka miliki untuk dikeluarkan zakat sebagai bentuk kewajiban, sesuai dengan hukum yang telah di jelaskan secara terperinci oleh syari'at. Allah Ta'ala telah menentukan (sendiri) orang-orang yang berhak menerima zakat, zakat tersebut dibayarkan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan orang-orang yang sedang membutuhkan, sehingga bisa tercapai kemaslahatan agama yang lurus, yang mencakup pula di dalamnya perkara-perkara dunia dan juga agama. Sebagaimana juga Allah Ta'ala menganjurkan untuk berbuat baik (kepada sesama) pada setiap waktu dan kesempatan, mewajibkan dengan tujuan untuk mencegah kebinasaan dan segala macam bentuk kerusakan bagi orang-orang yang sangat membutuhkan, dengan memberi makan bagi orang yang kelaparan, memberi pakaian untuk orang yang tidak berpakaian (karena tidak memiliki nya). Demikian pula Allah Azza wa jalla telah mewajibkan nafaqoh (memberi nafkah) secara khusus kepada keluarga, istri dan anak-anaknya, serta orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat denganya, demikian juga mengerjakan kewajiban-kewajiban yang bersifat muamalah sehari-hari bersama orang lain. Bersamaan dengan itu juga Allah Ta'ala telah memperintahkan mereka supaya bertawakal kepada -Nya di dalam mencari rizkinya di dunia dengan mencari di sekitar dengan kemampuanya. Melarang untuk bersantai-santai, mencukupkan apa yang sudah mereka miliki dan merasa tenang dengan apa yang ada di sekitarnya. Namun hendaknya cara pandang dan berpikirnya terus menerus di arahkan kepada Allah Ta'ala, akan keutamaan yang telah di berikan dan kemudahan, dan juga hendaknya selalu meminta pertolongan dari -Nya. Di iringi dengan rasa syukur kepada -Nya atas karunia, nikmat dan keutamaan yang telah di berikan kepada mereka dari adanya kekayaan dan harta benda. Di samping itu Allah Subhanahu wa ta'ala juga mewajibkan atas mereka untuk tidak melanggar batasan-batasan -Nya, tidak berlebih-lebihan yang pada akhirnya akan menyebabkan rusaknya akhlaq, harta benda dan seluruh keadaan mereka, namun hendaknya seperti apa yang Allah Ta'ala katakan dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: {وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُواْ لَمۡ يُسۡرِفُواْ وَلَمۡ يَقۡتُرُواْ وَكَانَ بَيۡنَ ذَٰلِكَ قَوَامٗا ٦٧ } (سورة الفرقان : 67)
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian". QS al-Furqoon: 67.
Bersamaan dengan itu, Allah Ta'ala juga memerintahkan supaya mereka di dalam mengais rizki dan mengumpulkan kekayaan dunia harus dengan cara yang mulia dan bersih, tidak mencampur aduk dengan usaha-usaha yang kotor, yaitu usaha yang berkisar antara riba, judi, menipu, merugikan orang lain, atau mencari dengan tipu daya. Namun mereka terikat dengan ikatan syari'at yang adil di dalam muamalah antar sesama, sebagaimana terikatnya mereka dengan syari'at di dalam masalah ibadah.
Allah Subahanahu wa ta'ala juga memerintahkan mereka supaya memandang orang-orang miskin dengan pandangan kasih sayang dan ingin berbuat baik kepada mereka, bukan memandang dengan kasar, keras hati, tidak merasa iba, mementingkan dirinya sendiri, meremehkannya dan angkuh. Oleh karena itu bimbingan-bimbingan agama menjadikan kekayaan agama sebagai puncak kemulian dan kesempurnaan, dan dalam keadaan seperti ini orang kaya menjadi tersifati dengan sifat yang terpuji, tersifat dengan sifat yang sempurna dan mulia, karena syari'at mendidik supaya mempunyai sifat (seperti itu) dan menganjurkan untuk menjauh dari sifat yang jelek, demikian pula menganjurkan supaya berusaha mengenakan sifat-sifat yang terpuji.
Adapun apa yang telah di lakukan agama Islam terhadap orang-orang yang miskin adalah memerintahkan mereka dan kepada setiap orang yang tidak memiliki sesuatu yang di angan-angankan supaya bersabar dan ridho dengan qodho Allah Ta'ala dan keputusan -Nya, hendaknya memahami bahwa Allah Ta'ala Maha Bijaksana dalam memutuskan hal tersebut, karena di dalamnya terkadang terdapat kemaslahatan yang bermacam-macam. Lebih jelasnya pahami firman Allah Ta'ala ini, karena Allah Azza wa jalla lah tmenjelaskan itu semua dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: { وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٢١٦ } ( سورة البقرة : 216)
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". QS al-Baqarah: 216.
Maka dengan memahami (seperti yang tergambar dalam ayat tersebut), kesedihan yang menghujam dalam hati mereka akan hilang, kesedihan yang bisa menjadikan malas dan enggan untuk berbuat, kemudian menyuruh mereka supaya tidak berharap belas kasihan kepada orang lain, yang (orang lain tersebut) di harapkan bisa menutupi kemiskinan dan kebutuhan hidupnya, tidak boleh meminta-minta pada orang lain melainkan jika tidak tercela ketika meminta, seperti kalau sedang sangat membutuhkan sekali, dan terpaksa harus minta-minta pada orang lain, dan hendaknya mereka meminta hanya kepada Allah Yang Maha Esa yang tiada sekutu bagi -Nya untuk mencegah kefakiran bagi dirinya, dengan melakukan sebab-sebab yang bisa menolak kefakiran dan untuk meraih kekayaan, yaitu dengan bekerja dan melakukan sebab-sebab (yang di bolehkan oleh syari'at). Setiap orang (di suruh) bekerja sesuai dengan kemampuan yang di miliki, mencari rizki, sesuai dengan keahlian dan keadaan nya. Maka dengan hal itu dia bisa mengambil faidah, (seperti halnya) ia bisa merdeka, lepas dari menggantungkan diri pada orang lain, dan melatih diri untuk mau bergerak dan bekerja, mengusir rasa malas dan enggan bekerja. Namun bersamaan dengan hal itu jangan sampai hatinya di isi dengan rasa iri dan dengki kepada orang-orang kaya, atas kekayaan yang mereka miliki dan karunia yang telah di berikan kepada mereka oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Allah Azza wa jalla memberi adab yang sangat indah untuk kita semua, seperti dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: { وَلَا تَتَمَنَّوۡاْ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعۡضَكُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٞ مِّمَّا ٱكۡتَسَبُواْۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٞ مِّمَّا ٱكۡتَسَبۡنَۚ وَسَۡٔلُواْ ٱللَّهَ مِن فَضۡلِهِۦٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٗا ٣٢} ( سورة النساء : 32)
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia -Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu". QS an-Nisaa': 32.
Allah Azza wa jalla juga telah memerintahkan supaya mereka (di dasari niat suci) dalam bekerja, bergaul, dan berkarya, tidak terburu-buru, berangkat ingin cepat kaya namun ujung-ujungnya malah dengan usaha yang haram, karena hal itu akan menjadikan agama dan dunianya hilang, demikian pula menyuruh mereka dengan dua perkara yang akan membantu kesulitan kefakirannya, yang pertama ekonomis dalam mengatur kehidupannya, yang kedua qona'ah (merasa cukup) dengan pemberian Allah Azza wa jalla, karena rizki yang sedikit kalau di barengi dengan ekonomis (dalam pembelanjaanya) akan terasa menjadi banyak, sedangkan qona'ah (merasa cukup.pent) adalah harta karun yang tidak akan habis dan kekayaan tanpa uang. Betapa banyak orang yang miskin namun bisa ekonomis dalam pembelanjaan kebutuhan hidupnya dan merasa cukup dengan pembagian Allah Ta'ala, dirinya menjadi tidak punya keinginan untuk seperti orang kaya dan gaya hidup yang berlebih-lebihan, tidak merasa bosan dengan sedikitnya harta dan menerima keadaan dirinya dengan rizki yang sedikit.
Maka kapan orang-orang miskin berjalan dengan petunjuk dan bimbingan-bimbingan agama seperti adanya rasa sabar dan mentautkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, merasa bebas dan tidak tergantung dengan orang lain, berusaha untuk bekerja dengan jalan yang halal dan sungguh-sungguh dalam usahanya, lalu qona'ah dengan pemberian Allah Azza wa jalla, jika hal tersebut dilaksanakan pada diri seseorang maka hilanglah rasa penat dan bosan terhadap kemiskinan yang menimpa mereka. Namun dengan itu, mereka tetap senantiasa selalau mencari harta dan berusaha untuk mendapat kekayaan, dengan selalu berharap kepada Rabb -Nya dan kepada janji -Nya, sambil bertakwa kepada -Nya, maka sesungguhnya mereka seperti dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: {وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا ٢ وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓ} ( سورة الطلاق : 3-2)
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…". QS ath-Thalaaq: 2-3.
Dan ajaran-ajaran agama yang seperti ini dan juga bimbingan-bimbinganya semua berasal dari Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasul -Nya yang di peruntukan bagi orang kaya dan orang miskin, semua akan mendatangkan bagi mereka kebaikan yang banyak dan mencegah dari keburukan yang merugikan dan membahayakan bagi mereka, begitu juga akan membuahkan hasil yang sangat indah bagi mereka, baik hasil yang bisa langsung di nikmati, maupun yang datang belakangan. Maka ini adalah untuk satu persoalan untuk mengatasi masalah kaya dan fakir yang datang dari Rabb yang Maha Mulia, adapun solusi yang datangnya selain dari Allah maka itu hanya omong kosong dan kesengsaraan, merugikan dan menghancurkan. Allah lah yang memberi taufik kepada kita.
Semisal dengan masalah ini adalah masalah kesehatan dan sakit, maka syari'at Islam datang dengan membawa solusi yang tepat dan sangat sempurna (untuk mengatasi masalah ini), di antaranya: menyuruh dengan setiap (perkara) yang bisa menjaga kesehatan, menumbuhkan gaya hidup sehat dan menjaganya, demikian pula mencegah segala macam penyakit atau meminimalisir sebisa mungkin. Maka bab dalam pembahasan kali ini mempunyai beberapa perincian yang sangat bermanfaat, yang berkisar antara perintah untuk menjaga kesehatan dan gaya hidup sehat serta (perintah untuk) menjaga dari seluruh hal-hal yang mengganggu kesehatan dan yang bisa merusak kesehatan. Begitu pula perintah supaya cepat dalam mengatasi segala macam penyakit dan menjaga sebelum terjadinya wabah, serta meninjau secara berkesinambungan mana kala wabah telah menyebar (untuk segera di carikan solusinya).
Namun dengan itu semua, tetap mereka di perintahkan supaya bertawakal kepada Allah Azza wa jalla, menyandarkan urusannya kepada Allah Ta'ala, dan memahami bahwa Allah lah Yang Maha Memberi bagi seluruh nikmat yang ada, dan yang mencegah segala macam bentuk bencana. Mengetahui bahwa Allah Shubhanahu wa ta'alla Maha Lembut, Maha Kuasa dan Maha Penyayang, dan memahami dengan sebab-sebab yang sangat banyak sekali sebagaimana yang telah di ajarkan oleh Allah Azza wa jalla kepada para hamba -Nya, dan memerintahkan mereka supaya berjalan dengan kepribadian yang seperti itu.
Demikian pula perintah untuk mencegah berbagai macam penyakit dengan cara lain bukan dengan menggunakan obat seperti biasanya, begitu juga perintah untuk sabar atas segala perkara yang tidak di sukainya dalam rangka mengimani Allah Ta'ala dan mengharap pahala yang di janjikan, karena dengan mencoba sabar setidaknya akan meringankan beban penyakit yang di deritanya dan hasil yang akan di peroleh bagi seorang penyabar yang mengharap (pahala Rabbnya) adalah bisa menaikan keimanan (dalam dada), keyakinan dan (akan) mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa ta'ala baik yang di perolehnya secara langsung mau pun yang di dapat di kemudian hari.
Juga perintah supaya mempunyai keyakinan yang kuat dalam bersandar kepada Allah Ta'ala ketika turun bencana dan hal-hal yang di bencinya. Seseorang jangan sampai pasrah (pada keadaan), yang menjadikan hati dan kemauanya lemah, apa lagi teracuni dengan khayalan-khayalan semu, yang merupakan penyakit mematikan. Betapa banyak di dapati orang yang sakit dengan penyakit yang ringan menjadi besar dan kritis karena di sebabkan hatinya yang lemah, tidak lagi memiliki semangat hidup dan terperdaya dengan pikiran yang tidak menentu. Dan betapa banyak di dapati orang yang terkena penyakit berat dan kritis menjadi ringan dan mudah menghadapi beban yang di deritanya, itu manakala hatinya mau bersandar kepada Allah Azza wa jalla, rasa iman dan tawakalnya kuat, sehingga hilanglah rasa takut yang sedang di hadapinya. Dan kasus-kasus seperti ini bisa kita lihat dan banyak kita dapati.
Maka agama Islam menyuruh dengan dua perkara dalam waktu yang bersamaan, menyuruh untuk melakukan sebab-sebab yang bisa mendatangkan manfaat (untuk dirinya), dan menyuruh supaya bersandar kepada Allah Ta'ala dalam keyakinan (bahwa hal tersebut) bisa menyembuhkan, memberi manfaat dan bisa mencegah penyakit, semuanya di suruh sesuai dengan kemampuan yang di milikinya. Begitu juga dalam masalah nikmat, sesuatu yang menyenangkan, di benci, ketika mendapat musibah, maka syari'at Islam datang membawa solusinya dengan bentuk yang sangat sempurna.
Allah Azza wa jalla dan Rasul -Nya menyuruh mana kala sedang menerima berbagai macam kenikmatan untuk menikmatinya dengan tidak menghilangkan rasa iftiqornya (merasa butuh.pent) kepada Allah Ta'ala dan mengakui dengan pengetahuan yang sempurna akan karunia yang telah di berikan Allah Azza wa jalla dan atas tadkir yang telah di tentukan kepadanya demikian juga akan kemudahan dalam memperolehnya. Terus menerus bersyukur atas nikmat yang telah di berikan, dan menggunakan dengan baik, (begitu juga) di gunakan untuk membantu nya dalam beribadah kepada Allah Ta'ala, dan jangan sampai kenikmatan yang ada di sisinya menjadikan sebagai seorang hamba yang sombong, angkuh, dan membuat kerusakan, namun hendaknya ia menjadi lebih tawadhu dan menjadi (seorang) hamba yang banyak bersyukur.
Agama juga menyuruh supaya banyak mengambil kesempatan yang bermanfaat pada kenikmatan yang ada, agar dirinya bisa mendapat keuntungan dengan keuntungan yang langsung bisa di nikmati ataupun yang tidak langsung. Menggunakan kesempatan (yang ada pada) kesehatan, badan segar bugar, kuat, semangat yang di miliki, kedudukan dan anak-anak, jangan sampai melalaikan itu semua, yang mana itu merupakan kenikmatan yang (sudah) ada di depan mata dan sifatnya di batasi dengan waktu, namun ia mengeluarkan darinya nkimat yang masih ada untuk mendapat kebaikan yang bersambung dan manfaat yang terus menerus, seperti di sebutkan dalam sebuah hadits, di mana Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Gunakanlah lima kesempatan sebelum datangnya lima perkara yang lainya, masa mudamu sebelum datang masa tua, masa sehatmu sebelum datang penyakit, waktu senggangmu sebelum datang waktu sibuk, kekayaanmu sebelum datang saat miskin, hidupmu sebelum datang kematian".
Maka kapan seorang hamba mengetahui arti dari sebuah kenikmatan, bahwa itu semua adalah suatu perkara yang tidak di ketahui (kapan datang dan hilangnya) dan sarana untuk menuju kebaikan akhirat, maka terkumpul baginya dua perkara, pertama: dia akan segera menikmatinya, dan ia hanya mencukupkan mengambil faidahnya pada kemudian hari, ia tunaikan hak kenikmatan tersebut baik itu yang wajib mau pun yang sunah, maka dengan sebab itu ia akan menjadi sebuah nikmat yang hakiki bagi agama mau pun dunianya. Kedua: kebalikan dari yang pertama, berbeda dengan keadaanya orang-orang yang melenceng dari aturan yang di bawa oleh syari'at, yang mana mereka hanya sekedar menikmati, bersenang-senang dengan kenikmatan yang di dapat, persis seperti halnya binatang ternak, ketika sedang bersenang-senang menikmati padang rumput yang hijau, mereka menggunakannya sesuai dengan keinginan hawa nafsunya, sama seperti nafsu binatang. Maka kenikmatan pada keadaan orang-orang yang seperti ini akan cepat hilang dan musnah, dan tidak ada yang akan mereka dapati melainkan penyesalan dan kerugian. Adapun kelompok yang pertama maka mereka akan bisa menikmati yang tertunda tadi, bahkan ada kalanya akan bertambah dengan merasa hatinya tenang, jiwa tentram dan selamat dari kegelisahan dan ketamakan.
Adapun musibah, ketika itu adalah merupakan suatu perkara yang harus ada bagi manusia, yang tidak mungkin seorang pun bisa selamat darinya, maka Allah yang Maha Bijaksana telah memberi solusinya, dan membimbing hamba -Nya supaya bersabar, pasrah, dan mengharap pahala, dan supaya seorang hamba tidak menghadapinya dengan gelisah, putus asa dan stress, namun hendaknya ia menghadapinya dengan teguh dan tawakal kepada Allah Azza wa jalla dan dengan keimanan yang jujur, yang mana dengan hal tersebut akan meringankan beban, dan akan mendapat pahala dan tambahan iman berlipat-lipat dari musibah yang di dapat. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ ١٥٧ } ( سورة البقرة : 157-155)
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". QS al-Baqarah: 155-157
Allah Ta'ala berfirman dalam haknya orang-orang yang sabar:
قال الله تعالى: {إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ} ( سورة الزمر : 10)
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". QS az-Zumar: 10.
Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { إِن تَكُونُواْ تَأۡلَمُونَ فَإِنَّهُمۡ يَأۡلَمُونَ كَمَا تَأۡلَمُونَۖ وَتَرۡجُونَ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا يَرۡجُونَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا ١٠٤ } ( سورة النساء : 104)
"Jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana". QS an-Nisaa': 104.
Lihatlah pada bimbingan yang sangat bijaksana ini dari petunjuknya syari'at ketika sedang menghadapi nikmat, kesenangan, musibah dan kesusahan, bagaimana engkau akan melihat hati menjdi tentram, tenang, mendapat kehidupan yang baik, kebaikan di dapat, dan keuntungan pun terus berlanjut. Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Sangat menakjubkan perkaranya seorang mu'min itu, seluruh perkaranya menjadi baik, jika dirinya mendapat nikmat lalu bersyukur maka itu baik baginya, dan jika dirinya di timpa musibah lalu bersabar maka itu juga baik baginya, dan itu tidak di dapati kecuali oleh seorang mu'min".
Di mana keadaan yang mulia dan tinggi ini tidak didapati pada orang-orang yang telah melampaui batas agama, dimana mereka jika memperoleh nikmat, mereka menyalah gunakan nikmat tersebut, bersenang-senang sama persis seperti binatang, mereka menjadi sombong pada orang lain, lalim dan melampaui batas. Dan jika mereka di timpa perkara yang tidak di senangi maka mereka tidak sabar dan cepat putus asa, bahkan terkadang hal itu bisa mengantarkan dirinya memilih untuk bunuh diri, di karenakan tidak kuat menghadapi cobaan. Kita memohon kepada Allah Ta'ala keselamatan dari perbuatan itu semua.
Syari'at Islam juga telah menetapkan masalah management politik dengan sempurna, syari'at telah memberi petunjuk kepada berbagai cara yang seharusnya di tempuh dalam bergaul dengan sesama muslim dan bersama orang lain dengan aturan yang sangat indah dan sangat adil, terkumpul di dalamnya antara kasih sayang dan kekuatan, antara lemah lembut dan belas kasih, dan sebisa mungkin saling menyayangi antar sesama. Dan jika tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut beralih pada kekuatan namun dengan bijaksana dan adil, bukan dengan mendholimi dan menggunakan kekerasan. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ ٩ وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمۡ وَلَا تَنقُضُواْ ٱلۡأَيۡمَٰنَ بَعۡدَ تَوۡكِيدِهَا وَقَدۡ جَعَلۡتُمُ ٱللَّهَ عَلَيۡكُمۡ كَفِيلًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ ٩١} ( سورة النحل : 91-90)
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat". QS an-Nahl: 90-91.
Maka dalam ayat di atas di dapati bahawa Allah Subhanahu wa ta'ala menyuruh untuk berbuat adil kepada setiap orang, dan menyuruh untuk berbuat kebajikan pada setiap orang, terlebih khusus dengan sanak kerabat dan orang yang mempunyai hak bagi mereka untuk berbuat kebajikan kepadanya. (dalam ayat) Allah Ta'ala juga melarang untuk berbuat keji dan permusuhan terhadap makhluk, baik itu dalam darah, harta, kehormatan dan hak-hak mereka. Demikian pula Allah Ta'ala menyuruh supaya menepati janji dan menjaganya serta memperingatkan agar tidak melanggarnya.
Perkara-perkara ini ada (sebagian) yang di perintahkan supaya di kerjakan dan ada (sebagian) yang di larang untuk di kerjakan, di antara perintah tersebut ada yang jelas sekali yang sifatnya di wajibkan bagi setiap muslim supaya mengerjakannya, dan tidak ada pilihan bagi mereka melainkan harus menerima dan mengerjakan. Yaitu yang ada nashnya dari syari'at, yang menunjukan fardhu 'ain yang tidak boleh seorang pun berpaling darinya. Maka kewajiban seperti itu tercakup dalam firman Allah Ta'ala:
قال الله تعالى: { وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنٖ وَلَا مُؤۡمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمۡرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُ مِنۡ أَمۡرِهِمۡۗ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلٗا مُّبِينٗا ٣٦} ( سورة الأحزاب : 36)
"Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, dan dalam kesesatan yang nyata". QS al-Ahzab: 36.
Dalam ayat yang lain Allah Azza wa jalla berfirman:
قال الله تعالى: { فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجٗا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمٗا ٦٥ } ( سورة النساء : 65)
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai pemutus terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan (itu), dan mereka menerima dengan sepenuhnya". QS an-Nisaa': 65.
Dalam surat yang sama Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ } ( سورة النساء : 59)
"kemudian jika kamu berselisih Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian..". QS an-Nisaa': 59.
Allah Azza wa jalla juga berfirman:
قال الله تعالى: { وَمَا ٱخۡتَلَفۡتُمۡ فِيهِ مِن شَيۡءٖ فَحُكۡمُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِۚ 000 } (سورة الشُّورَىٰ : 10)
"Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah) kepada Allah..". QS asy-Syuura: 10.
Sungguh saya telah meneliti pada jenis (perintah) yang sangat agung seperti ini, maka saya dapati, segala puji bagi Allah, (semuanya) sesuai dengan keadilan dan di penuhi dengan sikap yang bijaksana, sesuai dengan maslahat dan kebaikan (yang ada), demikian pula (isinya) mencegah segala bentuk kerusakan.
Adapun yang kedua adalah pada perkara-perkara yang terasa samar pada pokoknya atau dalam penerapan kehidupan nyata, dan memasukan dalam perkara-perkara yang akan di hadapi ketika keadaannya menuntut untuk segera menerapkan atau meniadakan, dan ragu dalam memutuskan atas parkara tersebut, maka dalam kasus seperti ini maka mereka di suruh supaya mengadakan musyawarah di antara mereka, melihat pada semua segi, memperhatikan sampai pada batasan syarat-syarat dan kaidah-kaidah yang ada, dan apa akibat yang akan di dapat padanya (jika memang harus di lakukan), di sesuaikan dengan maksud dan tujuan yang (ingin di raih), di hadapkan pada adanya maslahat dan kemudhorotan, yang tentunya setelah itu memilih yang lebih baik dan sesuai baginya, Allah Azza wa jalla dengan jelas menyuruh akan hal itu seperti dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: { وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ 00} ( سورة آل عمران : 159)
"Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu..". QS al-'Imran: 159.
Demikian juga Allah Ta'ala berfirman yang di tujukan kepada seluruh orang-orang yang beriman:
قال الله تعالى: { وَأَمۡرُهُمۡ شُورَىٰ بَيۡنَهُمۡ } ( سورة الشُّورَىٰ : 38)
"Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka…". QS asy-Syuura: 38.
Maka pada bentuk (perintah) yang seperti ini syari'at telah memberi kebebasan di dalamnya, tentunya setelah di tetapkan terlebih dahulu (oleh syari'at) kaidah-kaidah dan pondasi yang sesuai untuk di gunakan pada setiap zaman dan tempat, walau pun keadaannya telah berubah dan perkaranya terus berkembang. Maka kaidah-kaidah syar'iyah jika di tempuh pada seluruh perkaranya dan cabang-cabngnya keadaan akan menjadi baik, dunia dan agama akan tegak lurus, urusan manusia menjadi lancar, keburukan dan kejahatan akan menjauh dari mereka, namun hal itu di butuhkan di dalamnya ikatan majelis yang terkumpul didalamnya orang-orang yang berilmu yang loyal, mempunyai akal yang bersih dan pandangan yang luas ke depan, pemikiran yang bagus dan memiliki gagasan yang cemerlang.
Membahas di dalamnya urusan-urusan dalam negeri satu persatu, dengan membahas secara total yang mencakup dari semua sisi permasalahan, yang sebelumnya diberi gambaran sebagaimana layaknya, dengan melakukan perencanaan sampai pada batas tertentu lalu di sempurnakan jika maksud tujuannya bisa tercapai, sebagaimana juga adanya gambaran, efek yang akan di dapat, dari adanya faidah-faidah yang di dapat dan maslahat kebaikan yang di peroleh baik yang bersifat umum yang mencakup keseluruhan mau pun bagian dari cabang-cabangnya. Menggodoknya dengan cara yang paling baik supaya bisa menelurkan (hukum) yang baik pula dan mudah untuk di kerjakan, demikian juga menggodok permasalahan-permasalahan yang bisa merusak supaya bisa di carikan sarana yang bisa mencegahnya, dengan mempelajari sebab-sebabnya dan mengeluarkan dari sumber permasalahannya, kemudian memutusnya sesuai dengan kemungkinan, lalu menghilangkanya secara total jika mungkin, jika tidak mungkin maka dengan meminimalkan dan meringankan (sesuai dengan kemampuan yang di miliki, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu…". QS ath-Thagaabun: 16.
Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda: "Jika saya memberi suatu perintah kepada kalian, maka kerjakan sesuai dengan kemampuan kalian".
Dan termasuk dari bagian ushul (pokok-pokok.pent) syari'at yang paling agung yaitu memecut kaum muslimin supaya mau menegakan agamanya sendiri, demikian juga memecut supaya menunaikan hak-hak Allah Azza wa jalla dan peribadahan kepada-Nya, dan menunaikan hak-hak antar sesama orang, dan juga sangat menganjurkan supaya berkumpul dan bersatu dalam satu kalimat, bersegera mencari sebab-sebab yang bisa mendatangkan saling menyanyangi satu sama lain serta yang bisa menyebabkan untuk saling mencintai, dan menjauhkan diri dari sifat iri dan dengki. Allah Ta'ala menggambarkan dalam kitab -Nya yang mulia bahwa sesama mu'min adalah saudara, Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ 00} ( سورة الحجرات : 10)
"Orang-orang beriman itu Sesungguhnya adalah bersaudara…". QS al-Hujurat: 10.
Allah Ta'ala juga berfirman dalam ayat yang lain:
قال الله تعالى: { وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا 000} ( سورة آل عمران : 103)
"Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara..". QS al-'Imran: 103.
Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { 000 فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَأَصۡلِحُواْ ذَاتَ بَيۡنِكُمۡۖ وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ١ }( سورة الأنفال : 1)
"Oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul -Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman". QS al-Anfaal: 1.
Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَٱخۡتَلَفُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡبَيِّنَٰتُۚ } ( سورة آل عمران : 105)
"Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka…". QS al-'Imran: 105.
Dalam surat yang sama Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ} ( سورة آل عمران : 103)
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.". QS al-'Imran: 103.
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang menunjukan pada pokok yang agung ini, yang dengannya keadaan menjadi lurus, keadaan kaum muslimin menjadi naik derajatnya sampai pada tingkat derajat yang paling sempurna.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡۖ وَٱصۡبِرُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ٤٦ وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَٰرِهِم بَطَرٗا وَرِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطٞ ٤٧ } (سورة الأنفال : 47-46)
"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul -Nya dan janganlah kamu saling berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan". QS al-Anfaal: 46-47.
Dalam ayat di atas kita di perintahkan supaya mentaati Allah Ta'ala dan Rasul -Nya. Dan yang masuk dalam perintah itu adalah seluruh permasalahan agama, dalam ayat tersebut juga kita di larang untuk saling berselisih, berbantah-bantahan yang menyebabkan hati saling berselisih, yang pada akhirnya mengantarkan pada terjadinya permusuhan dengan segala macam jenisnya. Demikian pula kita di perintah supaya banyak mengingat -Nya pada setiap perkara dari perkara-perkara yang ada, dan supaya bersabar untuk menghadapinya. Allah Ta'ala juga menyuruh dalam ayat yang mulia tadi supaya ikhlas dan jujur, dan melarang riya', berbangga diri, sombong, tujuan-tujuan yang jelek dan keinginan untuk menyesatkan orang lain. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن قُوَّةٖ وَمِن رِّبَاطِ ٱلۡخَيۡلِ تُرۡهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمۡ } ( سورة الأَنفَالِ: 60)
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu…". QS al-Anfaal: 60.
Maka Allah Ta'ala memerintahkan supaya menyiapkan kekuatan untuk menghadapi musuh sesuai kemampuan nya, dan termasuk di sini adalah kekuatan politik, strategi, produksi persenjataan, dan segala bentuk yang bisa memperkuat untuk melawan musuh, yang bisa membuat musuh takut untuk melawan. Dan termasuk dalam hal ini adalah semua yang berkaitan peraturan perang, dan stategi militer, serta system persenjatan yang semakin canggih dan bermacam-macam, pertahanan yang kuat dalam menghadapi serangan musuh. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: { يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ خُذُواْ حِذۡرَكُمۡ فَٱنفِرُواْ ثُبَاتٍ أَوِ ٱنفِرُواْ جَمِيعٗا ٧١} ( سورة النساء : 71)
"Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!". QS an-Nisaa': 71.
Dan perintah dalam ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya adalah perintah yang di tujukan pada setiap waktu dan tempat sesuai dengan keadaan kaum muslimin. Lihatlah bagaimana sempurnanya ajaran dan aturan syari'at ini, yang mana hal itu merupakan satu sebab dan cara yang jitu supaya di tempuh untuk mendapatkan kekuatan politik dalam negeri mau pun politik luar negeri, bahwa kesempurnaan dan kebaikan hanya di peroleh dengan mengambil petunjuk syari'at, dan mengikuti bimbingan syari'at baik pada pokok-pokoknya mau pun cabang-cabangnya. Begitu juga bahwa ketidakberhasilan dan kekurangan yang terbayang akan terjadi, semata-mata di karenakan menyepelekan dan tidak memperdulikan (ajaran dan bimbingan syari'at).
Termasuk dari politik syar'iyah juga dimana Allah Azza wa jalla telah memberi bimbingan kepada hamba -Nya supaya mengerjakan kemaslahtan mereka secara umum dengan memberi mandat pada setiap atau sekelompok orang untuk mempelajari dan menguasai bidangnya supaya bisa mengatur, agar nantinya bisa memperoleh tujuan dan memberi batasan yang di butuhkan, serta menyempurnakan kekurangan yang ada, dan supaya mereka rela mengeluarkan segala kemampuanya untuk bisa mendapat taraf kebaikan yang lebih baik sesuai dengan target yang ingin di capai. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: {وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤ } ( سورة آل عمران : 104)
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung". QS al-'Imran: 104
Dalam surat at-Taubah Allah Azza wa jalla berfirman:
قال الله تعالى: { وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢} ( سورة التوبة :122)
"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya". QS at-Taubah: 122.
Tidak di ragukan lagi bahwa menyelesaikan permasalahan umum pada kasus seperti ini (sesuai dengan) yang telah Allah Ta'ala bimbing adalah salah satu sebab untuk mendapat kesempurnaan hidup beragama dan kehidupan bermasyarkat. Sebagaimana hal tersebut bisa di lihat, dan bisa di ketahui oleh semua orang, di antaranya adalah firman Allah Ta'ala:
قال الله تعالى: { ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ } ( سورة النحل : 125)
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...". QS an-Nahl: 125.
Dan ajakan ini (untuk menuju jalan Allah) mencakup juga ajakan kepada kaum muslimin yang di dapati mereka memiliki kekurangan pada sebagian perkara agamanya, begitu juga mencakup ajakan kepada orang-orang kafir. Yang pertama mengajak mereka untuk menyempurnakan agamanya, sedangkan yang lain mengajak orang kafir untuk mau masuk agama Islam yang agar menjadi lurus dan baik dan baik dalam kehidupan mereka baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Dan hendaklah dakwahnya ini membawa hikmah, yang mana cara itu adalah cara paling dekat dan sarana yang bisa berhasil, dengan hikmah maka akan tercapai kebaikan atau menyempurnakan kebaikan tersebut, bisa menghapus kejelekan atau meminimalkan nya, semuanya sesuai dengan waktu, tempat, dan dengan keadaan orang-orangnya serta perkembangan zaman. Dalam masalah memberi pelajaran yang baik pun sama persis, memberi pelajaran adalah memberi penjelasan, dengan menjelaskan mana yang bermanfaat dan mana yang akan membahayakan dirinya yang berdampak langsung mau pun yang akan berdampak di kemudian hari, dan Allah Ta'ala mensifati bahwa itu adalah pelajaran yang baik di karenakan pada kenyataanya hal tersebut adalah kebaikan, yaitu dengan menyayangi, lemah lembut, sabar, serta penggunaan metode dakwah yang lain. Demikian juga jika di butuhkan dalam berdakwah itu memang harus ber jidal (membantah.pent) agar orang yang di dakwahi tersebut merasa yakin, maka hendaknya dalam membantahnya itu di gunakan dengan cara yang baik pula, mengajak orang yang di bantahnya untuk mengikuti kebenaran, dengan menjelaskan kebaikan yang akan di dapat jika mengikutinya dan bahaya kalau sampai melawannya, dan menjawab dari syubhat-syubhat yang dimilikinya, semuanya itu di lakukan dengan ucapan yang lembut, adab yang baik, tidak dengan kekerasan dan dengan hati yang kasar, atau dengan mencela atau menghardiknya, karena sesungguhnya madharat (kerusakan) yang akan di peroleh lebih besar dari pada manfaatnya. Hal itu sebagaimana yang di jelaskan oleh Allah Ta'ala dalam firma -Nya:
قال الله تعالى: { فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ } (سورة آل عمران: 159)
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka...". QS al-'Imran: 159.
Dan kita cukupkan dalam permisalan ini mudah-mudahan bisa tercapai maksud dari yang kami inginkan. Wallahu 'alam.
Shalawat dan salam semoga selalu Allah Ta'ala curahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam.
Di tulis pada tanggal 5 Rabi'u al-Akhir tahun 1375 H.