×
Ideologi Kafir Quraiys: Inilah Ideologi yang banyak diusung oleh manusia pada zaman ini, namun, banyak diantara mereka yang tidak sadar. Yaitu menyamakan Allah seperti raja didunia, penasaran? Silahkan baca risalah ini, mudah-mudahan dengan mengulasnya, kita bisa memahaminya, semoga…..

 Ideologi Kafir Quraisy

عبادة الأصنام والأوثان والأنصاب والتماثيل المؤلهة من دون الله


 Ideologi Kafir Quraisy

      Segala puji hanya bagi Allah, kami memujiNya, memohon pertolongan dan ampunan kepadaNya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

      Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, yang tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad adalah hamba dan RasulNya.

 Amma Ba'du:

Keyakinan Paganisme Dengan Menyembah Patung, Berhala Dan Arca Yang Dipertuhankan

      Sebelum masuk pada inti pembahasan, apa yang disembah dan siapa saja yang menyembahnya, maka layak sekali kita mengetahui terlebih dahulu maknanya secara lafad serta apa yang dimaksud. Pepatah Arab mengatakan, 'Hukum sesuatu cabang dari gambaran yang bagus'.

       Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan batasan makna-makna yang kita maksud disub judul diatas.

       Adapun kata al-Anshaab (berhala) dan at-Tamatsil (patung) kedua lafal ini mempunyai makna yang umum. Seperti dikatakan oleh para ulama, "Definisi al-Anshaab (berhala) yaitu sesuatu yang terbuat dari batu yang diletakan di tanah Haram atau diluar tanah Haram kemudian mereka berthawaf disekitarnya".[1]

      Definisi inilah yang dipilih oleh Ibnu Kalbi, dalam penjelasannya beliau mengatakan, "Sebagian orang Arab ada yang tidak mampu untuk membuat patung, tidak pula membikin rumah, makanya mereka meletakan sebongkah batu yang dianggap unik di depan Haram atau diluar Haram, lalu mereka thawaf mengelilinginya seperti ketika mereka thawaf di sekitar Ka'bah. Batu yang disembah seperti inilah yang dinamakan dengan al-Anshaab (berhala)".[2]

        Dan orang Arab biasa melakukan thawaf disekitarnya, sebagaimana mereka juga menyembelih sembelihan disampingnya lalu darahnya digunakan untuk melumuri berhala tersebut. Seperti yang Allah singgung didalam firmanNya:

﴿ وَمَا ذُبِحَ عَلَى ٱلنُّصُبِ وَأَن تَسۡتَقۡسِمُواْ بِٱلۡأَزۡلَٰمِۚ ذَٰلِكُمۡ فِسۡقٌۗ ٣ ﴾

[ المائدة: 3 ]

"Dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan". (QS al-Maa-idah: 3).

       Berkaitan dengan ayat ini Imam Ibnu Katsir menjelaskan, "Dikatakan oleh Mujahid serta Ibnu Juraij, 'Maksudnya ialah berhala yang terbuat dari batu yang berada disekitar Ka'bah'.

      Lebih jelasnya lagi Imam Ibnu Jurairj mengatakan, "Semuanya ada tiga ratus enam puluh berhala, yang biasa orang Arab menjadikan sebagai tempat menyembelih, lalu darah sembelihan yang ditujukan untuk Ka'bah tersebut di cipratkan ke sana lalu memotong dagingnya dan meletakan diatas berhala tadi".[3]

       Ayat[4] maupun hadits Nabi shalallahu 'alahi wa sallam[5] yang merinci penjelasan masalah ini atau yang semakna dengannya sangatlah banyak.

       Dari sini kita bisa mengetahui, bahwa secara umum yang dimaksud dengan Nushub ialah batu yang biasa dijadikan sebagai tempat beritikaf dan menyembelih disampingnya oleh kaum musyrikin

      Adapun makna Tamatsil yang dalam bentuk pluralnya Timtsal. Dijelaskan oleh pakar bahasa Ibnu Mandhur, "Yang dimaksud dengan Timtsal ialah gambar, yaitu sebuah nama bagi sesuatu yang dibikin dengan cara menyerupai salah satu dari ciptaan Allah ta'ala. Asal katanya terambil dari kata memisalkan sesuatu dengan sesuatu jika engkau membikinnya dalam bentuk replika. Menggambarkan dalam rupa yang mirip sehingga seakan-akan engkau melihat dalam bentuk aslinya.[6] Seperti yang Allah ta'ala jelaskan dalam firmanNya secara gamblang,

 Allah berfirman:

﴿ يَعۡمَلُونَ لَهُۥ مَا يَشَآءُ مِن مَّحَٰرِيبَ وَتَمَٰثِيلَ وَجِفَانٖ كَٱلۡجَوَابِ وَقُدُورٖ رَّاسِيَٰتٍۚ ١٣ ﴾ [ سبأ: 13 ]

"Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakiNya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku)". (QS Saba': 13).

       Imam Ibnu Katsir menjelaskan, "Yang dimaksud Tamatsil didalam ayat ini ialah patung".[7] Ayat[8] dan hadits-hadits[9] yang berkaitan dengan masalah ini sangatlah banyak, yang semuanya menunjukan pada makna ini.

      Dengan dalil-dalil diatas kita memahami bahwa yang dimaksud dengan Tamatsil ialah patung yang dibentuk dalam rupa dan bentuk tertentu.

       Adapun yang dimaksud dengan Watsan dan Shanam, inipun menjadi perdebatan panjang dikalangan para ulama tafsir dan ahli bahasa dalam menentukan secara pas definisi dua kata tadi, setidaknya pendapat itu menjadi beberapa pendapat, yaitu:

1.       Kalau dua kata tersebut tidak ada perbedaan yang mencolok. Karena lafal shanam berasal dari kata Syaman yang dimasukan ke dalam bahasa arab, artinya ialah Watsan. Pendapat ini diempu oleh Imam ahli tafsir Ibnu Jarir ath-Thabari, dimana beliau menegaskan, "Sesungguhnya dua kata shanam dan watsan adalah dua kata yang mempunyai makna yang sama, walaupun berbeda dari segi penamaan".[10]

2.       Pendapat kedua mengatakan, 'Justru keduanya mempunyai perbedaan makna'. Setelah mereka sepakat mengatakan adanya perbedaan kemudian dalam menentukan definisi dan batasanya mereka kembali berbeda pendapat, setidaknya menjadi tujuh pendapat yang saling kontadiksi.[11]

       Yang bila diperhatikan, maka akan sangat sulit sekali untuk bisa menguatkan salah satu dari pendapat-pendapat tersebut walaupun dikembalikan kepada al-Qur'an dan Sunah maupun kepada cara penggunaan kalimat dalam buku-buku induk bahasa.

     Akan tetapi, barangkali yang lebih kuat -wallahu 'alam- bahwa dua kata ini jika disebutkan secara sendirian mencakup yang lain dan bila disatukan memiliki pengertian masing-masing. Dan sisi perbedaannya ketika digabungkan pun dari segi cara mengungkapkannya saja.

      Bagaimanapun perbedaan mencolok yang dijumpai dari shanam, watsan, nashab, dan tamtsil dalam bentuk dan rupanya, namun, tujuan utama dari para pengagung berhala sama yaitu menyembahnya dengan berbagai macam ritual serta caranya.

      Ideologi paganisme ini telah banyak menyebar secara luas dikalangan penduduk Jahiliah. Dan para ulama telah berupaya secara lebih dan punya perhatian khusus didalam menjelaskan sisi kebatilan ideologi paganisme ini. Barangkali tulisan yang paling bagus yang membahas masalah ini ialah karangan Ibnu Ishaq dalam kitab sirahnya, namun, sayangnya buku ini tidak luas pembahasaannya, karena penulis lebih menitik beratkan pada sirah perjalanan junjungan besar nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam.

      Lalu setelah itu datang seorang ulama yang bernama Ibnu Kalbi yang menulis sebuah kitab yang sangat luas dalam pembahasan ini, berjudul al-Ashnam. Penulis banyak menyoroti tuhan-tuhan yang dipertuhankan oleh kaum musyrikin yang berada dimuka bumi, lebih spesifiknya yang tidak berakal.

      Selanjutnya pada zaman ini, ada sebuah kitab yang ditulis oleh ulama kotemporer, yang menjelaskan masalah ini secara luas, yang secara garis besar isinya menyempurnakan perkara-perkara penting yang ditinggalkan oleh Ibnu Kalbi.

        Dan barangkali diantara buku ulama kotemporer yang paling bagus dalam masalah ini ialah kitab al-Mufashal fii Tarikhil Arab Qabla Islam yang ditulis oleh Syaikh Jawad Ali. Dimana isinya begitu luas yang tidak dijumpai dalam buku-buku sebelumnya, dengan menukil dari semua buku-buku induk bahasa maupun buku induk sejarah yang menjelaskan kondisi dan kepribadian orang Arab, sungguh buku yang bagus dan sempurna yang sangat patut untuk dikonsumsi.

       Pada paragraf berikut akan saya sebutkan secara ringkas beberapa sesembahan serta siapa para pengagungnya.

      Dan sebelumnya telah kita bahas beberapa nama berhala dan siapa yang menyembahnya tatkala kita menjelaskan siapa sebenarnya penggagas pertama kesyirikan ditengah-tengah komunitas Arab,

diantara nama-nama berhala tersebut ialah:

1.         Latta yang letaknya berada di Tha'if. Dan sebagai juru kunci yang mengurusi berhala ini ialah suku Tsaqif lebih khusus dari Bani Itab bin Malik. Seluruh orang Arab dan masuk didalamnya suku Quraisy, begitu mengagungkannya. Letak berhala ini pada zaman sekarang ini, bekasnya berada di tempat menara masjid Tha'if disebelah kirinya. Nama berhala inilah yang Allah ta'ala singgung didalam firmanNya:

﴿ أَفَرَءَيۡتُمُ ٱللَّٰتَ وَٱلۡعُزَّىٰ ١٩ وَمَنَوٰةَ ٱلثَّالِثَةَ ٱلۡأُخۡرَىٰٓ ٢٠ ﴾ [ النجم: 19-20 ]

"Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap Lata dan Uzza, dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?". (QS an-Najm: 19-20).[12]

2.       Uzza. Arsitek pertama yang membuat berhala ini lalu menjadikan sebagai sesembahan ialah Dhalim bin As'ad. Dahulu, untuk pertama kalinya berhala ini diletakan disebuah lembah kebun kurma di negeri Syam. Orang Arab dan suku Quraisy sering memberi nama anak-anaknya dengan nama Abdul Uzza. Inilah berhala terbesar yang dimiliki oleh suku Quraiys. Mereka biasa mengunjungi, berziarah dan mendekatkan diri kepada Allah disisinya dengan menyembelih sembelihan.

        Dan orang Quraisy ketika melakukan thawaf disekeliling Ka'bah sering beristoghatsah dengan menyebut nama Latta dan Uzza serta tuhan Manat yang ketiga. Ketiga berhala ini merupakan tuhan teragung mereka, yang mereka begitu yakin jika ada orang yang meminta syafaat kepadanya pasti dikabulkan.

     Begitu agungnya hingga mereka mengatakan, "Sesungguhnya mereka adalah anak perempuan Allah, mereka yang akan memberi syafaat kepada kita kelak dihadapan Allah".

     Begitu mulianya berhala tersebut hingga orang Quraisy meletakannya pada sebuah lembah khusus yang bernama Saqam yang senantiasa dijaga, dalam rangka ingin menyaingi kesakralan Ka'bah. Ketika ingin menyembelih dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah mereka membawanya kesana dan melakukan ritual disamping berhala tersebut, mereka namakan dengan al-Ghabghab. Setelah selesai daging maka sembelihannya dibagi-bagikan kepada siapapun yang turut hadir dalam acara tersebut. Begitu mulianya hingga orang Quraiys punya perhatian khusus pada ketiga berhala tadi dalam pengagungan.[13]

3.         Manat. Menurut pendapat Ibnu Kalbi, berhala ini merupakan yang paling kuno diantara yang lain. Dahulu berhala ini diletakan dekat pantai dari arah lurus Qadid antara kota Makah dan Madinah. Kedudukan berhala ini dimata orang Arab begitu tinggi hingga mereka mengagungkannya serta melakukan sembelihan disampingnya.

      Suku Aus dan Khazraj serta setiap orang yang singgah dikota Madinah atau Makah atau yang dekat dengan tempat berhala tersebut pasti mengagungkannya, dengan memberi sedekah dan menyembelih sembelihan untuknya. Hingga tidak ada seorangpun dari suku Aus dan Khajraz yang berani lancang kepada berhala tersebut apalagi sampai tidak mengagungkannya. Mereka berhaji dan melakukan wukuf disekitarnya bersama umat lainnya, dan mereka tidak akan mencukur rambut, kecuali apabila telah sampai disampingnya, setelah itu mereka tinggal disana untuk mabit. Mereka berpendapat tidak ada seorangpun yang hajinya dikatakan sempurna melainkan harus melakukan tata cara semacam tadi. Manat inilah yang telah Allah singgung didalam firmanNya, yang artinya: "Dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?". (QS an-Najm: 19-20). Berhala ini masing-masing dimiliki oleh suku Hudzail, Khaza'ah, Quraisy, bahkan oleh seluruh orang Arab yang mengagungkannya.[14]

4.     Suwa'. Letaknya berada di Rahath di daerah Yanbu'. Telah lewat keteranganya secara rinci, bahwa yang pertama kali memboyong berhala ini lalu disebar ke seluruh pelosok Arab ialah Amr bin Luhai, adapun sebagai juru kuncinya ialah Bani Lihyan.

5.     Wadd. Berhala ini diempu oleh kabilah Kalbi dan al-Jandal.

6.     Yaghuts. Berhala ini banyak dimiliki oleh kabilah Mudzhij dan penduduk Harasy.

7.     Ya'uuq. Dimiliki oleh kabilah Khaiwan. Letaknya disebuah pedesaan yang bernama Khaiwan tepatnya diantara Shan'a dan Makah, jaraknya kalau dari Shan'a perjalanan dua malam.

8.     Nasar. Dimiliki oleh kabilah Humari. Mereka meletakannya disebuah negeri yang bernama Balkha'.

      Dari nama-nama berhala diatas tadi, kita mendapati ada beberapa nama berhala yang disembah oleh kaumnya nabi Nuh 'alaihi sallam lalu diadopsi oleh orang Arab pada masa Jahiliah. Dan tentang bagaimana bisa sampai disana dan disembah maka telah kami jelaskan secara gamblang pada pembasahan yang terdahulu.

9.     Isaf dan Nailah. Dua berhala yang diempu oleh suku Quraiys.

      Dikisahkan dalam beberapa sumber tentang awal mula terbentuknya dua berhala ini, dahulu ada dua orang yang sedang melakukan thawaf di Ka'bah, lalu keduanya berniat melakukan perbuatan tidak senonoh disekitar Ka'bah, maka Allah mengutuknya menjadi sebuah batu, selanjutnya orang-orang meletakan didalam Ka'bah. Beberapa waktu kemudian patung tersebut dikeluarkan lalu diletakkan di Shafa dan Marwa dengan menghadap ke kiblat, tujuannya agar manusia bisa mengambil pelajaran darinya dan supaya tidak melakukan hal yang sama. Manusia pun banyak yang mengambil pelajaran darinya, tatkala waktu berjalan lama, dan banyak patung yang disembah, maka fungsi keduanya berubah dari batu untuk mengingatkan manusia menjadi sesembahan yang disembah, sama seperti berhala lain yang disembah.[15]

      Seperti telah lewat penjelasannya, bahwa yang menggagas pertama kali supaya kedua patung tersebut di ibadhi ialah Amr bin Luhai, dialah yang mengajak orang-orang untuk menyembahnya.

      Lalu setelah dia meninggal estafetnya diteruskan oleh Qushai bin Kilab yang memboyong dua patung tersebut dari tempat asalnya lalu dipindah didekat air zam-zam[16], kemudian menjadikannya sebagai tempat untuk menyembelih sembelihan.

      Dari sanalah manusia akan memulai thawafnya, dimulai dari Isaf kemudian diakhiri dengan Nailah, kemudian setelah itu mereka mencukur rambut disekitarnya, memberikan sesajian dari nadzar mereka, menyembelih untuk dipersembahkan pada keduanya disebuah tempat yang mereka namakan dengan Hathim.[17]

      Namun, keabsahan riwayat tersebut ada yang menyanggahnya, dijelaskan bahwa Isaf dan Nailah adalah dua patung yang sudah ada semenjak dahulu kala didalam Ka'bah, dan keduanya sudah lama disembah. Tidak benar riwayat yang menyatakan bahwa Isaf ingin berbuat zina dengan Nailah atau ingin berbuat mesum disekitar al-Haram[18], karena menyelisihi riwayatnya Aisyah yang shahih, sebagaimana telah lewat keterangannya.

        Seorang ulama bernama al-Azhar mensifati dua patung dengan pernyataanya, "Kedua patung tadi dikenakan pakaian, jika pakaiannya telah usang maka mereka segera menggantinya dengan yang baru. Adapun bagi wanita yang sedang haid atau nifas maka dilarang keras untuk menyentuh kedua patung tersebut hingga dirinya suci".[19]

10. Mujawad ar-Riih dan Math'am ath-Thair. Dua patung yang dibawa oleh Amr bin Luhai lalu diletakan di Shafa dan Marwa dengan menghadap ke Ka'bah. sebagaimana telah lewat penjelasannya.

11. Tujuh patung yang diletakkan di Mina. Inipun telah kita jelaskan.

12. Hubal. Patung terbesar yang di miliki oleh suku Quraiys. Disebutkan bahwa tempat patung tersebut berada didalam Ka'bah. Ada yang mengatakan diatasnya, adapula yang bilang berada dekat sumur Ka'bah yang biasa binatang sembelihan dikumpulkan sebelum dikorbankan untuk Ka'bah[20].

      Patung ini terbuat dari  batu akik yang berwarna merah yang dipahat membentuk tubuh manusia. Disebutkan dalam beberapa kisah, suatu ketika tangan patung tersebut patah, maka orang-orang Quraiys membuatkan kembali dari emas murni.[21]

     Disebutkan dalam beberapa sumber bahwa orang pertama yang meletakan disekitar Ka'bah adalah seseorang yang bernama Khuzaimah. Namun, ada pendapat yang mengatakan, bahwa Amr bin Luhai lah yang mengusung semua patung-patung tersebut. Dia memboyong dari kota Balqa' atau kota Hayit ke tanah Jazirah Arab. Lalu menaruhnya didekat sebuah sumur yang berada diperut Ka'bah, selanjutnya ia mengajak manusia untuk menyembahnya.

     Diantara ritualnya, apabila ada seseorang diantara mereka yang sehabis bepergian maka dia langsung  mengerjakan thawaf di sekitar Ka'bah, lalu mencukur rambut disampingnya.[22]

       Mereka biasa mengundi nasib disamping berhala tersebut dengan anak panah, dengan cara memasukan dalam sebuah gelas lalu dikocok untuk menentukan hasilnya, guna mengetahui mana yang baik maupun yang buruk dalam perkara ghaib.

     Penghormatan yang begitu besar terhadap Hubal secara khusus diberikan oleh orang Quraiys, dalam rangka untuk mendekatkan diri dan ngalap berkah, serta mencari syafaat dan agar doanya cepat dikabulkan.

13. Dzul Khulashah. Dikisahkan bahwa yang pertama kali membawa ke dataran rendah kota Makah ialah Amr bin Luhai. Dan kaum musyrikin mengenakan pakaian pada berhala tersebut, lalu memberinya sesajen biji gandum dan jelai, mengkremasi dengan air susu, serta menyembelih sembelihan dan menggantungkan telor burung onta dilehernya.[23]

       Seperti dijelaskan oleh Ibnu Kalbi dalam nukilannya, beliau mengatakan, "Bentuknya dari batu api yang diukir, seperti mahkota. Letaknya berada di Tabalah, sebuah negeri antara kota Makah dan Yaman, yang bila ditempuh perjalanannya, sejauh perjalanan tujuh hari tujuh malam bila dimulai dari Makah. Diantara juru kuncinya adalah Bani Umamah dari Kabilah Bahilah bin A'shir.

       Berhala tersebut begitu dimuliakan oleh kabilah Khats'am, Bajilah, Azda Surah, serta orang-orang pedalaman Arab dari suku Hawazin.[24]

       Inilah beberapa nama patung dan berhala yang disembah selain Allah oleh kaum musyrikin Arab, sebagai tuhan yang berada dibumi. Namun, pada hakekatnya tuhan yang mereka sembah itu lebih banyak dari apa yang saya sebutkan tadi, seperti yang dinyatakan oleh para ulama pakar yang secara khusus meneliti sejarah Arab kuno sebelum masuknya agama Islam, semisal, Ibnu Ishaq, Ibnu Kalbi, Ibnu Hisyam, Abul Faraj al-Ashfahani, al-Azraqi, Yaqut Hamawi, Ibnu Atsir, Ibnu Katsir, Ibnu Mandhur, Fairuz Abadi, Zabidi, Nuwairi, Alusi, Jawad Ali serta ulama lainnya. Adapun apa yang saya sebutkan disini hanya sekedar contoh yang membuktikan adanya tuhan-tuhan dimuka bumi yang disembah oleh mereka.

       Akan tetapi, walaupun para tersebut telah meneliti dan menguraikan nama dan jenis patung dan berhala yang disembah dibumi, namun, kenyataanya masih banyak berhala yang belum bisa teridentifikasi oleh mereka, karena, seperti diketahui melalui sejarah orang Arab bahwa setiap kabilah, bahkan setiap rumah, pasti memiliki sebuah patung khusus yang mereka sembah. Sampai dikisahkan, jika mereka akan bepergian maka hal terakhir yang dilakukan ialah mengusap berhalanya sebelum naik hewan tunggangan, lalu baru berangkat, begitu pula ketika mereka datang dari bepergian maka pertama kali yang dilakukan ialah mendatangi berhala lalu mengusapnya, setelah itu baru masuk ke rumah.[25]

        Hal ini didukung dengan sebuah hadits shahih yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari, Bahwa tatkala Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berhasil menaklukan kota Makah, maka dijumpai disekitar Ka'bah ada sekitar tiga ratus enam puluh patung, maka beliau mendorong patung tersebut dengan tongkatnya seraya membaca firman. Allah tabaraka wa ta'ala:

﴿ وَقُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَزَهَقَ ٱلۡبَٰطِلُۚ إِنَّ ٱلۡبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقٗا ٨١ ﴾ [ الإسراء: 81 ]

"Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap". (QS al-Israa': 81).

      Maka patung tersebut saling berjatuhan roboh, selanjutnya beliau menyuruh para sahabat untuk membawa keluar dari area masjid dan membakarnya[26].

 Menyembah Pagoda (Rumah Ibadah)

       Yang dimaksud dengan rumah ibadah disini yaitu tempat khusus yang mereka buat untuk meletakan berhala atau patung yang biasa mereka sembah, dimana tenaga dan pikiran kaum musyrikin sering kali digunakan untuk melayani tempat tersebut, mengadakan berbagai macam ritual ibadah, semisal thawaf, itikaf, menyembelih, bernadzar, dan ibadah lainnya disekitarnya.[27]

      Pelayan dan juru kunci yang biasa menerima tamu serta mengantarkannya masuk, mempunyai kedudukan dan kehormatan dimata orang serta nilai kebanggaan tersendiri. Masyarakat biasa memberi dan mengasih hadiah-hadiah yang bagus lagi mahal.

       Maka tidak perlu diragukan lagi, bila memberikan berbagai macam ritual ibadah kepada pagoda-pagoda semacam ini, baik yang ada patung atau berhala didalamnya ataupun hanya sekedar pagodanya saja -sebagaimana terbukti adanya pagoda yang mereka agungkan- maka itu semua masuk dalam kesyirikan kepada Allah azza wa jalla. Karena pelakunya telah memalingkan ibadah kepada selain Allah ta'ala, oleh sebab itu, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menamakan sebagian pagoda ini dengan thagut.

       Berikut saya ambilkan contoh pagoda-pagoda (dalam istilah mereka sama dengan ka'bah).

  yang disembah semasa Jahiliah:

01.      Pagoda Najran. Asalnya adalah miliknya Bani Harits bin Ka'ab yang berada dikota Najran, dinegeri Yaman. Seperti dijelaskan oleh Ibnu Kalbi dalam sebuah keterangannya, "Untuk Bani Harits bin Ka'bah, mereka mempunyai sebuah pagoda di Najran yang begitu mereka agungkan".[28]

02.    Pagoda Sindad. Dijelaskan oleh Ibnu Kalbi, "Untuk suku Iyad, mereka mempunyai pagoda lain di Sindad, sebuah daerah yang berada diantara negeri Kufah dan Bashrah, menurut pendapat yang kuat". Namun, tidak berapa kemudian beliau menjumpai sisi kekeliruannya, maka beliau segera merevisi dan mengatakan, "Namun, saya mendengarnya kalau tempat ini bukanlah sebuah rumah ibadah, namun hanya rumah biasa yang dimuliakan".[29] Maksudnya hanya sekedar istana yang berada di al-Hairah dan al-Abalah, yang kabilah Iyad biasa mengerjakan ibadah haji kesana.[30]

03.      al-Qalis. Gereja yang dibangun oleh Abrahah al-Asyram di Yaman -persisnya dikota Shan'a- dengan menggunakan bahan bangunannya dari batu pualam dan kayu. Dikisahnya, ketika pembangunannya selesai, dia langsung mengirim surat kepada Raja Habsyah, dengan mengatakan, "Sesungguhnya saya telah membangun sebuah gereja untukmu, yang belum pernah ada sebelumnya, dan saya bertekad akan menjadikan semua orang Arab pindah untuk mengerjakan ibadah haji ke tempat ini".[31]

       Walaupun gereja yang dibuat untuk menyaingi Ka'bah ini, tidak terlalu dikenal oleh orang Arab -secara khusus yang tinggal diwilayah utara-, namun, bagi sebagian orang Arab yang tinggal di Yaman -yang termasuk wilayah selatan- ada yang menerima rencana tadi, oleh sebab itulah saya cantumkan disini.

04.      Rudhaa'a atau Rudhaa. Pagoda bagi Kabilah Rabi'ah bin Ka'ab dari suku Tamim. Merupakan tempat yang begitu diagungkan oleh sebagian orang Arab.[32]

05.      Ra'aam. Pagoda bagi Kabilah Humair di negeri Yaman. Mereka biasa menyembelih onta dan mempersembahkan padanya. Adapun penamaan dengan nama ini, barangkali diambil dari nama Raam bagi anak perempuannya. Mereka mendatangi, untuk mencari rahmat, ngalap berkah dan syafaat darinya.[33]

06.      Dzul Khulashah. Rumah yang digunakan untuk melakukan ritual kesyirikan, menurut sebagian ulama, walaupun ada yang berpendapat kalau itu nama sebuah patung. Diantara ulama yang condong pada pendapat ini ialah Ibnu Kalbi. Pagoda ini miliknya Kabilah Daus, Khats'am, Bajilah, serta sekutu-sekutu mereka, berada di Tabalah sebelah utara Makah sekitar perjalanan tujuh malam. Namun, dikuatkan oleh al-Azraqi, kalau tempat tersebut adalah sebuah pagoda yang diusung untuk dijadikan sebagai Ka'bah Yaman. Dan pendapat ini didukung oleh Yaqut al-Hamawi penulis kitab Mu'jamul Buldan.[34]

07.      Pagoda Rabah atau Syams. Yang dijadikan sebagai tempat untuk menaruh barang atau uang temuan, ketika ada orang yang menemukan maka mereka mewakafkan untuk tempat ini. Tempat ini biasa didatang oleh pengagungnya tatkala matahari condong akan tenggelam atau tatkala sedang tergelincir. Mereka mengerjakan ibadah haji dalam keadaan berpuasa, mengerjakan sholat dan mencari syafaat padanya. Sebagai juru kuncinya adalah suku Aus dari kabilah Tamim.[35]

08.      Bass. Pagodanya suku Ghatfan. Dibangun oleh Dhalim bin As'ad ketika terinspirasi dengan orang Quraiys yang mempunyai Ka'bah dan melakukan thawaf disekitarnya, sa'i antara Shawa dan Marwa. Diapun bercita-cita ingin membangun yang semisal dengannya, lalu dia pun mengambil batu dari Shawa dan Marwa, selanjutnya dibawa pulang kekampungnya, setelah itu dia membangun rumah seukuran Ka'bah, dan meletakan dua batu tadi sembari berkata, 'Ini adalah Shofa dan Marwa', lalu mereka menjadikan sebagai tempat untuk mengerjakan ibadah haji.[36]

09.      Sa'idah. Ada yang mengatakan tempatnya berada di Uhud. Dahulu orang Arab Jahiliah biasa melaksanakan ibadah haji ketempat tersebut.[37]

10.      Pagoda Uzza. Para ulama mengatakan, 'Sebagian orang Arab melaksanakan ibadah haji ketempat ini, berthawaf mengelilinginya, menyembelih sembelihan untuknya, dan mengkhususkan nadzar serta mensedakahkan harta benda untuknya. Itu semua dilakukan dalam rangka mengagungkan rumah tersebut.

11.      Pagoda Latta. Dimana kabilah Tsaqif menganggap sebagai kiblatnya. Ini diproklamakirkan tatkala melihat Abrahah ingin menggancurkan Ka'bah.

      Itulah beberapa tempat peribadatan kaum musyrikin yang telah kami kumpulkan dalam pembahasan ini secara sempurna.

      Sehingga dengan itu kita mampu menyimpulkan, bahwa pokok kesyirikan dalam peribadatan berada pada keinginan pelakukanya untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah azza wa jalla dengan cara menyembah tempat-tempat tadi, itu semua dilakukan karena analogi rusak yang menyamakan Allah dengan makhluk (dalam hal ini seperti seorang raja).

      Dimana orang-orang yang menyekutukan Allah, dengan pemikirannya yang rusak, menganggap kalau seorang raja didunia saja tidak mungkin seseorang bisa sampai kepadanya melainkan harus melalui para pembantu, dan orang-orang terdekatnya, yang akan menyampaikan kepada raja tersebut keinginan dan kebutuhannya. Orang yang telah melakukan hal itu maka dianggap telah melakukan mukadimah agar bisa dikabulkan keinginannya.

      Kuam musyrikin mengira kalau Allah ta'ala sama seperti seorang raja didunia. Jelas, ini merupakan persangkaan yang sangat buruk kepada Allah, analogi yang paling rusak dimuka bumi ini, sebagaimana akan kami ulas secara rinci pada bab keempat dalam kitab ini insya Allah. Tatkala kita paparkan kesyirikan yang terjadi pada umat ini, bersama sesembahan-sesembahannya. Dan kerancuan pemikiran kaum musyrikin pada zaman kita, dimana kita akan terkejut, ternyata pernyataan kaum musyrikin dahulu mereka boyong pada zaman ini, terlebih para pengagung kubur pada umat ini.

 Ritual Ibadah Mereka

      Orang Arab sebelum kedatangan agama Islam, melayangkan seluruh ritual ibadah –Sebatas pengetahuan mereka tentang suatu ibadah- kepada selain Allah tabaraka wa ta'ala, dan diantara sekian banyak jenis ibadah tersebut ialah ibadah yang berinteraksi langsung dengan amalan anggota badan, inipun ragamnya sangat banyak, diantaranya ialah:

1).     Sholat dan puasa. Selaras dengan keyakinan dan hawa nafsunya terhadap berhala-berhala tersebut. Sebagaimana telah kami singgung sebelumnya, adanya pagoda Rabah yang biasa dikunjungi tatkala matahari akan tenggelam, dengan kondisi berpuasa.

2).     Sujud. Ibadah ini sangat jelas syiarnya dikalangan kaum musyrikin Arab, dimana mereka biasa bersujud kepada berhalanya.

3).     Berhaji. Telah lewat penjelasan bagaimana pelaksanaan ibadah haji mereka pada patung-patung, serta rumah ibadah yang mereka agungkan.[38]

4).     Menyembelih. Ini juga telah kita singgung, dimana mayoritas kaum musyrikin biasa menyembelih onta dan binatang lainnya di sisi patung dan berhalanya.

5).     Bernadzar. Dimana kaum musyrikin biasa bernadzar kepada berhalanya sama persis ketika bernadzar kepada Allah ta'ala. Akan tetapi bedanya, mereka begitu cepat menggabaikan nadzarnya ketika bernadzar kepada Allah. Adapun alasan kenapa mereka menggabaikan hal tersebut maka telah banyak dijelaskan dalam buku-buku sejaran dan sirah.[39]

6).     Bersedekah. Mereka akan rela mengorbankan harta benda demi berhalanya, baik berupa uang maupun barang. Itu dilakukan dalam bentuk hadiah dan sedekah, atau mereka lakukan untuk membayar nadzarnya. Bahkan bagi orang Arab yang tinggal diwilayah selatan mempunyai undang-undang khusus bagi para saudagar yaitu diharuskan mengeluarkan sepuluh persen dari hasil keuntungan perdagangannya, yang halal.[40]

       Diantara bentuk ibadah lainnya yang mereka tujukan kepada patung dan berhalanya ialah ibadah yang dikerjakan dalam bentuk ucapan lisan.

      Semisal ucapan talbiyah kepada berhala tersebut. Dan menakjubkan sekali, ternyata bagi setiap berhala ada lafad talbiyahnya secara khusus, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama pakar yang secara spesialis mengkaji masalah ini, tentang sejarah orang Arab sebelum masuknya agama Islam.[41]

     Selanjutnya, ibadah lainnya yang mereka tujukan kepada patung dan berhalanya ialah ibadah hati, dan bila dicermati maka inilah pokok kesyirikan mereka. Dimana mereka memalingkan doa, istighotsah, meminta perlindungan, pengagungan serta ibadah hati lainya kepada selain Allah azza wa jalla. Sebagaimana mereka juga merasa takut, berharap, dan mencintai sesembahannya tersebut semisal kecintaanya kepada Allah atau bahkan kecintaan pada berhalanya tadi lebih besar dari pada kecintaannya kepada Allah. Dalil yang menjelaskan akan hal ini sangat banyak ditemukan, baik dalam al-Qur'an maupun hadits-hadits Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam.

 Ideologi Mereka

       Bila kita amati ritual ibadah yang dilakukan oleh kaum musyrikin untuk patung atau berhalanya maka kita akan mendapati beberapa sifat,

diantaranya:

  1. Sangat Sederhana.

       Barangkali, inilah bukti yang paling jelas jika ideologi mereka terhadap sesembahanya begitu sederhana yaitu menjadikan batu sebagai media peribadatan yang tidak bisa memberi manfaat tidak pula menurunkan mara bahaya.

       Ideologi mereka tidak dibangun pada sebuah pemikiran mendasar, yang mempunyai rukun maupun asas kuat yang dibangun sebelumnya, seperti halnya sebuah ideologi yang ada. Namun, keyakinan itu muncul apa adanya. Mungkin banyak faktor yang melatar belakangi hal itu, barangkali karena ditunjang peradaban, politik, adat, budaya serta sosial mereka yang masih primitif jauh dari peradaban modern. Bahkan, bila diteliti keyakinan ideologi mereka kadang hasil dari dorongan perasaan seseorang ataupun sebuah kabilah tertentu tentang filsafat tertentu pada suatu benda yang dianggap mempunyai kelebihan.

     Maka berikut ini akan kami ketengahkan pada sidang pembaca beberapa contoh di antara apa yang kami kemukakan diawal, semisal:

§   Masalah menyembah batu.

       Sesungguhnya awal mula disembahnya batu hasil dari dorongan emosi sebagian anak keturunan nabi Isma'il ketika memandang adanya kelebihan yang dimiliki oleh tanah Makah serta bekas peninggalan bersejarah nenek moyangnya.

       Seperti dinyatakan oleh Ibnu Kalbi dalam sebuah penjelasannya, beliau mengatakan, "Sesungguhnya nabi Isma'il manakala tinggal di Makah, anak keturunannya semakin bertambah banyak, hingga akhirnya kota Makah menjadi padat penghuninya, itu menyebabkan mereka menolak adanya kabilah 'Amaliq yang ingin ikut tinggal disana, sehingga menyulut api peperangan dan permusuhan diantara dua kabilah tersebut. Keduanya saling berebut ingin menguasai Makah, sehingga salah satunya ada yang diusir, tatkala ada sebagian anak keturunan nabi Isama'il yang terusir, maka mereka berkelana mencari tanah baru yang bisa dibuka dan memberi penghidupan.

       Adapun dorongan emosi kenapa mereka sampai menyembah berhala atau batu, yaitu dikisahkan bahwa tidak ada seorangpun yang keluar dari kota Makah melainkan mereka membawa batu dari tanah Haram, sebagai bentuk pengagungan terhadap Haram dan untuk melampiaskan kerinduan yang mendalam pada kota Makah ketika mereka sudah jauh darinya.

      Dimanapun mereka menemukan tempat tinggal baru, maka mereka menaruh batu tersebut disebuah tempat khusus lalu mereka thawaf mengelilinginya, seperti dahulu mereka thawaf mengitari Ka'bah. Sekali lagi itu dilakukan dalam rangka kecintaanya terhadap Ka'bah dan kerinduanya akan kota Makah. Selanjutnya ketika waktu telah berjalan sekian lama, tujuan utama telah dilupakan, maka akhirnya batu tersebut disembah sebagai tuhan.

      Mereka telah merubah agama nabi Ibrahim, dan menggantinya dengan agama paganisme penyembah berhala".[42]

      Pada kesempatan lain Ibnu Kalbi juga menjelaskan, "Begitu tenar nukilan sejarah yang menceritakan bahwa agama orang Arab ialah paganisme, sehingga dikisahkan, ada diantara mereka yang membikin pagoda untuk disembah, adapula yang membuat berhala atau patung, dan bagi orang yang tidak mampu untuk membikin pagoda, maka dia cukup menaruh batu didepan Haram atau dimanapun yang dikira cocok, lalu mereka thawaf mengelilinginya sama seperti mengelilingi Ka'bah.

       Bahkan, dikisahkan jika seseorang ingin bepergian maka dia akan membawa empat batu, dipilih yang bagus lalu dijadikan sebagai tuhan, ajaibnya, ketika memasak yang tiga dijadikan sebagai tungku, ketika berangkat mereka tinggalkan, dan jika singgah disuatu tempat maka mereka melakukan hal yang sama.

       Mereka biasa menyembelih onta atau binatang lain disisinya, dan mendekatkan diri dengan memberi sesajen padanya, adapun dorongan emosi kenapa mereka melakukan hal tersebut padahal saat itu mereka sedang bepergian, karena ingin meniru apa yang dilakukan oleh orang yang berada disekitar Ka'bah, demikian pula karena kerinduan yang begitu dalam meluap akan tanah Haram".[43]

§   Dalam kisah mereka ada pelajaran.

       Dijelaskan dalam beberapa sumber riwayat yang bisa menggambarkan bagaimana perilaku orang Jahiliah ketika menyembah tuhannya yang terbuat dari batu ini.

     Dalam sebuah riwayat, Abu Raja' al-Atharidi[44] menceritakan, "Tatkala berita diutusnya Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menyebar, maka kami mengikutinya. Dan sebelumnya kami pernah bertemu dengan Musailamah sang pendusta, mengetahui perihal kami yang ingin mengikuti Nabi baru maka dia menyuruh supaya kami dimasukan kedalam neraka (namun, tidak jadi dilakukan)".

      Beliau melanjutkan kisahnya, "Dahulu di masa Jahiliah, kami adalah para penyembah batu, jika kami menjumpai ada batu baru yang lebih elok dari yang kami miliki maka kami lempar tuhan kami yang pertama.

      Apabila kami tidak menjumpai batu maka kami membuatnya dari tanah, lalu kami datangkan seekor kambing dan memerahkan susu untuknya, setelah itu kami thawaf mengelilinginya".[45]

     Dalam waktu lain Beliau mengkisahkan, "Kami juga pernah menyembah tanah, yang kami bentuk lalu kami peraskan susu onta, kemudian kami menyembahnya. Ketika kami melihat ada batu putih yang sangat bagus maka kami segera mengambil dan menyembahnya beberapa waktu lama, dan ketika bosan maka kami mencampakannya".[46]

       Lihat kisah lainnya, Abu Utsman an-Nahdi[47] mengkisahkan, "Dahulu ketika Jahiliah kami biasa menyembah batu. Suatu ketika kami mendengar ada salah seorang yang menyeru lantang, 'Wahai teman-teman, sesungguhnya Tuhan kalian telah hilang, ayo segera cari'.

       Kami pun menyebar untuk mencari tuhan kami yang hilang ke setiap tempat. Manakala kami sedang sibuk mencarinya, tiba-tiba ada suara lantang menyeru, 'Saya telah menemukan tuhan kalian, atau yang semisal dengannya'. Dia adalah sebuah batu. Setelah itu kami menyembelih onta untuknya".[48]

       Adapula kisah yang lain, dikisahkan dari Amr bin A'basah[49], "Saya adalah salah seorang diantara yang menyembah batu. Suatu ketika kami bepergian dan singgah pada suatu tempat, tapi, kami lupa membawa tuhan. Lalu salah seorang diantara kami ada yang mencari tuhan, kemudian datang dengan membawa empat batu, yang tiga digunakan sebagai tungku masak, lalu dipilih yang paling bagus sebagai tuhan, lalu disembah.

       Kemudian jika kami menjumpai ada batu yang lebih bagus lagi sebelum pergi maka kami mengambilnya dan meninggalkan tuhan pertama yang barusan kami sembah".[50]

       Inilah beberapa contoh ideologi mereka, yang menunjukan betapa sederhananya mereka dalam menyembah tuhan-tuhannya. Dan kisah lain yang menunjukan akan hal tersebut masih banyak.

 Aqidahnya yang lemah.

      Sebagaimana telah kami jelaskan sebelumnya, bagaimana ideologi kaum musyrikin terhadap tuhan-tuhannya, yang sangat sederhana.

     Barangkali ideologi mereka juga bisa di sifati sebagai ideologi yang rapuh, dikarenakan lemahnya pondasi dan bangunannya. Karena muncul dari dorongan emosi perasaan semata tanpa dibangun diatas asas yang kuat, yang merasuk dalam sanubari dan menancap kuat dalam benaknya. Akan tetapi, ideologinya ialah ideologi yang dibangun diatas perasaan yang berubah-ubah sesuai dengan situasi dan hawa nafsunya, sambil melihat pada maslahat, tekanan dan kebutuhan. Tidak ada pada kaum Jahiliah syiar aqidah yang kuat, tidak pula ketulusan niat, apalagi memikirkan penampilan dan unsur tuhannya.

     Ideologi mereka hanya sekedar dibangun diatas taklid buta, memegang kuat pada adat istiadat serta mencukupkan diri mengikuti apa yang dikerjakan oleh nenek moyangnya. Mereka tidak perduli dengan orang yang mencela tuhannya, memaki atau memukulnya. Seperti dalam kisahnya al-Qais bersama patungnya. Demikian pula sikap tak ambil peduli ketika mereka harus memakan tuhannya, seperti dalam kisahnya Bani Hanifah. Terlebih jika berhalanya terbuat dari kurma, atau kismis, ketika mereka lapar maka dimakannya. Begitu juga mereka tidak perduli jika harus mengambil sesuatu milik tuhannya, semisal susu yang khusus diperuntukkan baginya, seperti yang dilakukan oleh Malik bin Haritsah al-Ajdari yang suatu hari pernah mencuri susu yang dikhususkan bagi tuhannya Wadd.

      Berikut kami ketengahkan kepada sidang pembaca sebagian kisah-kisah yang kami singgung diatas, seperti diantaranya:

 Pertama: Kisah berhala Dzul Khulashah.

     Kisah ini berawal ketika ada seorang lelaki dari Bani Qais mendatangi Dzul Khulashah untuk mengundi nasib disampingnya, gara-gara ayahnya dibunuh dengan batu oleh Bani Asad. Tapi yang keluar justru panah yang berisikan larangan menuntut balas kematian ayahnya. Betapa marah dirinya, tidak ada perasaan yang meluap melainkan emosi yang memuncak, sambil mematahkan anak panah dan memukul wajah patung tersebut, dirinya bersumpah serapah sambil mengatakan, 'Apakah engkau biarkan aku menggigit kapas ayahku! Sungguh, kalau seandainya bapakmu yang terbunuh niscaya engkau akan menuntut balas'. Kemudian dirinya pergi dan memerangi Bani Asad demi menuntut balas darah ayahnya.

       Ibnu Kalbi mengomentari kisah diatas dengan mengatakan, "Dirinya lalu tidak pernah lagi mengundi nasib di sisinya hingga Allah mendatangkan agama Islam. Dialah orang pertama yang melanggar undian nasib disamping tuhannya".[51]

Kedua: Kisah berhala Falas.

      Kisah ini bermula tatkala Malik bin Kultsum mendatangi tuhanya, kedatanganya untuk melepas tali onta punya tetangganya, dan onta tersebut adalah onta yang akan dipersembahkan dan diwakafkan kepada patung tersebut, yang dalam aturan mereka tidak boleh ada seorangpun yang mengambil sesuatupun darinya, tidak pula menggunakannya, akan tetapi Ibnu Kultsum berani melepas tali onta tersebut dan menggiringnya lalu membawanya pergi. Tanpa ada reaksi apapun dari patung tersebut dia hanya diam seribu bahasa, dirinya tidak mampu untuk menghukum orang yang berani kurang ajar terhadap dirinya, melecehkan kesuciannya, dan mengambil barang yang telah dipersembahkan untuknya.

      Kejadian ini –seperti disebutkan oleh ulama- membuat sang penyair Jahiliah, Adi bin Hatim enggan untuk beribadah kepada patung Falas tersebut. Karena menurutnya patung tersebut telah direndahkan oleh Malik bin Kultsum namun dirinya tidak menuntut balas demi menjaga kesucian dan kemuliaannya".[52]

Ketiga: Kisah berhala Sa'ad.

      Kisah ini terjadi ketika ada seseorang dari kalangan kaum musyrikin yang mendatangi tuhannya tersebut, dengan niat untuk mencari berkah, diapun menderumkan ontanya dihalaman patung tersebut. Akan tetapi, betapa cepat ontanya hilang, ketika dirinya berusaha mencarinya, dia hanya menemukan bekas darahnya tidak jauh dari tempat tuhannya.

     Itulah yang menyebabkan dirinya enggan lagi menyembah berhala tersebut, dan berlepas diri dari setiap orang yang menyembah.

 berhala Sa'ad, sembari berkata:

Kami datang untuk mengharap keberkahan dari Sa'ad

          Tapi Sa'ad telah mencerai beraikan, sekarang tidak ada lagi bagi kami Sa'ad

Apakah Sa'ad cuma berada ditempat yang tinggi

        Yang tidak bisa mencegah orang yang nakal dan memberi petunjuk barang hilang[53]

 Keempat: Kejadian bersama patungnya Bani Hanifah.

        Kisah ini menjelaskan, ada sebuah patung yang terbuat dari Hais (makanan yang terbuat dari bahan tepung, kurma dan samin). Yang disembah oleh Bani Hanifah dengan waktu yang cukup lama.  Pada suatu tahun, mereka ditimpa paceklik yang panjang, maka mereka mengambil tuhannya dan memakan bersama-sama. Hingga ada yang mengatakan:

Bani Hanifah telah memakan tuhanya

                  Ketika mereka ditimpa paceklik dan kelaparan

Mereka tidak ambil pusing dengan tuhannya

                     Tidak khawatir akan kutukan dan hukumannya[54]

      Kejadian-kejadian dalam kisah diatas memberi satu kesimpulan bahwa ideologi mereka tidak lah terlalu kuat menancap dalam hati kaum Jahiliah. Tapi, mereka hidup dalam ideologi yang rapuh lagi lemah, mengikuti hawa nafsu, cepat berubah, lalu melemah bahkan bisa hilang ketika ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan yang tidak bisa mereka tolak.

     Itulah orang Arab dimasa Jahiliah yang banyak mengikuti hawa nafsu ketika menyembah sesembahan-sesembahan tadi. Dan Allah azza wa jalla secara tegas mengingkari setiap orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhanya. Seperti .

 Allah ta'ala singgung didalam firmanNya:

﴿ أَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيۡهِ وَكِيلًا ٤٣ ﴾ [ الفرقان: 43 ]

"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?". (QS al-Furqaan: 43).

Demikian pula Allah ta'ala sebut dalam firmanNya:

﴿ أَفَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلۡمٖ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمۡعِهِۦ وَقَلۡبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةٗ ٢٣ ﴾ [ الجاثية: 23 ]

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?". (QS al-Jaatsiyah: 23).

      Dalam sebuah keterangannya, sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhmu menjelaskan, "Itulah orang kafir. Menjadikan agamanya tanpa petunjuk dan hujah dari Allah azza wa jalla".[55]

      Hal senada juga ditegaskan oleh Imam Qatadah, beliau mengatakan, "Itulah orang kafir. Tidak ada hawa nafsu yang diinginkan melainkan mereka melakukannya tanpa merasa takut sedikitpun kepada Allah ta'ala".[56]

      Imam Ibnu Katsir menjelaskan tafsir ayat diatas, "Firman Allah, yang artinya: "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya". Maksudnya, mereka hanya menjadikan hawa nafsu sebagai barometernya, jika dianggap baik maka dikerjakan, apabila dianggap buruk maka mereka meninggalkannya".[57]

       Maksud dari ini semua ialah menjelaskan bahwa peribadatan yang dikerjakan orang Arab kepada berhalanya tidak memilik landasan tidak pula petunjuk sama sekali. Mereka tidak mempunyai ideologi yang kuat, akan tetapi, ideologinya hanya dibangun pada pondasi dan asas yang rapuh, hal itu, didorong oleh hawa nafsu yang mereka ikuti untuk menyembah tuhan-tuhannya. Dan inilah akhir perjalanan setiap orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan yang di ikuti, tanpa petunjuk dari Allah azza wa jalla.

 Fanatik buta pada sesembahan.

       Seperti telah lewat penjelasannya, bahwa orang Arab semasa Jahiliah berada pada ideologi yang rapuh bangunannya, tanpa asas dan pondasi yang jelas. Ini dari satu sisi, dari sisi lain kita tidak menutup mata dengan adanya kisah dan kejadian yang seakan kontradiktif dengan apa yang kami nukil diawal, yang menyimpulkan bahwa aqidah mereka adalah aqidah yang rapuh lagi lemah.

      Kejadian tersebut yaitu sikap mereka yang menunjukan betapa teguhnya mereka memegang dan menjaga ideologinya. Fanatik buta terhadap sesembahannya hingga rela mengorbankan jiwa raga, harta dan keturunanya serta semua yang mereka miliki.

     Itu bisa kita visualisasikan dalam penjelasan sikap pentolan-pentolan mereka, seperti sikapnya Abu Sufyan sebelum masuk Islam. Dirinya begitu keras dan memusuhi agama baru yang dibawa oleh keponakannya. Demikian pula sikapnya Abu Lahab serta pembesar-pembesar lainnya dari suku Quraisy, terhadap Islam dan ajakan Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam kepada mereka. Bagaimana kita menjelaskan masalah ini?

     Bukankah mereka adalah kaum yang begitu fanatik terhadap tuhan-tuhan yang disangkanya benar tersebut?

      Tidakkah kita dengar sumpahnya Hamnah binti Abi Sufyan pada anaknya Sa'ad bin Abi Waqash az-Zuhri ketika mendengar anaknya masuk agama Islam, "Bukankah Allah telah menyuruhmu berbuat baik pada orang tua. Demi Allah, saya tidak akan makan tidak pula minum hingga mati atau dirimu kufur terhadap agama barumu?![58]

      Bukankah mereka yang memerangi Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam sambil membawa berhala dan patungnya kemedan perang?

       Tidakkah kita dengar ucapan mereka yang mengatakan, "Semoga Hubal menimpakan penyakit (pada kalian)". Dan mengatakan, "Bersama kami Uzza sedangkan kalian tidak ada kemuliaan".?

      Sebagaimana kita lihat, adanya sebagian kaum musyrikin –terlebih para pembesar dan tokoh-tokoh yang menyombongkan diri- yang begitu fanatik terhadap berhalanya. begitu fanatik untuk bisa tetap melestarikan adat budaya, kebiasaan nenek moyangnya, fanatik yang sampai pada taraf taklid buta. 

     Itu dilakukan, dalam rangka membela kepentingannya, mempertahankan kedudukan dan jabatannya, bagaimana tidak, mereka adalah para pembesar dan tokoh-tokohnya, atau diantaranya ada yang menjadi pelayan dan juru kunci tuhan-tuhan tersebut, makanya mereka menganggap sebagai garda terdepan untuk membela dan mempertahankan keyakinannya. Oleh karena itu mereka mengingkari ajaran baru,

  seperti yang Allah rekam dalam firmanNya:

﴿ أَجَعَلَ ٱلۡأٓلِهَةَ إِلَٰهٗا وَٰحِدًاۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيۡءٌ عُجَابٞ ٥ ﴾ [ ص: 5 ]

"Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan". (QS Shaad: 5).

 Sikap membeo demi melestarikan ajaran nenek moyang

    Seperti telah kita jelaskan, bahwa kaum musyrikin tidak mempunyai ideologi yang dibangun diatas asas yang kuat serta menyakinkan. Sebagaimana jelas dalam beberapa contoh yang kami nukilkan.  Namun, apa sejatinya yang mendorong mereka tetap menyembah berhalanya? Jawaban pertanyaan ini telah disebutkan oleh .

Allah ta'ala didalam firmanNya:

﴿ بَلۡ قَالُوٓاْ إِنَّا وَجَدۡنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٖ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم مُّهۡتَدُونَ ٢٢ ﴾

[الزخرف: 22]

"Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka". (QS az-Zukhruf: 22).

       Tidak ada pegangan kuat yang mereka miliki melainkan sikap membeo terhadap ajaran nenek moyang. Oleh sebab itu, kelak pada hari kiamat mereka akan mengatakan pada pembesar-pembesarnya, seperti Allah rekam dalam firmanNya:

﴿ وَقَالُواْ رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعۡنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا ٱلسَّبِيلَا۠ ٦٧ رَبَّنَآ ءَاتِهِمۡ ضِعۡفَيۡنِ مِنَ ٱلۡعَذَابِ وَٱلۡعَنۡهُمۡ لَعۡنٗا كَبِيرٗا ٦٨ ﴾ [ الأحزاب: 67-68 ]

"Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". (QS al-Ahzab: 67-68).



[1] . Lihat keterangannya dalam kitab al-Ashnam hal: 33 oleh Ibnu Kalbi. Tajul Arus hal: 485-487 oleh Zabidi. Lisanul Arab 14/155-156 oleh Ibnu Mandhur.

[2] . al-Ashnam hal: 33 oleh Ibnu Kalbi.

[3] . Tafsir Ibnu Katsir 2/11.

[4] . Seperti firman Allah ta'ala:

[5] . Seperti haditsnya Abu Dzar sebagaimana diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Mustadraknya dengan sanad yang shahih no: 4956. Dengan redaksi, "sabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "

[6] . Lisanul Arab 13/24 oleh Ibnu Mandhur. lihat pula keterangannya dalam kitab al-Ashnam hal: 33 oleh Ibnu Kalbi.

[7] . Tafsir Ibnu Katsir 3/528.

[8] . Semisal firman Allah ta'ala:

[9] . Seperti hadits

[10] . Tafsir Thabari 7/144. an-Nihayah 5/151 oleh Ibnu Atsir. Lisanul Arab 15/214 oleh Ibnu Mandhur.

[11] . Lihat keterangannya dalam beberapa referensi berikut kitab al-Ashnam karya Ibnu Kalbi. Mufradat karya al-Ashfahani. Khazanatul Adab karya Khatib Baghdadi. Raudhul Unuf karya Suhaili. an-Nihayah karya Ibnu Atsir. Lisanul Arab karya Ibnu Mandhur. Qamus Muhith karya Fairuz Abadi. Tajul Arus karya Zabidi. al-Mufasahal fii Tarikhil Arab karya D. Jawad Ali.

[12] . Lihat keterangannya dalam kitab al-Ashnam hal: 16-17 oleh Ibnu Kalbi.

[13] . al-Ashnam hal:18-23 oleh Ibnu Kalbi.

[14] . Ibid.

[15] . Lihat keterangannya dalam kitab Akhbar Makah 1/88 oleh al-Azraqi.

[16] . Ibid.

[17] . Ibid. al-Ashnam hal: 29 oleh Ibnu Kalbi.

[18] . Akhbar Makah 1/88 oleh al-Azraqi.

[19] . Ibid.

[20] . Lihat keterangannya dalam kitab al-Kamil fii Tarikh 2/2 oleh Ibnu Atsir.

[21] . Seperti dijelaskan oleh Ibnu Kalbi dalam kitabnya al-Ashnam hal: 28. Dan Ibnu Qayim dalam kitabnya Ighatsatul Lahfan 2/629.

[22] . Akhbar Makah 1/117 oleh al-Azraqi

[23] . Akhbar Makah 1/124 oleh al-Azraqi.

[24] . al-Ashnam hal: 35 oleh Ibnu Kalbi.

[25] . Lihat keterangannya dalam kitab Sirah Nabawiyah 1/83 oleh Ibnu Hisyam. al-Ashnam hal: 33 oleh Ibnu Kalbi.

[26] . HR Bukhari no: 2478. Muslim no: 1781.

[27] . Lihat keterangannya dalam kitab Ighatsatul Lahfan 2/634 oleh Ibnu Qayim.

[28] . al-Ashnam hal:44 oleh Ibnu Kalbi.

[29] . Ibid.

[30] . Seperti yang dijelaskan oleh D. Yahya Ahmad asy-Syami dalam kitabnya Syirkul Jahili hal: 186.

[31] . al-Ashnam hal: 46-47 oleh Ibnu Kalbi.

[32] . Ibid.

[33] . Sirah Nabawiyah 1/87 oleh Ibnu Hisyam. al-Ashnam hal: 11-12 oleh Ibnu Kalbi.

[34] . Lihat keterangannya dalam kitab Sirah Nabawiyah 1/86 oleh Ibnu Hisyam. al-Ashnam hal: 34 oleh Ibnu Kalbi. Akhbar Makah 1/375 oleh Azraqi. Mujamul Buldan 3/453-458 oleh Yaqut Hamawi.

[35] . Thabaqat Kubra 1/77-78 oleh Ibnu Sa'ad. al-Mufashal fii Tarikh Arab qabla Islam 6/275 oleh Jawad Ali. 

[36] . Qamus Muhith 2/201 oleh Fairuz Abadi.

[37] . Ibid.

[38] . Seperti dalam kisah thagut yang bernama 'Amyaanas. Dimana para pengagungnya banyak yang memalingkan ibadah kepada berhala ini. Sebagaimana kisahnya diabadikan oleh Allah didalam al-Qur'an.

[39] . Lihat semisal dalam kitab Tarikh Thabari 2/172. al-Kamil 2/2 Ibnu Atsir.

[40] . Lihat keterangannya dalam kitab al-Mujaz fii Tarikh Arab hal: 56.

[41] . al-Mufashal fii Tarikh Arab Qabla Islam 6/223-285 oleh Jawad Ali.

[42] . al-Ashnam hal: 6 oleh Ibnu Kalbi.

[43] . al-Ashnam hal: 33 oleh Ibnu Kalbi.

[44] . Beliau adalah Abu Raja Imran bin Milhan al-Atharidi, al-Bashari. Tidak bertemu dengan nabi, masuk Islam setelah penaklukan kota Makah. Dinyatakan Tsiqah oleh Ibnu Ma'in. Meninggal pada tahun 117 H. Lihat biografinya dalam kitab al-Khulashah  hal: 296 oleh al-Khazraji.

[45] . Ighatsatul Lahfan 2/635 oleh Ibnu Qayim.

[46] . Ibid.

[47] . Beliau adalah Abu Utsman, Abdurahman bin Mil bin Amr bin Adi an-Nahdi. Masuk Islam namun tidak melihat Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam. Dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Madini dan Abu Hatim serta Nasa'i. Salah satu keutamaannya, dirinya senantiasa menghidupkan malam dengan sholat dan berpuasa pada siang hari. Melakukan ibadah haji dan umrah sebanyak enam puluh kali. Meninggal pada tahun 95 H. Lihat biografinya dalam kitab al-Khulashah  hal: 235 oleh al-Khazraji.

[48] . Ighatsatul Lahfan 2/635 oleh Ibnu Qayim.

[49] . Beliau adalah Amr bin Abasah as-Sulami Abu Najih, sahabat masyhur. Masuk Islam di Makah lalu berhijrah ke Madinah. Ada yang mengatakan dirinya termasuk orang-orang pertama yang masuk Islam. Lihat biografinya dalam kitab al-Khulashah  hal: 291 oleh al-Khazraji.

[50] . Ighatsatul Lahfan 2/635 oleh Ibnu Qayim.

[51] . al-Ashnam hal: 47 oleh Ibnu Kalbi.

[52] . al-Ashnam hal: 47 oleh Ibnu Kalbi.

[53] . Ibid.

[54] . Keterangannya bisa dilihat dalam Atsar Baqiyah an Qurunil Khaliyah hal: 210 oleh al-Bairuni.

[55] . Tafsir Thabari 11/25/91.

[56] . Ibid.

[57] . Tafsir Ibnu Katsir 4/150.

[58] . HR Muslim no: 1748.