Bangsa Arab dan Kaum Jahiliyah
Klasifikasi
Full Description
Bangsa Arab dan Kaum Jahiliyah
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Dinukil dari Buku:
“Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” (1/399-405)
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria
Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2014 - 1435
التعريف بالعرب و بالجاهلية وبيان المقصود منهم
« باللغة الإندونيسية »
مقتبس من كتاب : الشرك في القديم والحديث
للشيخ أبو بكر محمد زكريا (1/399-405)
ترجمة: عارف هداية الله أبو أمامة
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2014 - 1435
Jahiliyah Modern?
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah Shubhanahu wa ta’alla, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'alaihi wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
Pengertian Arab dan siapa yang dimaksud dengan mereka:
Berkata Ibnu Mandhur, "al-Urub dan al-Arab, adalah sebuah generasi dari manusia yang lebih dikenal dengan lawan al-A'jam (non Arab), dan kata Arab menunjukan bentuk tunggal".[1] Dan al-'Arab secara bahasa bermakna sahara atau gurun padang pasir. Tanah tandus yang tidak berair tidak pula ada tanamannya. Dan kata ini sering diartikan secara bebas dari zaman dulu pada dua hal:
1. Jazirah Arab.
2. Kaum yang tinggal dipadang pasir dan menjadikan sebagai tempat menetapnya.[2]
Dalam hal ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, "Nama Arab pada asalnya nama bagi suatu kaum yang terkumpul tiga sifat padanya, yaitu:
1. Lisan mereka berbahasa Arab.
2. Mereka adalah anak keturunan orang Arab.
3. Tempat tinggal mereka berada ditanah Arab, yaitu Jarirah Arab".[3]
Adapun yang dimaksud dengan Jarizah Arab, secara geografis letaknya berada, dari arah barat mulai dari laut merah dan jazirah Sinai, dari arah timur mulai dari teluk arab dan sebagian besar negeri Irak bagian selatan, dan dari arah selatan mulai dari laut Arab yang memanjang hingga laut India, dan dari arah utara mulai dari negeri Syam dan sebagian negeri Irak, dengan adanya perbedaan perbatasan pada sebagian distrik [4], hingga semenanjung laut Arab dan sungai euphrat, dan tidak dijumpai dari sisi sebelah utara yang membatasi dengan lautan.
Dan ahli geografi menamakan Arab dengan orang yang pertama kali tinggal di Jazirah Arab, walaupun air tidak dijumpai dari berbagai arah.[5]Begitu pula nama ini sering dipakai untuk menjelaskan sebuah pemukiman, mengacu pada ucapannya sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, seperti dinukil oleh Yaqut al-Hamawi[6] didalam kitabnya Mu'jamul Buldan menukil dari Hisyam bin Muhammad bin as-Saib al-Kalbi.[7]
Adapula ulama yang menyebut negeri Arab dengan sebuah Jazirah yang dikelilingi oleh sungai dan lautan dari segala sisi dan penjurunya [8], mereka menggambarkan seperti negeri ditengah lautan. Dan diperkirakan luasnya antara satu juta mil hingga satu juta tiga ratus ribu mil.[9]
Kenapa dinamakan Arab
Para ulama berselisih menjadi beberapa pendapat, diantaranya:
· Seperti yang dikatakan oleh al-Alusi [10], beliau menuturkan, "Sesungguhnya Arab, mereka adalah kaum yang telah dikenal oleh umat-umat yang lain, dengan sifat-sifatnya, seperti jelas ketika berbicara, mempunyai kata-kata yang fasih, oleh karena itu mereka dinamakan dengan nama ini, terambil dari kefasihan. Diambil dari ucapan mereka, 'Keterangan seseorang manakala mengemukakan apa yang ada dalam hatinya'. Maksud jika dirinya menerangkan secara jelas dan gamblang".[11]
· Seperti yang dinyatakan oleh Ibnu Mandhur, beliau menjelaskan, "Sesungguhnya orang pertama yang Allah Shubhanhu wa ta’alla mudahkan lisannya untuk mengucapkan bahasa Arab adalah Ya'rub bin Qahthan. Dia merupakan nenek moyang seluruh penduduk negeri Yaman, mereka adalah Arab asli. Dan ketika nabi Isma'il 'alihi sallam tumbuh dewasa bersama mereka, berbicara dengan menggunakan bahasa mereka, maka beliau dan anak keturunannya dinamakan dengan Arab keturunan".[12]
· Sesungguhnya anak keturunan nabi Isma'il 'alaihi sallam berkembang di Arabah yaitu daerah yang masuk dalam wilayah Tuhamah, lalu mereka menisbatkan diri kepada negerinya tersebut, dan bagi tiap orang yang tinggal di negeri Arab dan sekitarnya, serta berbahasa Arab, baik yang berasal dari Yaman ataupun Ma'ad. Al-Azhari menuturkan, "Pendapat yang kuat menurutku, mereka menamakan diri dengan orang Arab dikarenakan menisbatkan kepada negerinya, yaitu al-Arabaat".[13]
Adapun yang dimaksud dengan Arab, asalnya ada nama bagi suatu komunitas, mereka merupakan cabang pokok dari anak keturunana Samiyin, yakni kaum yang menisbatkan diri kepada Sam bin Nuh 'alaihi sallam.[14] Dan para ahli sejarah membagi orang Arab terbagi menjadi dua kelompok, pertama yang telah musnah, kedua yang masih tetap kekal, sedangkan komunitas yang masih ada terbagi menjadi Arab asli, dan yang kedua Arab keturunan [15]. Atau seperti yang dikatakan oleh sebagian ahli sejarah, ada Arab bagian selatan dan Arab bagian utara.[16] Sedangkan asal keturunan Arab, maka para ulama nasab sepakat jika orang Arab semuanya adalah anak keturunan nabi Isma'il dan Qahthan.[17]
Dan yang kita maksud dalam pembahasan ini ialah orang arab dari dua keturunan tadi yaitu anak keturunan nabi Isma'il yang dikenal dengan Adnaniyuun dan anak keturunan Qahthan yang lebih dikenal dengan Qahthaniyun.
Bab Kedua: Pengertian Jahiliyah dan Siapa Yang Dimaksud Dengan Mereka.
Jahiliyah secara terminologi masdar shina'i dari isim fa'il 'Jahil' dengan cara ditambahkan padanya huruf 'Ya' yang menunjuk pada penisbatan lalu ditambah lagi dengan huruf 'Ta Ta'nits', (Ta' yang menunjukan perempuan). Sehingga kesimpulannya bisa diketahui bahwa asal kata Jahiliyah berasal dari kata Jahil yang merupakan isim fa'il, pecahaan dari kata jahlun.
Dan kata al-Jahl mempunyai beberapa makna, seperti dikatakan oleh ahli bahasa, diantaranya:
Pakar bahasa yang bernama Ibnu Mandhur menjelaskan, "al-Jahl artinya tidak memiliki ilmu, seperti dikatakan si fulan bodoh ketika Jahlan (tidak paham), Jahalatan tatkala bodoh tentangnya, dan Tajahala ketika menampakan kebodohannya. Dan Juhalah yang bermakna melakukan sesuatu tanpa didasari ilmu".[18]
Al-Alusi menuturkan, "al-Jahl juga mempunyai arti orang yang tidak mau mengikuti ilmu, sehingga orang yang berbicara menyelisihi kebenaran, baik dirinya paham tentang kebenaran tersebut ataupun tidak maka dinamakan dia orang yang Jahil (bodoh)".[19]Begitu pula orang yang mengamalkan lawan dari kebenaran maka dia dinamakan bodoh walaupun dirinya paham jika dirinya sedangkan mengamalkan amalan yang menyelisihi kebenaran.[20]
Dari sini kita mendapati kekeliruan sebagian orang, sebagaimana dijumpai dalam beberapa kamus, yang mengatakan, kalau jahiliyah menunjukan tentang zaman yang penuh dengan kebodohan yang tidak mempunyai ilmu sama sekali serta tidak bisa baca tulis, maka ucapan ini kurang tepat, sebab, orang Arab sebagaimana yang kita ketahui mereka mempunyai ilmu dan pengetahuan.
Sebagai bukti yang menunjukan akan tersebut ialah bahasa dan kefasihan mereka serta kekuatan lisan yang mereka miliki. Ditambah syair-syair mereka serta tulisan-tulisannya ketika berpidato. Demikian pula sejarah memberikan pencerahan pada kita jika mereka mempunyai ilmu pengetahuan tentang perbintangan, ilmu falak, paham kapan bintang itu tenggelam dan kapan terbitnya, mengetahui prakiraan cuaca, kapan akan turun hujan, angin dan juga hujan.
Dimana mereka mengetahui hal tersebut melalui uji coba yang sering dilakukan dan juga penelitian dan memperhatikan secara seksama, tentunya, mereka pelajari semua itu tidak melalui ilmu filsafat, tidak pula belajar kepada orang lain.[21]
Sedangkan Jahiliyah secara etiomologi
Jahiliyah sering diartikan dengan suatu zaman yang ada sebelum kedatangan agama Islam, inilah yang ditegaskan oleh Ibnu Khalawih [22], "Sesungguhnya penamaan ini perkara baru dalam agama Islam, dan sering diartikan dengan zaman sebelum diutusnya nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam".[23] Dan para pakar sejarah, dan peneliti sepakat dengan pendapat diatas. Seperti dikatakan oleh Ibnu Hajar, "Inilah yang sering diartikan, diantara nash yang mendukung ialah firman Allah azza wa jalla:
﴿ يَظُنُّونَ بِٱللَّهِ غَيۡرَ ٱلۡحَقِّ ظَنَّ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِۖ ١٥٤﴾ [ آل عمران: 154 ]
"Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah". (QS al-Imran: 154).
Beliau melanjutkan, "Adapun pernyataan Imam Nawawi dalam berbagai kesempatan dalam bukunya Syarh Muslim, bahwa inilah yang dimaksud sesuai dengan apa adanya. Maka ucapan beliau perlu dikritisi, sebab kata ini yakni Jahiliyah sering diartikan dengan makna sesuatu yang telah lewat, yang dimaksud masa sebelum datangnya agama Islam, dan dijelaskan batas terakhirnya ialah pasca penaklukan kota Makah".[24]
Pembagian Jahiliyah dan macamnya:
Jahiliyah terbagi menjadi dua macam: Jahiliyah secara umum, ialah Jahiliyah sebelum diutusnya nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi sallam, dan jahiliyah pada zaman tersebut itulah yang disematkan kebodohan kepada para penghuni. Sebab ucapan dan perbuatan mereka hanyalah diada-adakan oleh para juhal, karena hanya dilakukan oleh orang yang bodoh, begitu pula setiap perkara yang menyelisihi apa yang dibawa oleh para rasul yang dikerjakan oleh orang Yahudi dan Nashrani, maka zaman tersebut dinamakan Jahiliyah secara umum.
Yang kedua Jahiliyah secara khusus, ialah kebodohan setelah diutusnya nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi sallam, seperti yang dikatakan oleh nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi sallam dalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مبتغ في الإسلام سنة الجاهلية » [أخرجه البخاري]
"Orang yang durhaka dalam Islam mengikuti metodenya Jahiliyah".[25]
Yang dimaksud dalam lafad hadits diatas ialah Jahiliyah dalam konteks yang umum, sama saja apakah dari kalangan Yahudi atau Nashrani, Majusi maupun Shobi'ah, paganisme ataupun monotisme, maka orang yang durhaka secara keseluruhan ataupun sebagiannya saja dinamakan Jahiliyah. Atau orang yang menyematkan sebagian ritual dari ajaran-ajaran Jahiliyah ini, maka semuanya, baik yang baru saja dilakukan ataupun yang telah lama dipraktekan dinamakan dengan Jahiliyah setelah diutusnya nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi sallam.
Walaupun secara sekilas lafad Jahiliyah tidak disematkan melainkan kepada orang Arab yang hidup sebelum datangnya cahaya Islam. Dan kedua makna diatas tidak saling kontradiksi karena memiliki kesamaan makna. Namun, Jahiliyah yang khusus ini masih terbagi lagi menjadi dua:
Jahiliyah secara bebas yaitu Jahiliyah yang berada disuatu negeri namun tidak ada pada negeri yang lain, sebagaimana Jahiliyah yang ada dinegeri kafir. Bisa pula jahiliyah yang ada pada seseorang tapi tidak pada orang lain, seperti non muslim sebelum masuk islam. Maka orang-orang tersebut dikatakan Jahiliyah walaupun tinggalnya dinegeri Islam.
Adapun makna Jahiliyah secara bebas bila ditarik kezaman maka sudah dihapus dengan datangnya agama Islam, sehingga tidak ada istilah zaman Jahilyah lagi setelah diutusnya nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi sallam. Sebab akan senantiasa ada dikalangan umat ini, kelompok yang selalu berada diatas kebenaran hingga datangnya hari kiamat.
Yang kedua Jahiliyah dengan arti yang lebih sempit, yaitu jahiliyah yang mencokol pada sebagian negeri-negeri kaum muslimin, dan pada kebanyakan pribadi muslim, inilah yang dimaksud dalam sabda nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَرْبَعٌ فِى أُمَّتِى مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُونَهُنَّ.. » [أخرجه مسلم]
"Ada empat perkara dikalangan umatku yang termasuk perkara Jahiliyah yang mereka tidak akan meninggalkanya..".[26]
Juga yang disinggung dalam sabda beliau:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya pada dirimu masih ada watak jahiliyah yang mencokol".[27]
Dan juga hadits-hadits yang senada dengan ini. dan barangkali jahiliyah pada abad kedua puluh ini -seperti yang didengungkan oleh sebagian orang- dari sisi ini, tentunya dengan makna yang lebih luas, dan jauh masuk kedalam lubuk umat ini. wallahu a'lam.
Masa zamaniyah Jahiliyah dan Yang Dimaksud Denganya:
Masa yang dilalui oleh kaum jahiliyah tidak bisa diprediksi secara pasti berapa lamanya, demikian pula tidak bisa dibatasi secara rinci dari satu keadaan sampai pada keadaan tertentu, oleh sebab itu, masalah ini adalah masalah yang terjadi tarik ulur pendapat dikalangan ulama, sehingga ada pendapat dan juga sanggahannya, apalagi dengan zaman yang disebutkan oleh al-Qur'an tentang Jahiliyah yang pertama. Dimana para pakar berselisih pendapat dengan pendapat yang sangat banyak.
Walaupun demikian perkaranya, diantara perkara yang tidak diragukan lagi, bahkan bisa dikatakan sebagai kesepatakan bersama bahwa salah satu tanda yang paling menonjol dari dua kurun Jahiliyah yang pertama dan kedua, yang datang sebelum diutusnya Rasulallah Shalallahu 'alaihi sallam, ialah:
1. Jahiliyah pertama. Mereka ialah kaum Jahiliyah kuno yang sejarahnya telah ditelan zaman, karena lamanya. Yang hanya bisa dikenali para pelakunya, semisal, Arab asli, atau Arab yang dibinasakan, dari kaum Aad dan Tsamud, Thasam dan Jadis, Mamalik dan Madyan, Aim dan Hadra Maut serta Jurhum generasi pertamanya.
2. Jahiliyah yang dekat dengan zaman munculnya Islam, atau yang turut langsung menyaksikan kemunculannya, yang kurang lebih antara empat ataupun lima masa. Dimana orang-orangnya menisbatkan pada Arab atau kepada generasi sebelumnya yaitu sebagai keturuan Arab asli dan Arab keturunan, sama saja apakah mereka anak keturunan dari Qahthan yang ketika itu tinggal di Yaman dan disebelah selatan jazirah Arab, atau Arab dari anak keturunannya nabi Isma'il yang dikenal dengan Adnaniyun yang tinggal di Tuhamah, Hijaz dan Nejed, dan yang berada didataran tinggi negeri Persia, Irak dan Syam. Merekalah orang-orang Arab pertama yang kita mengambil bahasa Arabnya, baik bait syair maupun dialeknya. Dengan bahasa merekalah al-Qur'an diturunkan, serta dari kalangan mereka keluar seorang rasul dari keturunan Arab yang jujur lagi amanah. Mereka itulah yang kami maksud dalam pembahasan kita kali ini.[28]
[1] . Lisanul Arab 9/113.
[2] . Lihat penjelasannya dalam kitab Rahiqum Makhtum hal: 19 oleh Syaikh Mubarakfuri. Dan kitab Tarikh Jaziratil Arab hal: 16 oleh D. Abdullah bin Sholeh al-Utsaimin.
[3] . Iqtidho Shirathol Mustaqim hal: 166. Ibnu Taimiyah.
[4] . Lihat Rahiqum Makhtum hal: 19 oleh Syaikh Mubarakfuri.
[5] . Tarikh Jaziratil Arab hal: 16 oleh D. Abdullah bin Sholeh al-Utsaimin.
[6] . Beliau adalah Yaqut bin Abdillah ar-Rumi, al-Hamawi, Abu Abdillah, sejarahwan, sastrawan, penyair, ahli bahasa, ahli nahwu, diantara karya tulisnya ialah Mu'jamul Buldan, Akhbar al-Mutanabi, lahir dinegeri Romawi tahun 574 H. meninggal pada tahun 626 H. lihat biografinya dalam kitab Mu'jam Mu'alifin 13/178-179.
[7] . Mu'jam Buldan 2/137.
[8] . Lihat penjelasannya dalam Tarikh Madzaahib Islam hal: 4-5 oleh Khadari Baek.
[9] . Rahiqum Makhtum hal: 19 Syaikh Mubarakfuri.
[10]. Beliau adalah Abul Ma'ali Mahmud Syukri bin Abdillah bin Mahmud bin Abdullah bin Mahmud al-Husaini, al-Alusi, al-Baghdadi. Sejarahwan, sastrawan, ahli bahasa, termasuk ulama Islam. Lahir pada 19 Ramadhan tahun 1273 H, mempunyai kajian dirumahnya dan beberapa masjid, beliau memiliki kisah dan sikap terpuji bersama penguasa Alu Utsman. Meninggal di Baghdad tahun 1342 H. beliau banyak meninggalkan karya tulis diantaranya, Bulughul Arib fii Ahwalil Arab, Ghayatul Amani 'ala Nabahani, Fathul Manan. Lihat biografinya secara lengkap dalam Mu'jamul Mu'alifin 12/169.
[11] . Bulughul Arib fii Ahwalil Arab 1/8.
[12] . Lisanul Arab 9/114.
[13] . Ibid.
[14] . Lihat keterangannya dalam Tarikh Ibnu Khaldun 2/8, 46-47.
[15] . Tarikh Ibnu Khaldun 2/18. Raudhatu Unuf 1/19-31 oleh as-Suhaili.
[16] . Tarikh Jaziratil Arab hal: 20 oleh D. Abdullah bin Sholeh al-Utsaimin.
[17] . Sirah Nabawiyah 1/17 Ibnu Hisyam. Jaziratil Arab Mashir Ardhi wa Umaah hal: 54 oleh Muhammad Walad Daduh.
[18] . Lisanul Arab 2/402.
[19] . Bulughul Arib fii Ahwalil Arab 1/16. lihat pula keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Iqtidha Shiratol Mustaqim hal: 77.
[20] . Ibid.
[21] . Tarikh Mukhtashar Duwal hal: 94 oleh Ibnul Shabri.
[22] . Beliau adalah al-Husain bin Ahmad bin Khalawaih bin Hamdan bin al-Hamdzani. Abu Abdullah. Ahli Nahwu, ahli bahasa, berasal dari Hamdzani, kemudian pindah ke Baghdad. Beliau sempat berjumpa dengan ulama besar di Baghdad dan menimba ilmu dari Abu Bakar al-Anbari, Ibnu Darid, Abu Umar az-Zahid serta yang lainnya. Beliau meninggal di kota Halab pada tahun 370 H. lihat biografinya dalam Mu'jam Mu'alifin 3/310-311.
[23] . Bulughul Arib fii Ahwalil Arab 1/15 oleh al-Alusi.
[24] . Fathul Bari 7/149.
[25] . HR Bukhari no: 6882.
[26] . HR Muslim no: 934.
[27] . HR Bukhari no: 6050. Muslim no: 1661.
[28] . Lihat keterangannya dalam buku Syirku Jahili, wa Alihatal Arab al-Ma'budah qobla Islam hal: 13-14 oleh D. Yahya bin Ahmad Syami.