×
Rasa aman, damai dan tentram merupakan idaman semua orang. Tidak jarang orang rela merogoh kocek demi meraih rasa aman ini, sehingga tidak salah bila keamanan adalah nikmat terbesar bagi umat manusia yang Allah Shubhanahu wa ta’alla berikan. Namun, sayang bila perkara tadi sedikit yang menyadarinya, nah mudah-mudahan dengan mengulas tafsir surat Quraisy ini, kita bisa memahaminya, semoga…

 Agungnya Nikmat Keamanan

وقفات مع سورة قريش


 Agungnya Nikmat Keamanan

Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam . Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan

 -Nya. Amma ba'du:

Diantara surat-surat pendek yang sering hadir ditelinga kita dan menjadi kebutuhan primer kita untuk mentadaburinya serta mengetahui hukum dan pelajaran yang terkandung didalamnya adalah surat Quraisy.

  Yaitu surat yang bunyi lengkapnya:

﴿ لِإِيلَٰفِ قُرَيۡشٍ ١ إِۦلَٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ ٢ فَلۡيَعۡبُدُواْ رَبَّ هَٰذَا ٱلۡبَيۡتِ ٣ ٱلَّذِيٓ أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعٖ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۢ ٤ ﴾

[ قريش: 1-4]

"Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan".  (QS Quraisy: 1-4).

Surat ini masih memiliki keterkaitan dengan surat sebelumnya yaitu surat al-Fiil. Dimana surat al-Fiil kandungan globalnya menjelaskan tentang karunia Allah azza wa jalla kepada penduduk Makah dari rencana buruk pasukan bergajah yang memobilisasi pasukannya ke Makah dengan tujuan menghancurkan Ka'bah. Maka selanjutnya dalam surat ini Allah Shubhanahu wa ta’alla menerangkan akan bentuk kenikmatan lain bagi penduduk Makah yaitu kebiasaan mereka yang mengadakan perjalanan dagang pada musim panas serta musim dingin dalam kondisi aman sentosa.

 Tafsir ayat:

 Di mulai dari firman Allah tabaraka wa ta'ala:

﴿ لِإِيلَٰفِ قُرَيۡشٍ ١ ﴾ [ قريش: 1]

"Karena kebiasaan orang-orang Quraisy".

   (QS Quraisy: 1).

Al-Ilaf dengan arti berkumpul dan bergabung, maka yang dimaksud dengannya ialah berdagang (berkafilah untuk dagang) yang biasa mereka lakukan sekali pada waktu musim dingin dan sekali dilakukan pada musim panas. Adapun pada musim panas maka mereka biasa berdagang ke negeri Syam, dikarenakan pada kondisi seperti tadi pas lagi musim buah-buahan serta barang dagangan lainnya, ditambah cocoknya udara dingin disana yang mendukungnya.

Maka ini merupakan nikmat Allah azza wa jalla terhadap orang-orang Quraisy yang punya kebiasaan melakukan perjalanan keluar pada dua musim ini. sebab mereka mendapatkan keuntungan finansial yang luar biasa banyaknya disamping keuntungan lainnya. Terus ditambah pada nikmat berikutnya yaitu mereka bisa kembali ke negerinya Makah dalam keadaan aman sentosa, tidak terganggu ditengah perjalanan disebabkan penghormatan manusia terhadap mereka karena sebagai penduduk tanah haram.

Sehingga siapapun orangnya yang mengenal mereka pasti akan menghormatinya. Bahkan bagi siapa saja yang ikut bersama rombongan mereka juga ikut terjamin keamanannya.

     Inilah kondisi mereka disaat safar dan ditengah perjalanan baik pada musim dingin maupun musim panas, adapun kondisi mereka disaat tinggal didalam negerinya, maka hal itu sebagaimana

telah disebutkan dalam salah satu firman -Nya:

﴿ أَوَ لَمۡ يَرَوۡاْ أَنَّا جَعَلۡنَا حَرَمًا ءَامِنٗا وَيُتَخَطَّفُ ٱلنَّاسُ مِنۡ حَوۡلِهِمۡۚ ٦٧ ﴾ [العنكبوت: 67 ]

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok".

 (QS al-A'nkabuut: 67).

Kemudian Allah Shbhanahu wa ta’alla melanjutkan

 firman -Nya dalam surat ini:

﴿ فَلۡيَعۡبُدُواْ رَبَّ هَٰذَا ٱلۡبَيۡتِ ٣ ﴾ [ قريش: 1-4]

"Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka'bah)".  (QS Quraisy: 3).

Allah ta'ala mengajak mereka untuk bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut dengan cara  beribadah kepada Rabb (pemilik) rumah ini yang dimaksud adalah Ka'bah. Dan dalam hal ini Allah Shbhanahu wa ta’alla menyandarkan kepada rububiyah –

Nya yaitu dengan menegaskan dalam firman -Nya:

﴿ رَبَّ هَٰذَا ٱلۡبَيۡتِ ٣ [ قريش: 1-4]

"Rabb pemilik rumah ini (Ka'bah)".  (QS Quraisy: 3).

Dan bentuk penyandaran kepemilikian kepada Allah Shbhanahu wa ta’alla ini dalam rangka pengagungan dan pemuliaan.[1] Maksudnya ayat ini, maka hendaknya kalian mengesakan Allah Shbhanahu wa ta’alla didalam beribadah sebagaimana -Dia telah menjadikan kepada kalian negeri haram yang aman dan rumah yang suci. Seperti yang Allah Shbhanahu wa ta’alla sebutkan dalam ayat.

    Nya yang lain, Allah berfirman:

﴿ إِنَّمَآ أُمِرۡتُ أَنۡ أَعۡبُدَ رَبَّ هَٰذِهِ ٱلۡبَلۡدَةِ ٱلَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُۥ كُلُّ شَيۡءٖۖ ٩١ ﴾ [النمل: 91 ]

"Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan -Nya-lah segala sesuatu".

 (QS an-Naml: 91).

Maka janganlah kalian beribadah kepada patung, berhala, serta sesembahan dan tandingan Allah Shbhanahu wa ta’alla. Dan bagi siapa saja yang memenuhi panggilan ini maka -Dia akan mengumpulkan padanya antara dua keamanan, didunia dan diakhirat kelak. Dan sebalikanya bagi siapa yang enggan serta mengingkari maka Allah Shbhanahu wa ta’alla akan mencabut rasa aman dalam dirinya, didunia dan diakhirat kelak. Sebagaimana yang Allah Shbhanahu wa ta’alla tegaskan dalam firman –

Nya yang lain:

﴿ وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ ﴾[النحل: 112]

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat". (QS an-Nahl: 112).

Kemudian Allah Shbhanahu wa ta’alla menutup firman –

 Nya dengan:

﴿ ٱلَّذِيٓ أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعٖ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۢ ٤ ﴾ [ قريش: 4]

"Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan".  (QS Quraisy: 4).

Maksudnya memberi makanan kepada mereka setelah rasa lapar, dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam selalu berlindung kepada Allah azza wa jalla dari kelaparan.  Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits yang dibawakan Oleh Imam Abu Dawud dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

  biasa berdo'a:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللهم إني أعوذ بك من الجوع فإنه بئس الضجيع » [أخرجه أبو دود]

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada -Mu dari kelaparan, karena sesungguhnya lapar membikin susah tidur". HR Abu Dawud no: 1547. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Abi Dawud 1/288 no: 1368.

Sahabat Ibnu Abbas menjelaskan:

"Firman -Nya, "Telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar". Yaitu dengan sebab do'anya Nabi Ibrahim 'alaihi sallam manakala beliau bermunajat kepada.

  Allah Shubhanahu wa ta’alla:

﴿وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنٗا وَٱرۡزُقۡ أَهۡلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ ١٢٦﴾ [ البقرة: 126 ]

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa:

 "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya".

  (QS al-Baqarah: 126).[2]

Imam Ibnu Zaid menerangkan, "Kondisi orang Arab, kebiasaan mereka ialah merampas satu sama lain serta menawan satu sama lain. Namun, orang-orang Quraisy aman dari gangguan tersebut disebabkan tempat tinggalnya berada ditanah haram.

 Sebagaimana firman Allah ta'ala:

﴿أَوَ لَمۡ نُمَكِّن لَّهُمۡ حَرَمًا ءَامِنٗا يُجۡبَىٰٓ إِلَيۡهِ ثَمَرَٰتُ كُلِّ شَيۡءٖ رِّزۡقٗا مِّن لَّدُنَّا ٥٧﴾ [ القصص: 57 ]

"Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?". (QS al-Qashash: 57).[3]

 Pelajaran yang bisa kita petik dari surat ini:

 Pertama:

Bahwa nikmat Allah Shubhanahu wa ta’alla atas para hamba sangatlah banyak dan yang terbesar adalah nikmat Iman, keamanan dan rizki (makanan). Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan kedudukan nikmat-

 nikmat tersebut dalam firman -Nya:

﴿ وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ ٞ ٣٤ ﴾ [ ابراهيم: 34 ]

"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya". (QS Ibrahim: 34).

Allah tabaraka wa ta'ala berfirman menjelaskan

 akan besarnya nikmat makanan pada para hamba -Nya:

﴿ فَلۡيَنظُرِ ٱلۡإِنسَٰنُ إِلَىٰ طَعَامِهِۦٓ ٢٤ أَنَّا صَبَبۡنَا ٱلۡمَآءَ صَبّٗا ٢٥ ثُمَّ شَقَقۡنَا ٱلۡأَرۡضَ شَقّٗا ٢٦ فَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا حَبّٗا ٢٧ وَعِنَبٗا وَقَضۡبٗا ٢٨ وَزَيۡتُونٗا وَنَخۡلٗا ٢٩ وَحَدَآئِقَ غُلۡبٗا ٣٠ وَفَٰكِهَةٗ وَأَبّٗا ٣١ مَّتَٰعٗا لَّكُمۡ وَلِأَنۡعَٰمِكُمۡ ٣٢ ﴾

 [ عبس: 24-32]

"Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu". (QS 'Abasa: 24-32).

Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman didalam ayat -Nya menjelaskan nikmat aman yang dikaruniakan kepada para hamba   

    -Nya:

﴿ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ ٨٢ ﴾ [ الأنعام: 82 ]

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS al-An'am: 82).

Allah Shubhanahu wa ta’la juga mengkisahkan kepada kita penduduk Saba' yang dikasih kenikmatan yang satu ini,

 Allah ta'ala berfirman:

﴿ سِيرُواْ فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا ءَامِنِينَ ١٨ ﴾ [ سبأ: 18 ]

"Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman".

 (QS Saba': 18).

Diriwayatkan dalam sunan Tirmidzi dari Ubaidullah bin Mihshan al-Khathmi radhiyallahu 'anhu, beliau adalah seorang sahabat, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘

 alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « من أصبح منكم آمنا في سربه معافى في جسده عنده قوت يومه فكأنما حيزت له الدنيا »

[أخرجه الترمذي]

"Barangsiapa diantara kalian dikala pagi merasa aman ditempat tinggalnya, sehat badanya dan menjumpai makanan untuk dimakan. Maka orang tadi seakan-akan memperoleh dunia (seluruhnya)". HR at-Tirmidzi no:

2346. Dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 2/274 no: 1913.

Kedua: Bahwa langgengnya nikmat-nikmat semacam ini dan keberlangsungannya hanya bisa diperoleh dengan cara mensyukurinya dan hal itu harus dengan cara ikhlas dalam beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, mentaati -Nya serta meninggalkan larangan -Nya. Allah ta'ala menyebutkan hal tersebut dalam firman -Nya:

﴿ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡ‍ٔٗاۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٥٥ ﴾ [ النور: 55 ]

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai -Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku -Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka itulah orang-orang yang fasik".  (QS an-Nuur: 55).

 Allah azza wa jalla juga menjelaskan dalam ayat yang lain:

﴿ وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧ ﴾ [ ابراهيم: 7 ]

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat -Ku), Maka sesungguhnya azab -Ku sangat pedih".

(QS Ibrahim: 7).

Ketiga: Adapun cara mensyukurinya bisa dengan tiga hal, dengan hati, ucapan dan perbuatan.

 Allah Shubhanahu wa ta’alla menyebutkan dalam firman -Nya:

﴿ وَمَن يَشۡكُرۡ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ ٞ ١٢  ﴾ [ لقمان: 12 ]

"Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri". (QS Luqman: 12).

 Allah ta'ala juga mengatakan dalam ayat yang lain:

﴿ ٱعۡمَلُوٓاْ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكۡرٗاۚ وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ ١٣ ﴾ [ سبأ: 13 ]

"Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hamba -Ku yang berterima kasih". (QS Saba': 13).

Maka hilangnya nikmat ini hanyalah disebabkan oleh perbuatan maksiat dan dosa. sebagaimana yang Allah Shubhanahu wa ta’

 alla singgung dalam ayat -Nya:

﴿ أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ بَدَّلُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ كُفۡرٗا وَأَحَلُّواْ قَوۡمَهُمۡ دَارَ ٱلۡبَوَارِ ٢٨ جَهَنَّمَ يَصۡلَوۡنَهَاۖ وَبِئۡسَ ٱلۡقَرَارُ ٢٩﴾ [ ابرهيم: 28-29 ]

"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman".

 (QS Ibrahim: 28-29).

Didalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata: "Adalah Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam apabila mengerjakan sholat beliau berdiri lama sekali sampai kedua kakinya bengkak. Maka aku katakan padanya, "Ya Rasulallah, kenapa anda lakukan ini, bukankah engkau telah diampuni dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Beliau menjawab, "Wahai Aisyah, tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?! HR Bukhari no: 1130. Muslim no: 2820.

 Seorang penyair mengatakan:

Jika engkau mendapat nikmat peliharalah

 Sungguh maksiat akan menghapusnya

Jagalah dengan ketaatan pada Sang pemberi

Rabb para hamba yang sangat cepat hukuman –NyaAkhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.



[1] . Tafsir Ibnu Katsir 14/466. Tafsir Ibnu Utsaimin hal: 326.

[2] . Tafsir al-Qurthubi 22/508.

[3] . Tafsir al-Qurthubi 22/508.