×
Agar kita bisa paham tentunya harus belajar, namun terkadang orang hanya pandai berangan-angan.Nah, dalam Risalah ringkas ini diterangkan tafsir surat al-Adiyaat yang penuh hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil….

    Tafsir Surat al-Aadiyaat

    ] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

    Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

    Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah

    Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

    2014 - 1435

    فوائد وحكم من سورة العاديات

    « باللغة الإندونيسية »

    الشيخ أمين بن عبد الله الشقاوي

    ترجمة: عارف هداية الله أبو أمامة

    مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو

    2014 - 1435

    Tafsir Surat al-Aadiyaat

    Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:

    Pada sejatinya Allah tabaraka wa ta'ala menurunkan kitab suci al-Qur'an adalah supaya direnungi isinya lalu diamalkan dalam praktek keseharian. Hal itu, bisa terlihat jelas dalam banyak ayat yang menjelaskan akan hal ini, seperti salah satunya yang telah dititahkan melalui firman -Nya:

    ﴿ كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٢٩﴾ [ص: 29 ]

    "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadaburi ayat-ayat -Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran". (QS Shaad: 29).

    Maka kajian kita kali ini akan mengkaji salah satu surat dalam al-Qur'an yaitu surat al-Aadiyaat. Surat al-Adiyaat termasuk dalam bagian surat-surat pendek yang mungkin sekali kita sering mendengarnya dan telah banyak dihafal oleh kebanyakan kaum muslimin. Sehingga menjadikan hal tersebut, lebih ditekankan lagi untuk memahami makna serta isi kandungan yang tersimpan hukum-hukum didalamnya.

    Allah Shubhanahu wa ta’alla memulai firmannya dengan mengatakan:

    ﴿ وَٱلۡعَٰدِيَٰتِ ضَبۡحٗا ١ فَٱلۡمُورِيَٰتِ قَدۡحٗا ٢ فَٱلۡمُغِيرَٰتِ صُبۡحٗا ٣ فَأَثَرۡنَ بِهِۦ نَقۡعٗا ٤ فَوَسَطۡنَ بِهِۦ جَمۡعًا ٥ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٞ ٦ وَإِنَّهُۥ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٞ ٧ وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلۡخَيۡرِ لَشَدِيدٌ ٨ ۞أَفَلَا يَعۡلَمُ إِذَا بُعۡثِرَ مَا فِي ٱلۡقُبُورِ ٩ وَحُصِّلَ مَا فِي ٱلصُّدُورِ ١٠ إِنَّ رَبَّهُم بِهِمۡ يَوۡمَئِذٖ لَّخَبِيرُۢ ١١﴾ [ العاديات: 1-11]

    "Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya), dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, Maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan Sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha mengetahui Keadaan mereka". (QS al-Aadiyaat: 1-11).

    Tafsir Ayat:

    Allah ta'ala memulai firman -Nya dengan mengatakan:

    ﴿ وَٱلۡعَٰدِيَٰتِ ضَبۡحٗا ١ ﴾ [ العاديات: 1 ]

    "Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah". (QS al-Aadiyaat: 1).

    Huruf wawu dalam permulaan ayat ini disebut oleh para ahli tafsir sebagai wawu qosam (untuk sumpah), sedang yang dijadikan sebagai obyek untuk bersumpah oleh Allah ta'ala adalah al-Aadiyaat yakni kuda perang yang berlari kencang. Adapun makna adh-Dhubha ialah suara ringkikan kuda dikala lari kencang.

    Kemudian Allah ta'ala melanjutkan firman -Nya sambil mengatakan:

    ﴿ فَٱلۡمُورِيَٰتِ قَدۡحٗا ٢ ﴾ [ العاديات: 2]

    "Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya) ". (QS al-Aadiyaat: 2).

    Maksudnya kuda tersebut mampu meletupkan api tatkala berlari dimalam hari disebabkan pukulan kuku kakinya yang sangat keras ke atas batu.

    Selanjutnya Allah azza wa jalla berfirman:

    ﴿ فَٱلۡمُغِيرَٰتِ صُبۡحٗا ٣ ﴾ [ العاديات: 3 ]

    "Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi". (QS al-Aadiyaat: 3).

    Yaitu kuda yang merubah arah menuju kearah musuh sambil menyerang secara tiba-tiba diwaktu pagi.

    Kemudian Allah ta'ala berfirman:

    ﴿ فَأَثَرۡنَ بِهِۦ نَقۡعٗا ٤ ﴾ [ العاديات: 4 ]

    "Maka ia menerbangkan debu". (QS al-Aadiyaat: 4).

    Yang dimaksud dengan an-Naq'u ialah debu yang dihasilkan dari hentakan kaki kuda tersebut ketika berhadapan dengan musuh. Seperti dikatakan oleh seorang penyair:

    Seakan debu itu berkobar-kobar diatas kepala kami

    Sedang kilauan pedang berkilat, bercahaya bagaikan dimalam hari

    Lalu Allah Shubhanahu wa ta’alla melanjutkan firman -Nya:

    ﴿ فَوَسَطۡنَ بِهِۦ جَمۡعًا ٥ ﴾ [ العاديات: 5 ]

    "Dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh". (QS al-Aadiyaat: 5).

    Maksudnya kuda-kuda tersebut maju mampu merangsek ketengah-tengah kumpulan musuh sehingga benar-benar berada ditengah medan pertempuran dan kumpulan pasukan. Sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair:

    Mereka berada ditengah-tengah, hingga hilang dalam kumpulan

    Dibawah serangan, dalam hujan debu yang menyelimutinya

    Selanjutnya Allah ta'ala berfirman:

    ﴿ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٞ ٦ وَإِنَّهُۥ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٞ ٧ وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلۡخَيۡرِ لَشَدِيدٌ ٨ ﴾ [ العاديات: 6-8 ]

    "Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta". (QS al-Aadiyaat: 6-8).

    Disinilah letak jawaban dari sumpah-sumpah diatas. Dan yang dimaksud dengan al-Kunud ialah orang yang ingkar dan tidak mengakui akan nikmat-nikmat Allah Shubhanahu wa a’alla yang ada. Sebagaimana ditafsirkan oleh Ibnu Abbas. Sedang al-Hasan mengatakan: "Yang dimaksud dengan al-Kunud ialah orang yang hanya mengingat musibah yang menimpanya dan melupakan nikmat yang banyak". [1] seorang penyair mengatakan:

    Duhai orang yang dhalim dalam tindak-tanduknya

    Ketahuilah, kedhaliman akan kembali atasmu

    Sampai kapan engkau dan hingga kapan

    Dirimu terus mengeluh dan lupa terhadap nikmat

    Dan keadaan manusia, sesuai sekali dengan apa yang digambarkan oleh ayat ini walaupun lisannya mengklaim tidak mengatakannya. Sedang yang dimaksud dengan al-Khair ialah harta dan kecintaan manusia terhadapnya sebagaimana digambarkan dengan jelas oleh Allah ta'ala melalui firman -Nya:

    ﴿ وَتُحِبُّونَ ٱلۡمَالَ حُبّٗا جَمّٗا ٢٠﴾ [ الفجر: 20 ]

    "Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan". (QS al-Fajr: 20).

    Selanjutnya Allah ta'ala mengatakan dalam firman -Nya:

    ﴿ أَفَلَا يَعۡلَمُ إِذَا بُعۡثِرَ مَا فِي ٱلۡقُبُورِ ٩ ﴾ [ العاديات: 1-11 ]

    "Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur". (QS al-Aadiyaat: 9).

    Az-Zamakhsary menjelaskan: "Kosa kata ini yaitu﴿ بُعۡثِرَ itu terambil dari dua kalimat yaitu: al-Ba'tsu dan an-Nutsur. Sedang makna yang pertama adalah bangkitnya mereka dari kematian. Dan yang kedua ialah gambaran mereka ketika bangkit yaitu seperti bagaikan benih bertebaran yang disebar. Maka ini menunjukan pada kita bahwa kebangkitan mereka itu bertebaran dimana-mana seperti halnya benih manakala tumbuh". [2] dan makna ini dijelaskan secara gamblang oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:

    ﴿ خُشَّعًا أَبۡصَٰرُهُمۡ يَخۡرُجُونَ مِنَ ٱلۡأَجۡدَاثِ كَأَنَّهُمۡ جَرَادٞ مُّنتَشِرٞ ٧ ﴾ [القمر: 7 ]

    "Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan". (QS al-Qomar: 7).

    Dan firman -Nya:

    ﴿ يَوۡمَ يَكُونُ ٱلنَّاسُ كَٱلۡفَرَاشِ ٱلۡمَبۡثُوثِ ٤ ﴾ [ القارعة: 4 ]

    "Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran". (QS al-Qaari'ah: 4).

    Kemudian Allah Shubhanahu wa a’alla melanjutkan:

    ﴿ وَحُصِّلَ مَا فِي ٱلصُّدُورِ ١٠ ﴾ [ العاديات: 1-11 ]

    "Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada". (QS al-Aadiyaat: 10).

    Syaikh Ibnu Sa'di mengatakan dalam tafsirnya tentang ayat ini: "Artinya menjadi jelas dan nampak isi yang ada didalam dada, dari perkara yang baik maupun buruk. Sehingga pada saat itu perkaranya berubah yang rahasia menjadi jelas, yang dalam bathin menjadi nampak terlihat". [3] hal itu, seperti yang dikatakan oleh seorang penyair:

    Tiap orang pada saat itu akan mengetahui semua perbuatan

    Apabila dibuka catatan amalnya dihadapan Allah

    Dan Allah azza wa jalla menutup dengan ayat -Nya:

    ﴿ إِنَّ رَبَّهُم بِهِمۡ يَوۡمَئِذٖ لَّخَبِيرُۢ ﴾ [ العاديات: 11 ]

    " Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha mengetahui Keadaan mereka". (QS al-Aadiyaat: 11).

    Artinya pada hari kiamat sebagaimana tersirat dalam ayat sebelumnya yang mengatakan:

    ﴿ أَفَلَا يَعۡلَمُ إِذَا بُعۡثِرَ مَا فِي ٱلۡقُبُورِ ٩ ﴾ [ العاديات: 1-11 ]

    "Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur". (QS al-Aadiyaat: 9).

    Yang dimaksud dengan al-Khabiir ialah Allah azza wa jalla. Dan kalimat ini mempunyai makna lebih khsusus dari kata-kata al-Aliim karena terkumpul dalam makna al-Khabiir, ilmu dibarengi bahwa Allah Shubhanahu wa a’alla akan membalas dari semua perkara yang ada dalam hati baik yang nampak maupun yang tersembunyi, yang mana tidak ada yang mengetahui perkara tersebut melainkan Allah ta'ala semata.

    Dan lebih gamblang dari ini adalah manakala menyatukan dua sifat ini dalam salah satu firman -Nya:

    ﴿ قَالَتۡ مَنۡ أَنۢبَأَكَ هَٰذَاۖ قَالَ نَبَّأَنِيَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡخَبِيرُ ٣﴾ [ التحريم: 3 ]

    "Lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha mengetahui lagi Maha Mengenal."(QS at-Tahriim: 3).

    Pelajaran yang bisa kita petik:

    Pertama: Allah ta'ala telah bersumpah dengan kuda perang yang berlari kencang. Dan Allah Shubhanahu wa a’alla tidak bersumpah kecuali pada perkara yang agung, dan dengan makhluk -Nya yang menunjukan pula akan keagungannya. Dan manakala Allah Shubhanahu wa a’alla menyebut tentang kuda perang, kekuatannya, kencangnya ketika berlari kearah musuh, gagah berani menerobos musuh hingga masuk berada ditengah-tengah medan pertempuran dibawah kilatan cahaya pedang. Ini semua disebut, sebagai peringatan akan keutamaan jihad dijalan Allah serta kedudukannya yang agung dalam agama.

    Kedua: Adanya isyarat bagi kita untuk mempersiapkan kuda-kuda untuk berjihad dijalan Allah azza wa jalla. Didalam ayat yang lain hal itu dijelaskan secara gamblang, dimana Allah ta'ala menyuruh:

    ﴿ وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن قُوَّةٖ وَمِن رِّبَاطِ ٱلۡخَيۡلِ تُرۡهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمۡ ٦٠﴾ [ الأنفال: 60 ]

    "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu". (QS al-Anfaal: 60).

    Dalam sebuah hadits dijelaskan:

    قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : « الْخَيْلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ » [أخرجه البخاري و مسلم]

    "Kuda yang diikatkan tali kekang dikepalanya itu adalah kebaikan sampai hari kiamat". HR Bukhari no: 2850. Muslim no: 1871.

    Ketiga: Didalam ayat tersirat bahwa segala perkara yang diperoleh oleh kuda perang serta para mujahidin dijalan Allah Shubhanahu wa a’alla dari debu yang menempel di seluruh tubuh disebabkan oleh hentakan kudanya, maka hal tersebut merupakan perkara yang tidak akan luput dari Allah Shubhanahu wa a’alla sehingga –Dia telah mempersiapkan bagi mereka balasan yang besar. Dalam sebuah hadits shahih Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : « لَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ » [أخرجه الترمذي]

    "Tidak akan mungkin terkumpul pada seorang mujahid, debu di medan perang dan uapnya api neraka jahanam". HR at-Tirmidzi no: 1633. Beliau berkata Hadits hasan shahih.

    Keempat: Ayat yang mulia diatas mengisyaratkan pada kita agar punya perhatian terhadap kuda serta memilih yang terbaik dari kuda-kuda yang ada. Punya keseriusan didalam melatihnya dan mempersiapkan pada momen-momen penting yang dibutuhkan olehnya, diantaranya: memberikan perawatan yang cukup, sering melakukan pertandingan, melatih agar tetap bagus. Dan adanya celaan didalam ayat menunjukan akan hal itu.

    Didalam sebuah hadits dijelaskan, dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan: "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam berhasil melewati kuda yang kurus yang sudah berjalan lebih dahulu dari Haifa. Dan saat itu kuda tersebut sudah berada di Tsaniyatul Wada'. Dan beliau juga berhasil melewati kuda yang kuat yang sebelumnya sudah berjalan lebih dahulu dari Tsaniyatul Wada'."

    Kelima: Allah Shubhanahu wa ta’alla menciptakan manusia dan menjadikan pada sebagian mereka sebagai tempat ujian. Dengan menciptakan pada sebagian orang beberapa sifat yang tercela, lalu membebaninya untuk berusaha menghilangkan sifat tersebut serta melatihnya sehingga bisa berpaling dari keburukannya. Sebagaimana disinggung dalam firman -Nya yang lain:

    ﴿ قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩ وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠﴾[الشمس: 9-10]

    "Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". (QS asy-Syams: 9-10).

    Keenam: Didalam ayat yang mulia ini menetapkan adanya kebangkitan dari kubur setelah kematian. Yang membuktikan bahwa jasad manusia yang terpendam dalam kubur dan telah berubah menjadi tanah, kelak Allah Shubhanahu wata’alla akan menghidupkan kembali dan memberi balasan akan perkara yang tersembunyi dalam hatinya. Yaitu disaat tidak berguna lagi harta dan anak keturunan. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:

    ﴿ يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ ٨٩﴾ [الشعراء: 88-89 ]

    "(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih". (QS asy-Syu'araa: 88-89).

    Ketujuh: Bahwa hati merupakan tempat berputarnya kebaikan dan kerusakan dalam diri seseorang. Sehingga jika baik hatinya akan menjadikan baik pula amal anggota badannya, dan bila buruk maka akan menjadikan buruk amal anggota badan.[4]

    Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.

    [1] . Tafsir Ibnu Katsir 14/436.

    [2] . Tatimatu Adhwaail Bayan 9/248. Cetakan Daarul Kutub Ilmiyah oleh Athiyah Salim.

    [3] . Tafsir Ibnu Sa'di hal: 892.

    [4] . Pembahasan ini banyak diambil dari kitab Tafsir Adhwaul Bayan oleh syaikh Athiyah bin Muhammad Salim, muridnya Syaikh Muhammad Amin Syinqithi.