Mengenal Tipu Daya Syaitan
Klasifikasi
Full Description
Mengenal Tipu Daya Syaitan
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2013 - 1434
مكائد الشيطان
« باللغة الإندونيسية »
الشيخ أمين بن عبد الله الشقاوي
ترجمة: عارف شريف الدين
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2013 - 1434
Tipu Daya Iblis
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa taalla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Musuh Nyata Manusia:
Allah Shubhanahu wa ta'ala telah memberi ujian kepada bani Insan dengan seorang musuh yang tidak pernah lepas seseorang dari intaiannya. Dirinya tidak pernah lalai dan tertidur, mereka serta hulu balangnya bisa melihat dari arah yang kita tidak dapat melihatnya. Dia mengorbankan segala kemampuannya untuk memerangi kita dalam tiap keadaan, tidak pernah melepaskan satu perkarapun yang dirinya masih memungkinkan untuk menelusupkan tipu dayanya melainkan pasti dia lepaskan racunya disitu.
Mereka itulah yang bernama Iblis yang telah Allah ta'ala kabarkan tentang permusuhan abadinya dengan kita bani Insan dalam banyak ayat -Nya, dengan disebutkan tentang sifat memperdaya, muslihatnya, serta langkah-langkahnya yang mereka gunakan untuk menipu manusia agar mereka keluar dari jalan yang lurus, serta disebutkan secara berulang-ulang dengan kisahnya dia bersama bapak kita Adam 'alaihi sallam, hal tersebut dilakukan agar kita bisa menjadikan sebagai pelajaran dan menanamkan dalam jiwa bahwa mereka itulah musuh abadi kita selama-lamanya.[1]
Allah ta'ala banyak menyebutkan mereka dalam ayatnya, sebagai peringatan bagi kita, diantaranya ialah firman -Nya yang berbunyi:
﴿ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمۡ عَدُوّٞ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ ٦ ﴾ [ فاطر 6]
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS Faathir: 6).
Demikian pula dalam firman -Nya yang menjelaskan tentang datangnya tipu daya mereka:
﴿ ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ١٧ ﴾ [الأعراف 17]
"Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)". (QS al-A'raaf: 17).
Juga firman -Nya yang mengajak kita supaya tidak mengikuti langkah-langkah setan, Allah ta'ala berfirman:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٠٨ ﴾ [البقرة: 208 ]
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu ialah musuh yang nyata bagimu". (QS al-Baqarah: 208).
Imam al-Baghawi mengatakan tentang ayat ini: ''Yaitu janganlah kalian menempuh jalan-jalan yang disitu ada setan yang mengajak kalian untuk mengikutinya, karena seungguhnya setan akan mengantarkanmu pada kebinasaan". [2]
Keburukan yang Iblis telusupkan pada manusia:
Diantara kejelekan yang disebar oleh setan ialah bisikan was-was terhadap seorang hamba, hal itu seperti yang Allah ta'ala jelaskan dalam kitab -Nya:
﴿ قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ١ مَلِكِ ٱلنَّاسِ ٢ إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ ٣ مِن شَرِّ ٱلۡوَسۡوَاسِ ٱلۡخَنَّاسِ ٤ ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ لنَّاسِ ٥ ﴾ [الناس 1-5]
"Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia". (QS an-Naas: 1-5).
Allah azza wa jalla menyebutkan dalam ayat -Nya diatas dengan bisikan setan pertamanya baru kemudian menjelaskan dimana tempat was-wasa tersebut yaitu didalam dada manusia.
Dan was-was atau bisikan ini merupakan sifat diantara sifat-sifat setan yang paling jelas, dan yang paling merusak, serta paling berpengaruh, karena dengan bisikan tersebut sebagai pokok dari sumber perbuatan maksiat dan dosa.
Dijelaskan dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, dia menceritkan: "Pernah ada seseorang yang datang kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengatakan: "Ya Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya ada diantara kita yang mendapati dalam jiwanya untuk melakukan sesuatu supaya menjadi orang yang lebih aku cintai daripada aku berbicara". Maka Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ كَيَدَهُ إِلَى الْوَسْوَسَةِ» [أخرجه أبو داود]
"Allahu Akbar tiga kali, segala puji bagi Allah yang telah menolak tipu daya setan menjadi bisikan". HR Abu Dawud no: 5112, dan dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam Sunan Abi Dawud 3/962 no: 4264.
Oleh karenanya, kita menjumpai setan tersebut datang mengganggu seseorang yang sedang sholat agar ibadah yang mereka lakukan menjadi rusak. Sebagaimana yang diterangkan oleh hadits yang dikeluarkan Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى» [أخرجه البخاري و مسلم]
"Apabila adzan dikumandangkan untuk sholat, maka setan lari dengan terpentut-pentut, supaya dirinya tidak mendengar adzan, dan apabila adzan telah selesai dia kembali lagi, sampai ketika iqomah didirikan dia pergi, begitu usai iqomah dia kembali lagi. Kemudian dia mulai mengoda seseorang dalam sholatnya dan membisikan agar ingat ini dan ingat itu yang sebelumnya tidak pernah terlintas dalam pikirannya, sampai kiranya orang tersebut tidak mengetahui berapa raka'at dia sholat". HR Bukhari no: 608, Muslim no: 389.
Diantara kejelekan yang dilontarkan adalah merusak hubungan persaudaraan ditengah-tengah kaum mukmin dengan segala cara dan sarana. Seperti halnya dia telah membujuk saudara-saudara Yusuf untuk melakukan kejelekan terhadap Yusuf 'alaihi sallam. Dan Allah ta'ala telah menyebutkan kisah Nabi Yusuf atas pengakuan dirinya akan karunia nikmat yang telah diberikan kepadanya, Allah berfirman:
﴿ وَقَالَ يَٰٓأَبَتِ هَٰذَا تَأۡوِيلُ رُءۡيَٰيَ مِن قَبۡلُ قَدۡ جَعَلَهَا رَبِّي حَقّٗاۖ وَقَدۡ أَحۡسَنَ بِيٓ إِذۡ أَخۡرَجَنِي مِنَ ٱلسِّجۡنِ وَجَآءَ بِكُم مِّنَ ٱلۡبَدۡوِ مِنۢ بَعۡدِ أَن نَّزَغَ ٱلشَّيۡطَٰنُ بَيۡنِي وَبَيۡنَ إِخۡوَتِيٓۚ ١٠٠ ﴾ [ يوسف:100]
"Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku Inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu, sesungguhnya Rabbku telah menjadikannya suatu kenyataan. dan sesungguhnya Rabbku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antara aku dan saudara-saudaraku". (QS Yusuf: 100).
Diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya dari sahabat Jabir radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِى جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ فِى التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ » [ أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk menjadikan orang-orang beriman menyembahnya di Jazirah Arab, namun masih tersisa (tipu dayanya) yaitu mengadu domba diantara kalian". HR Muslim no: 2812.
Imam Nawawi mengatakan: 'Hadits ini termasuk salah satu dari mu'jizat kenabian yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun maknanya yaitu setan telah berputus asa untuk menjadikan penduduk Jazirah Arab menyembahnya, akan tetapi dirinya berusaha untuk menabur benih perselisihan diantara kalian dengan perselisihan, pertengkaran, peperangan serta permusuhan dan yang semisalnya".[3]
Dalam hadits disebutkan, bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِىءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِىءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ - قَالَ - فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ نِعْمَ أَنْتَ » [ أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya Iblis membuat kerajaannya ditengah lautan, kemudian dirinya mengutus bala tentaranya menyebar, dan yang paling rendah kedudukannya diantara mereka ialah yang paling besar membikin fitnah, sehingga pada suatu ketika datang salah seorang tentaranya lalu melapor: 'Aku telah melakukan ini dan itu". Lalu sang raja mengatakan: 'Engkau tidak melakukan sesuatu yang istimewa'. Lalu datang seorang lagi dan melapor: 'Tidaklah aku tinggalkan pasangan suami istri melainkan aku telah jadikan keduanya berpisah (cerai)'. Maka sang raja mengatakan: 'Dekatkan dia padaku, sembari mengucapkan; 'Sebaik-baik pasukan adalah engkau". HR Muslim no: 2813. dari sahabat Jabin bin Abdillah radhiyallahu 'anhu.
Beberapa perkara yang bisa membentengi diri dari tipu daya iblis diantaranya ialah:
1. Ikhlas.
Manakala setan mengetahui bahwa tidak ada sarana yang bisa menyesatkan orang-orang yang ikhlas maka dia kecualikan golongan ini dari syarat yang dia ajukan kepada Allah ta'ala untuk menyesatkan dan menjerumuskan manusia dalam perbuatan dosa. Hal itu sebagaimana yang Allah ta'ala jelaskan dalam firman -Nya:
﴿ قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٨٢ إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٨٣﴾ [ ص 82-83]
"Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba -Mu yang ikhlas di antara mereka". (QS Shaad: 82-83).
Dan Allah ta'ala berfirman tentang hak yang disandang oleh ash-Shidiq Yusuf 'alaihi sallam:
﴿ كَذَٰلِكَ لِنَصۡرِفَ عَنۡهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلۡفَحۡشَآءَۚ إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٢٤ ﴾ [يوسف 24]
"Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih". (QS Yusuf: 24).
Maka keikhlasan bisa dikatakan sebagai sarana untuk bisa menyudahi tipu daya setan, dan orang-orang yang ikhlas maka dia menjadikan seluruh amal ibadahnya mutlak hanya untuk Allah jalla wa 'ala, ucapannya untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla, memberi dan menahan, cinta dan benci maka ia jadikan seluruhnya hanya untuk Allah ta'ala semata.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: 'Dan Allah ta'ala memberi ujian kepada para hamba -Nya yang beriman untuk mensucikan mereka dari dosa dan kesalahan, dan diantara bentuk rahmat Allah Shubhanahu wa ta’alla yang diberikan kepada para hamba -Nya yang ikhlas ialah dipalingkanya mereka dari perkara-perkara yang bisa menipu dirinya, hal tersebut sebagaimana yang Allah ta'ala firmankan:
﴿ كَذَٰلِكَ لِنَصۡرِفَ عَنۡهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلۡفَحۡشَآءَۚ إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٢٤ ﴾ [يوسف: 24]
"Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih". (QS Yusuf: 24).
Kalimat as-Suu'u artinya ialah kemungkaran dan al-Fahsyaa artinya adalah perbuatan zina".[4]
Dan tatkala Yusuf mengikhlaskan ibadah hanya kepada Rabbnya, maka dirinya dipalingkan nya dari godaan dan rayuan yang mengajak pada perbuatan nista dan keji, maka kesimpulannya ikhlas adalah sarana untuk bebas dari tipu daya Iblis.[5]
2. Membiasakan diri untuk membaca al-Qur'an siang dan malam.
Dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam pernah lewat didepan rumahnya Abu Bakar dan Umar, sedangkan keduanya sedang sholat malam…dan pada akhir hadits ini diterangkan. Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan kepada Umar apa yang menyebabkan untuk mengeraskan bacaan al-Qur'annya, maka dia menjawa: 'Untuk membangunkan orang serta mengusir setan". HR Abu Dawud no: 1329. Dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/246-247 no: 1180.
3. Membaca surat al-Baqarah secara khsusus.
Dalilnya adalah sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallamyang dikeluarkan oleh Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ » [أخرجه مسلم]
"Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan, sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan didalamnya surat al-Baqarah". HR Muslim no: 780
4. Membaca ayat kursi ketika akan tidur.
Berdasarkan haditsnya Abu Hurairah yang menjelaskan tentang kisahnya bersama jin yang berhasil dia tangkap, dan hadits ini dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya. Dan pada akhir hadits tersebut diterangkan bahwa setan mengajari Abu Hurairah untuk membaca ayat kursi karena sesungguhnya orang yang membacanya senantiasa dalam penjagaan Allah dan tidak didekati oleh setan sampai pagi harinya. Maka tatkala Abu Hurairah mengabarkan hal tersebut kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam beliau mengatakan: 'Dia telah berkata jujur sedangkan dia adalah pendusta". HR Bukhari no: 2311.
5. Membaca al-Mu'awadzatain (surat al-Falaq dan an-Naas).
Berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dari sahabat Uqbah bin Bari radhiyallahu 'anhu, disebutkan bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh untuk membaca al-Mu'awadzatain, dan berpesan kepada Uqbah:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يا عقبة تعوذ بهما فما تعوذ متعوذ بمثلهما » [ أخرجه أبو داود]
"Wahai Uqbah berlindunglah (dari setan) dengan membaca keduanya, karena tidak ada perlindungan yang lebih kokoh dari semisal keduanya". HR Abu Dawud no: 1463, Dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/275 no: 1299.
Dan diantara moment-moment yang ada dalilnya tentang disunahkanya membaca dua surat tersebut ialah:
· Dipagi hari.
· Tatkala sore hari.
· Ketika berbaring untuk tidur.
· Seusai sholat.
· Tatkala meruqyah orang yang diganggu sihir.
· Dan untuk meruqyah orang yang sedang sakit. Dll.
6. Berdzikir dengan mengucapkan Tahlil sebanyak seratus kali.
Sebagaimana hadits shahih dalam shahih Bukhari dan Muslim yang menjelaskan akan tersebut, seperti yang dinukil dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ » [ أخرجه البخاري و مسلم]
"Barangsiapa membaca:
" لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ".
'Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah dengan benar melainkan Allah semata yang tidak ada sekutu baginya. Bagi -Nya kerajaan dan pujian, dan Dia atas segala sesuatu Maha Mampu'. Dalam sehari seratus kali, baginya pahala seperti membebaskan sepuluh orang budak, dan akan dicatat baginya seratus kebaikan serta dihapus atasnya seratus kejelekan, lalu dirinya akan dibentengi dari setan pada hari tersebut sampai sore". HR Bukhari no: 3293, Muslim no: 2691.
1. Membaca basmallah tatkala keluar rumah, bersetubuh, masuk kamar kecil dan ketika mau makan.
Hal itu berdasarkan sebuah hadits shahih yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Jabir radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ » [ أخرجه مسلم]
"Apabila seseorang masuk rumahnya lalu berdzikir tatkala mau masuk rumah dan ketika akan makan, maka setan berkata: 'Tidak ada tempat untuk berteduh dan makan malam untuk kalian'. Dan jika dirinya masuk rumah lalu dia tidak berdzikir kepada Allah, maka setan mengatakan: 'Aku mendapatkan tempat berteduh untuk kalian’. Apabila orang tersebut mau makan dan tidak berdzikir, maka setan berkata: 'Aku mendapati tempat berteduh dan makan malam untuk kalian ". HR Muslim no: 2018.[6]
Dan yang paling penting ialah mengetahui secara rinci permusuhan serta sarana yang digunakan setan untuk memperdayai bani Insan sebagaimana yang telah datang keterangannya baik dalam al-Qur'an maupun hadits-hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian mengambil sarana lain yang bisa membantu dirinya untuk memahami hal tersebut dengan membaca buku-bukunya para ulama yang menjelaskan permasalahan ini. Diantaranya ialah bukunya Ibnu Qoyim yang berjudul: 'Ighatsatul Lahfaan min Mashaaidil syaithan'. Dan kitabnya Ibnu Jauzi yang berjudul: 'Talbisul Iblis'. Serta buku-buku yang lainnya.
Akhirnya kita ucapkan segala puji hanya milik Allah Shubhanahu wa ta’alla, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga beliau serta para sahabatnya.
[1] . Ad-Daa'u wad Dawaa'u karya Ibnu Qoyim hal: 148-149. dengan sedikit perubahan.
[2] . Syarh Sunah oleh al-Baghawi 14/404.
[3] . Shahih Muslim bi syarh an-Nawawi 60/156.
[4] . Istiqomah oleh Ibnu Taimiyah 2/59.
[5] . Ighatsatul Lahfaan karya Ibnu Qoyim 2/141.
[6] . Lihat lebih lengkapnya dalam masalah ini kitabnya saudara kami Syaikh Abdul Hadi Wahbi yang berjudul: 'Al-Hisnul Hashin minasy Syaithan ar-Rajiim'.