×
Berzikir adalah perbuatan yang paling baik, utama, mudah dikerjakan. Dia lebih utama dari berjihad dan berinfaq serta sebagai tanda keihkalasan. Dia membuat hati dan badan menjadi kuat dan tegar serta menumbuhkan rasa cinta kepada Allah.

    Berzikir Kepada Allah

    ] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

    Muhammad bin Abdullah bin Mu’aidzir

    Terjemah : Muzaffar Sahidu

    Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

    2012 - 1433

    ﴿ الذكر ﴾

    « باللغة الإندونيسية »

    محمد بن عبد الله بن معيذر

    ترجمة: مظفر شهيد

    مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو

    2012 - 1433

    Berzikir Kepada Allah

    Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta'alla dengan pujian yang banyak, Tuhan semesta alam, segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan balasan kebaikan kepada orang-orang yang berzikir kepada -Nya balasan yang tidak berikan -Nya kepada seorangpun di alam semesta ini, memperkenankan semua permohonan mereka dengan penuh kedermawanan, mengangkat derajat mereka bersama malaikat-malaikat yang derajatnya tinggi:

    قال الله تعالى: ﴿ ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ﴾ [ال عمران: ٩١]

    "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha SuciEngkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. Ali Imron : 91).

    Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, Zat Yang Paling berhak untuk disebut-sebut, Yang Paling utama untuk dipuji. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah hamba hamba dan rasul -Nya, orang terbaik yang selalu berdzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla, orang terbaik dalam bersyukur kepada -Nya. Dia mengjarkan kepada kita: “Sungguh aku mangucapkah Subhanallah, wal hamdulillah, wa la ilaha illa Allah, wa Allahu Akbar lebih aku cintai dari apa yang menyebabkan matahari itu terbit”. HR. Muslim, kitab Al-Zikar wa du’a hal. 2695.

    Amma Ba’du. Wahai sekalian hamba Allah Shubhanahu wa ta'alla, Aku berwasiat kepada kalian agar selalu bertaqwa kepada -Nya. Dan ketahuilah bahwa orang yang mengingat Allah Shubhanahu wa ta'alla di dalam dirinya niscaya Dia pasti mengingatnya di dalam dirinya, dan barangsiapa yang mengingat Allah Shubhanahu wa ta'alla di dalam sebuah kelompok maka Allah Shubhanahu wa ta'alla pasti mengingat -Nya dalam kelompok yang lebih baik darinya di dalam sebuah pertemuan suci, dan orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla, merekalah orang-orang yang dekat dengan Allah Azza Wa Jalla.

    Dari Abu Dzar radhiallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidakkah kalian mau jika aku memberitahukan kepada kalian tentang perbuatan yang paling baik, amalan yang paling suci di sisi Penguasa kalian, lebih tinggi derajatnya, lebih baik dari menginfakkan emas atau perak, dan labih baik dari berperang melawan musuh-musuh kalian lalu kalian membunuh mereka atau mereka membunuh kalian?. “Ya”. Jawab para shahabat. “Berdzikir kepada Allah Ta’ala”. Jawab Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.[1]

    Suatu saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memasuki mesjid, ternyata di dalamnya beliau menemukan seorang lelaki dari kaum Ansor, bernama Abu Umamah. Rasulullah beratanya kepadanya: “Wahai Abu Umamah mengapa engkau duduk termangu di dalam mesjid bukan pada waktu shalat? “Aku sedang dikuasai kebimbangan karena hutang yang melilit”. Jawabnya. Tidakkah aku mengajarkan kepada kalian sebuah do’a yang apabila engkau diucapkan maka Allah Shubhanahu wa ta'alla akan menghilangkan kebimbanganmu dan dirimu terbebas dari hutang piutang?. “Aku tentu mau wahai Rasulullah”. Jawabnya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Apabila engkau berada di waktu pagi atau petang maka ucapkanlah:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ، و أَعُوْذُ بِكَ من َالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ ، وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ غلبة الدَّيْنِ وَقهر الرِّجَالِ» [ أخرجه أبو داود ]

    “Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari (hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, aku berlindung kepadaMu dari (hal yang) kelemahan dan malas, aku berlindung kepadaMu dari (hal yang) membuatku menjadi bakhil dan penakut, aku berlindung kepadaMu dari lilitan hutang dan penindasan orang

    Shahabat tersebut berakta: Akupun mengucapkannya dan Allah menghilangkan kebimbanganku dan hutangkupun terbayar”.HR. Abu Dawud kitab shalat hal. 1555.

    Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang selalu beristighfar maka Allah Shubhanahu wa ta'alla akan menjadikan baginya jalan keluar pada setiap kesempitan yang menghimpitnya, melapangkannya dari setiap kebimbangan dan memberikannya rizki dari jalan-jalan yang tidak disangka-sangkanya”.HR. Abu Dawud, kitab shalat hal. 1018, Ibnu Majah dan Ahmad.

    Wahai saudaraku sekalian. Allah Shubhanahu Wa Ta’ala telah memerintahkan kita untuk banyak berdzkir kepada -Nya. Seperti yang disebutkan di dalam firaman -Nya:

    قال الله تعالى: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرٗا كَثِيرٗا ٤١ وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَةٗ وَأَصِيلًا ﴾ [الاحزاب: 41-42]

    "Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang". (QS. Al-Ahzab: 41-42).

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan bahwa mengingat -Nya lebih besar dari segala sesuatu. Allah Ta’ala berfirman:

    "dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain)". (QS. Al-Ankabut:45).

    Mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai salah satu faktor yang menjadikan hati merasa tentram:

    "Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram". (QS. Al-Ra’du: 2)

    Dan Allah Ta’ala telah memuji kaum beriman yang selalu berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla baik dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring.

    Pola hidup inilah yang dipraktikkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di mana beliau berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla di dalam segala kondisi beliau, dan di dalam sabda beliau yang telah kita sebutkan sebelumnya: Tidakkah kalian mau jika aku memberitahukan kepada kalian tentang perbuatan yang paling baik, amalan yang paling suci di sisi Penguasa kalian, lebih tinggi derajatnya, lebih baik dari menginfakkan emas atau perak, dan labih baik dari berperang melawan musuh-musuh kalian lalu kalian membunuh mereka atau mereka membunuh kalian?. “Ya”. Jawab para shahabat. “Berzikir kepada Allah Ta’ala”. Jawab Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.[2]

    Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjadikan zikir lebih baik dari berinfak di jalan Allah Shubhanahu wa ta'alla dan berjihad di jalan -Nya. Berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla adalah wasiat yang telah diberikan kepada salah seorang sahabat yang merasa syi’ar Islam telah banyak dan berat baginya. Suatu ketika seorang shahabat mengadu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Wahai Rasulullah, aku merasakan syari’at Islam telah banyak bagiku, maka beritahukanlah kepadaku tentang sebuah tuntunan yang selalu aku perbuat: “Lisanmu selalu basah dengan berzikir kepada Allah”. HR. Al-Tirmudzi kitab al-da’wat, Ibnu Majah dan Ahmad.

    Berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla adalah salah satu tanda keikhlasan, orang yang berzikir kepada -Nya di dalam keheningan dan air matanya berlinang karena takut kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla akan berada di bawah naungan -Nya pada hari kiamat, majlis-majlis dzikir selalu dinaungi oleh para malaikat, diliputi rahmat dan ketenangan diturunkan padanya dan Allah menyebutnya di sisi -Nya pada kelompok yang lebih baik di sisi Allah Shubhanahu wa ta'alla.

    Berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla adalah faktor yang menyebabkan Nabi Yunus 'alihissalam diselamatkan:

    قال الله تعالى: ﴿فَلَوۡلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُسَبِّحِينَ . لَلَبِثَ فِي بَطۡنِهِۦٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ﴾ [الصافا ت: 143-144]

    "Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah . Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit". (QS. Al-Shaffat: 143-144).

    Berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla adalah salah satu cara untuk melepaskan kekangan setan dari seorang muslim, di mana pada saat seseroang tidur maka setan mengikatnya dengan tiga kekangan, dan apabiala dia bangun dari tidurnya lalu berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla maka lepaslah satu ikatan, apabila dia berwudhu maka terlepaslah ikatan yang lain dan apabila dia mendirikan shalat maka terlepaslah ikatan yang ketiga. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Perumpamaan orang yang selalu berzikir kepada Allah, Tuhannya dan orang yang tidak berzikir kepadaNya sama seperti orang yang mati dan hidup”.HR. Al-Bukhari, Kitab Al-D’awat hal. 6407.

    Dan penghuni surga tidak merasa rugi terhadap sesuatu apapun kecuali atas berlalunya masa yang tidak dimanfaatkan untuk berzikir kepada -Nya pada saat mereka hidup di dunia. Dan seyogyanya bagi kita untuk menela’ah sebagian dari manfaat berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla, semoga kita terdorong untuk selalu menjaganya. Imam Ibnul Qoyyim rahimhullah telah menyebutkan lebih dari seratus point keutamaan berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla, dan seandainya dzikir itu tidak penting niscaya perintah untuk berdzikir tidak ditekankan baik di dalam Al-Qur’an maupun sunah, di mana banyak perintah berzikir kita temukan di dalam kitab Allah Shubhanahu wa ta'alla atau di dalam sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Allah Shubhanahu wa ta'alla telah memerintahkan berdzikir dalam kondisi yang paling kritis, di mana Allah memrintahkan untuk berdzikir di saat bertemu dengan musuh:

    قال الله تعالى: ﴿يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا لَقِيتُمۡ فِئَةٗ فَٱثۡبُتُواْ وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرٗا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ﴾ [الأنفال: 45]

    "Hai orang-orang yang beriman apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. QS. AL- Anfal: 45".

    Di antara manfaat berzikir adalah: Mengusir setan dan mendatangkan keredhaan Allah Shubhanahu wa ta'alla Yang Maha Rahman. Dia menghilangkan kebimbangan dan kesedihan hati, menjadikan hati merasa tentram, membuat wajah menjadi bersinar terang dan berzikir juga sebagai salah satu faktor pembawa rizki….

    Di antara manfaat dzikir adalah tumbuhnya rasa cinta kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla di dalam hati sanubari, dan orang yang mencintai sesuatu maka dia akan selalu menyebutnya. Di antara manfaat dzikir adalah tumbuhnya jiwa yang selalu kembali kepada -Nya, maka Allah Shubhanahu wa ta'alla sebagai Zat untuk berlindung kepada -Nya….

    Di antara manfaat dzikir adalah sebagai pintu untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan, di mana dia akan memahami berbagai macam ilmu yang tidak dipahaminya kecuali dengan berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla. Oleh karena itulah banyak para ulama yang memanfaatkan zikir kepada Allah sebagai sarana untuk memahami perkara-perkara yang sulit. Lihatlah syikhul Islam Ibnu Taimiyah, dia berkata: Terkadang aku tidak memahami suatu masalah lalu aku beristigfar seratus kali kemudian berdo’a kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla: Ya Allah Yang telah mengajarkan Nabi Ibrahim, ajarkanlah ilmu ini kepadaku, Ya Allah Yang telah memberikan kepahaman kepada Nabi Sulaiman berikanlah kepahaman kepadaku”. Ibnul Qoyyim murid Ibnu Taimiyah rahimhullah berkata tentang syekhnya: Apabila beliau telah melaksanakan shalat fajar maka beliau tetap duduk pada majlisnya guna berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla dan meminta ampun kepada -Nya sampai matahari meninggi, lalu aku bertanya kepadanya kenapa hal itu dilakukannya: Wahai anakku, inilah sarapan pagiku dan seandainya aku meninggalaknnya maka hancurlah kekuatanku”.

    Di antara manfaat zikir adalah dia bisa membuat hati menjadi kuat dan mengokohkannya di saat yang paling genting. Oleh karena itulah kita melihat banyak peperangan yang dimenangkan oleh kaum muslimin padahal jumlah mereka sedikit sementara musuh berjumlah banyak dan senjata yang kuat.

    Di antara manfaat dzikir adalah dia menghapuskan sikap menjauh antara seorang hamba dengan Tuhannya. Majlis dzikir adalah majlis yang dikelilingi oleh para malaikat dan seorang hamba akan terbebas dari kerugian pada hari kiamat.

    Sekalipun berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla adalah ibadah yang paling mudah dan paling gampang bagi seorang hamba namun timbangan pahalanya sangat berat di sisi Allah Shubhanahu wa ta'alla pada hari kiamat kelak, sebab Nabi Muhammad Shallallahu aliahi wa sallam bersabda: Dua kalimat yang ringan di lisan, berat timbangannya dan disenangi oleh Allah Yang Maha Penyayang adalah: Subahanallahil Aziim dan Subahanallahu Wa bi Hamdihi”. Al-Bukhari kitab Al-Da’wat hal: 6406. Dua kalimat ini tidak membutuhkan waktu yang banyak dan tanaga yang besar namun dia hanya membutuhakn taufiq dan hidayah dari Allah Shubhanahu wa ta'alla semata.

    Tanaman-tanaman surga adalah dzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla. Di dalam hadits yang shahih disebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Aku telah bertemu dengan Nabi Ibrahim pada peristiwa isra’ mi’raj dan dia berkata: Wahai Muhamad samapikanlah salamku kepada umatmu dan beritahukan kepada mereka bahwa surge itu memiliki tanah yang indah, air yang segar di dalamnya terdapat sebuah tanah lapang yang dan tanaman yang tumbuh padanya adalah سبحان الله والحمد لله ولاإله إلا الله والله أكبر HR. Turmudzi kitabud da’wat hal.3462 hadits shahih. Oleh karena itulah orang yang mengatakan: سبحان الله وبحمده maka akan ditanamkan baginya sebuah tanaman di dalam surga.

    Berzikir kepada Allah akan membuat hati menjadi lembut dan tidak keras. Seorang lelaki datang kepada salah seorang ulama salaf dan mengadu kepadanya kekerasan hatinya serta ketidak khusyu’an dan ketundukannya kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla lalu dia menjawab: Tatalah kekerasan hatimu dengan berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla.

    Berzikir adalah salah satu cara untuk mendatangkan nikmat Allah:

    "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu,". (QS. Ibrahim: 7).

    Berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta'alla sebagai salah satu sebab seseorang hamba menadapat do’a ampunan dari para malaikat:

    قال الله تعالى: ﴿ ياأيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرٗا كَثِيرٗا . وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَةٗ وَأَصِيلًا . هُوَ ٱلَّذِي يُصَلِّي عَلَيۡكُمۡ وَمَلَٰٓئِكَتُهُۥ لِيُخۡرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۚ وَكَانَ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَحِيمٗا ﴾ [الأحزاب : 41-43 ]

    ”Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Ahzab: 41-43)

    Allah Ta’ala membanggakan orang-orang yang berzikir kepada -Nya di hadapan para malaikat. Diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimhullah di dalam kitab shahihnya dari Abi Said berkata: Mu’awiyah keluar menuju sebuah kelompok di dalam masjid lalu dia bertanya: “Apakah yang mendorong kalian duduk-duduk berkumpul di sini? “Kami duduk-duduk untuk berzikir kepada Allah”. Jawab mereka. “Demi Allah kalian tidak berkumpul kecuali karena tujuan tersebut?”. Tanyanya kembali. “Demi Allah kami tidak berkumpul kecuali karena tujuan tersebut”. Jawab mereka kembali. Lalu Mu’awiyah berkata: “Sesungguhnya aku tidak meminta kalian bersumpah atas nama Allah Shubhanahu wa ta’alla karena aku mencurigai kalian, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam keluar menuju para shahabat yang sedang berkumpul lalu beliau bertanya: “Apakah yang mendorong kalian duduk-duduk di sini? “Kami duduk berkumpul guna berdzikir kepada Allah dan memuji -Nya karena telah menunjukkan dan menganugrahkan Islam kepada kami”. Jawab mereka. “Demi Allah kalian tidak duduk berkumpul kecuali karena tujuan tersebut?”. Tanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada mereka. Mereka menjawab: “Demi Allah kami tidak duduk kecuali karena hal tersebut”. Lalu beliau bersabda: Demi Allah, aku tidak meminta kalian bersumpah karena aku mencurigai kalian, akan tetapi Jibril datang kepadaku bahwa Allah Ta’ala membanggakan kalian di hadapan para malaikat”. HR. Muslim kitab Al-Zikr Wa Du’a hal. 2701.

    Wahai saudara-saudara yang beriman! Kitab-kitab hadits penuh dengan berbagai baca-bacaan dzikir, do’a dan wirid-wirid yang dianjurkan untuk membacanya dalam kehidupan sehari-hari baik siang atau malam, baik pagi atau petang. Di antara dzikir-dzikir tersebut ada yang bersifat mutlak yang boleh diucapkan setiap waktu dan keadaan dan ada sebagian dzikir yang diucapkan pada saat sebab-sebabnya ada.

    Kami akan ketengahkan contoh-contoh dzikir ini semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla memberikan petunjuk -Nya bagi kita untuk bisa menghapalnya, agar lisan kita selalu mengucapkannya dan kita dicatat sebagai orang-orang yang selalu berzikir kepada Allah.

    Di antaranya, hadits yang berbicara tentang orang yang dirundung kebimbangan, kebingungan, bencana atau petaka. Yaitu do’a yang diucapkan oleh Dzin Nun alaihis salam:

    قال الله تعالى: ﴿ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَٰنَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴾ [الأنبياء: 87]

    "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya Aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al-Anbiya’: 87).

    Dan apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ditimpa suatu musibah maka beliau berkata: Apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dirundung kesusahan karena suatu perkara maka beliau membaca: “يا حي يا قيوم برحمتك أستغيث” Ya Allah Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri dengan rahmatMu aku memohon pertolongan”. HR. Turmudzi, kitabud da’wat hal. 3524.

    Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memberikan tuntunan bagi orang yang banyak hutang dan kebingungan untuk mengucapkan do’a seperti apa yang diriwayatkan oleh Ali radhiallahu anhu dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada orang yang tidak mampu membayar hutangnya: Tidakkah aku mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yang telah diajarkan kepadaku oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam walau seandainya engkau memiliki hutang sebesar gunung niscaya Allah Shubhanahu wa ta’alla akan menunaikan hutangmu dan beliau mengajarkan: bacalah

    اَللَّهُمَّ اكْفِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

    “Ya Allah! Cukupilah aku dengan rezeki -Mu yang halal (hingga aku terhindar) dari yang haram. Perkayalah aku dengan karuniaMu (hingga aku tidak minta) kepada selainMu.” [154]

    Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kalian selalu berdzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan bertaqwa kepada -Nya dan ingatlah firman Allah Ta’ala:

    قال الله تعالى: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ ﴾ [ المنافقون: 9]

    ”Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi”. (QS. Al Munafiqun: 09).

    Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, Tuhan semesta alam. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla mencurhkan shalawat dan salam kepada penghulu kita Muhammad Shalallahu ‘alihi wasallam, kepada keluarga dan para shahabatnya.

    Khutbah Kedua

    Segala puji hanya milik Allah Shubhanahu wa ta’alla, Tuhan semesta alam, dan kesudahan yang baik hanya bagi orang-orang yang bertaqwa dan tiada permusuhan kecuali kepada orang-orang yang dzalim. Dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla, Pelindung orang-orang yang shaleh, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, imam orang-orang yang bertaqwa…

    Amma Ba’du: Allah Ta’ala berfirman:

    قال الله تعالى: ﴿ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا﴾ [الأحزاب: 21]

    “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat”. (QS. Al-Ahzab: 21).

    Mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. (QS. Al An’am: 90).

    Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita berbagai bacaan dzikir yang semestinya dibaca pada setiap sisi kehidupan. Di antaranya ada bacaan dzikir yang dibaca saat tidur dan bangun tidur, di dalam shahihul Bukhari dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang bangun dari tidurnya pada waktu malam lalu membaca:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. الحَمْدُ لِلَّهِ وسُبْحَانَ اللهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ أللهم اغْفِرْ لِيْ [أخرجه البخاري]

    ‘Tiada Tuhan yang haq selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi -Nya. Bagi -Nya kerajaan dan pujian. Dia -lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. segala puji bagi Allah Maha Suci Allah, tiada Tuhan yang haq selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung’. ‘Wahai, Tuhanku! Ampunilah dosaku’. Dan apabila dia berdo’a maka Allah akan mengabulkan do’anya dan apabila dia berwudhu’ dan shalat maka shalatnya akan terima”.HR. Bukhari kitab Al Jum’ah hal. 1154

    Saudara sekalian. Manhaj generasi salaf sangat jelas dan terang bagi orang yang menela’ah perjalanan hidup dan sejarah mereka. Mereka bangun pagi sebelum waktu fajar tiba, lalu mendirikan shalat malam semampu mereka kemudian mengakhiri shalat malam dengan mengerjakan shalat witir sebelum fajar tiba.

    Allah Ta’ala memuji orang-orang yang mengucapakan istighfar pada waktu sahur, lalu apabila fajar telah terbit dia bangkit mendirikan dua rekaat sunnah fajar, kemudian diikuti dengan menidirikan shalat dua rekaat fajar, setelahnya duduk berzikir sehingga matahari terbit seukuran tombak kemudian dilanjutkan dia bangkit mendirikan shalat dua rekaat. Barangsiapa yang mengerjakan aktifitas ini secara berkesinambungan maka lisannya termasuk lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah Azza Wa Jalla dan termasuk orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, orang-orang yang dijanjikan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla, dengan ampunan -Nya, pahala yang agung dan kemenangan di dunia dan akherat.

    Saudaraku yang beriman, nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh dalam mengajarkan para shahabat berbagai macam bacaan dzikir. Bahkan disebutkan di dalam riwayat bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada para shahabat untuk selalu beristiharah di dalam segala perkara mereka sebagaimana beliau mengajarkan kepada mereka surat-surat Al-Qur’an.[3]

    Diriwayatkan oleh Mus’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqas dari bapaknya radhillahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersungguh-sungguh mengajarkan kepada kami bacaan-bacaan dzikir di bawah ini sebagaimana seseorang mengajarkan tata cara menulis:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللهم إني أعوذبك من البخل وأعوذبك من الجبن و أعوذبك من أن نرد إلى أرذ العمر و أعوذبك من فتنة الدنيا وعذاب الآخرة » [ أخرجه البخاري ]

    “Ya Allah kami berlindung kepada -Mu dari sifat kikir, dan aku berlindung kepadaMu dari sifat pengecut, dan aku berlindung kepadaMu dari dikembalikan kepada usia yang lanjut, aku berlindung kepadaMu dari fitnah dunia dan siksa kubur”. Al-Bukhari, kitab da’wat hal 6027.

    Dan apabila salah seorang di antara mereka salam mengucapkan suatu bacaan tertentu; mendahulukan kata-kata yang disebutkan belakangan maka mereka kembali merevisi bacaan mereka dihadapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam agar amalkan dengan penuh ketepatan.

    Dari Al Barra’ bin Azib radhiallahu anhu berkata; Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah di sisi pinggangmu yang sebelah kanan lalu ucapaknlah:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اَللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وجهي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِيَ إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِيْ إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِيْ أَرْسَلْتَ » [ أخرجه أحمد في مسنده ]

    “Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada -Mu, aku menghadapkan wajahku kepada -Mu, aku menyandarkan punggungku kepada -Mu, karena senang (mendapatkan rahmat -Mu) dan takut pada (siksaan -Mu, bila melakukan kesalahan). Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dari (ancaman) -Mu, kecuali kepada -Mu. Aku beriman pada kitab yang telah Engkau turunkan, dan (kebenaran) Nabi -Mu yang telah Engkau utus.” (HR. Ahmad).

    Apabila engkau meninggal dunia (di waktu tidur), maka kamu akan meninggal dunia dengan memegang fitrah (agama Islam)”. Apabila dirimu meninggal pada malam itu maka engkau mati dalam keadaan fitrah. Dan jadikanlah bacaan tersebut sebagai ucapan terakhir yang terucap darimu. Perawi berkata: Maka akupun memperdengarkan bacaanku kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan pada saat bacaanku sampai pada kalimat:

    (آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ) lalu aku berkata: (ورسولك) maka beliau menegurku: “Bukan itu”, tegur beliau, yang benar adalah

    (وَبِنَبِيِّكَ الَّذِيْ أَرْسَلْتَ)[i]

    Demi Allah, semua dzikir-dzikir ini adalah perisai yang menjaga seseorang dari tipu daya setan baik jin dan manusia, penangkal dari segala yang membahayakan manusia.

    Saudaraku seiman, aku berwasiat kepada kalian untuk selalu membaca dzikir-dzikir ini, memiliki buku-buku yang menghimpun bacaan-bacaan dzikir ini, semuanya mudah didapatkan, di antara buku-buku tersebut ada yang besar seperti kitab karangan imam Nawawi, dan diantaranya ada kitab-kitab saku yang kecil yang mudah di bawa ke mana-mana.

    Janganlah kita hanya mengkhususkan diri kita semata dengan bacaan-bacaan dzikir tersebut, hendaklah kita didik anak-anak kita untuk selalu membaca dzikir-dzikir ini agar mereka tumbuh dan terbiasa dengan berdzikir dan taat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla.

    Di akhir khutbah ini aku mengingatkan kepada saudara-saudaraku seiman dengan sebuah bacaan yang merupakan salah satu bekal yang sangat agung di dalam surga, aku mewasiatkan kalian dan diriku sendiri untuk selalu menjaganya, itulah sayyidul istigfar, di mana orang yang membacanya di saat pagi dan petang dan dia meyakininya lalu meninggal dunia pada hari tersebut atau pada malam tersebut maka dia pasti masuk surga. Bacaan zikir tersebut adalah:

    اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. [ رواه البخاري]

    “Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakan aku. Aku adalah hamba -Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan -Mu semampuku. Aku berlindung kepada - Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmatMu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” Al-Bukhari kitabud Da’wat: hal. 6306.

    Jagalah agar selalu tetap membaca ayat kursi setiap kali selesai shalat sebab orang yang selalu membacanya setelah selesai shalat maka sungguh tidak ada penghalang antara dirinya dengan surga kecuali jika dia meninggal dunia.

    Wahai sekalian manusia: Seorang yang shaleh pernah berkata; Sungguh jika aku melakukan suatu maksiat maka aku mendapatkan akibatnya pada prilaku hewan dan istriku (yang aneh), sebuah akibat yang begitu sensitif. Alangkah jernihnya hati dan jiwa mereka. Sebalikanya, kita melihat sebagian orang yang tenggelam dan dikalahkan oleh kemaksiatan serta hawa nafsu membela diri dengan berbagai alasan saat bencana dan musibah menimpa mereka dan mereka lupa bahwa yang menciptakan semua itu adalah Zat yang menciptakan sebab dan Tuhan semesta alam, pencipata segala sesuatu dari tanah, yang menangguhkan akibat suatu kemaksiatan namun Dia tidak pernah lengah sedikitpun, menganugrahkan segala nikmat -Nya kepada seluruh hamba-hamba -Nya sekalipun mereka bermaksiat kepada -Nya, menampakkan kepada mereka sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah Shubhanahu wa ta’alla sebagai peringatan walau mereka tetap tidak mau menyadari.

    Sesungguhnya benci terhadap kemaksiatan adalah sebagai bukti adanya keimanan di dalam sanubari seorang hamba, disebutkan di dalam sebuah hadits: Sesungguhnya apabila orang yang beriman berbuat suatu kebaikan maka dia gembira dengannya dan dia mengharap pahala dari perbuatan tersebut, dan apabila dia terjebak kemaksiatan maka dia takut dengan akibat kemaksiatan tersebut”.

    Inilah yang dapat saya sampaikan, dan ucapkanlah shalawat dan salam kepada peminpin dan penghulu kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, para keluarga dan para shahabatnya yang mulia. Dan aku berdo’a kepada Allah Ta’ala agar Dia menjadikan kita sebagai orang yang selalu berdzikr kepada -Nya, mempermudah jalan yang kita tempuh, melapangkan dada-dada kita, menyampaikan kita kepada tujuan kita baik dalam urusan agama, dunia dan akhirat.

    [1] HR.Al-Turmudzi, kitabud da’awat hal. 3377, Ahmad, al Musnad 1195, Imam Malik, Al Muwatha’, al nida’ lishalat hal.490

    [2] HR.Al-Turmudzi, kitabud da’awat hal. 3377, Ahmad, al Musnad 1195, Imam Malik, Al Muwatha’, al nida’ lishalat hal.490

    [3] Al-Bukhari Kitab Tauhid Hal. 6955.

    [i] Al-Bukhari kitab Al-Wudhu hal. 244.