Jumlah Rekaat Shalat Tarawih
Klasifikasi
- Shalat Tarawih << Shalat Sunah << Shalat << Ibadah << Fikih
Full Description
Jumlah Rakaat Shalat Tarawih
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmiah dan Fatwa
Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2012 - 1433
﴿ عدد ركعات التراويح ﴾
« باللغة الإندونيسية »
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
ترجمة: محمد إقبال أحمد غزالي
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2012 - 1433
بسم الله الرحمن الرحيم
Jumlah Rakaat Shalat Tarawih
Pertanyaan: Bagaimana pendapat para ulama fikih, para pemuka agama tentang shalat Tarawih, apakah yang sunnah dua puluh rakaat atau delapan rakaat? Apabila yang sunnah adalah delapan rakaat, kenapa dilaksanakan dua puluh rakaat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi? Sebagaimana kami mendengar bahwa dilaksanakan dua puluh rakaat, dan masyarakat secara umum berdalil dengan hal itu, bahwa yang sunnah adalah dua puluh rakaat.
Jawaban: Shalat Terawih adalah shalat sunnah yang dilakukan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam. Dalil-dalil menunjukkan bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam tidak menambah di bulan Ramadhan dan tidak pula di bulan lainnya dari sebelas rakaat, Abu Salamah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, "Bagaimana shalat Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan? Ia menjawab, "Beliau tidak menambah di bulan Ramadhan dan di bulan lainnya kecuali sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, engkau tidak perlu bertanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat empat rakaat, maka engkau tidak perlu bertanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: aku bertanya: ‘Ya Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum shalat witir? Beliau menjawab:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي))؛ متفق عليه
“Sesungguhnya kedua mataku tidur dan hatiku tidak tidur.”[1] Muttafaqun ‘alaih.
Diriwayatkan pula bahwa beliau shalat sebelas rakaat, berarti maksud ucapan Aisyah radhiyallahu ‘anha (Beliau tidak menambah di bulan Ramadhan dan di bulan lainnya atas sebelas rakaat) adalah berdasarkan kebiasaan, karena menggabungkan di antara hadits-hadits terkait, dan tidak mengapa lebih dari itu. Karena Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah membatasi jumlah rakaat shalat di malam hari, namun tatkala beliau ditanya tentang shalat malam, beliau menjawab:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوْتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى))؛ متفق عليه
“Dua rakaat, dua rakaat, apabila salah seorang darimu merasa khawatir masuk waktu subuh, ia shalat satu rakaat mengganjilkan shalat yang telah dia laksanakan.”[2] Muttafaqun ‘alaih.
Beliau tidak membatasi sebelas rakaat dan tidak pula jumlah yang lain, maka hal itu menunjukkan bahwa masalah dalam shalat malam di bulan Ramadhan dan bulan lainnya adalah luas.
Wabillahittaufiq, semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Fatawa Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmiah Dan Fatwa 7/194-196.