Pengobatan Dengan Ruqyah Untuk Penyakit Kejiwaan
Klasifikasi
Full Description
Pengobatan Dengan Ruqyah Untuk Penyakit Kejiwaan
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah
Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2011 - 1432
﴿ العلاج بالرقى للأمراض النفسية ﴾
« باللغة الإندونيسية »
الشيخ محمد بن صالح العثيمين رحمه الله
ترجمة: محمد إقبال أحمد غزالي
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2011 - 1432
بسم الله الرحمن الرحيم
Pengobatan Dengan Ruqyah Untuk Penyakit Kejiwaan
Pertanyaan: Apakah orang yang mukmin bisa menderita penyakit kejiwaan? Apakah obatnya secara syara? Perlu diketahui bahwa pengobatan modern mengobati penyakit ini hanya dengan obat-obatan modern (dari pabrik).
Jawaban: Tidak diragukan bahwa manusia bisa menderita penyakit kejiwaan dengan merasa gelisah (khawatir, takut) menghadapi masa depan dan duka cita terhadap masa lalu. Penyakit jiwa lebih banyak mempengaruhi badan dari pada penyakit yang di derita secara lahiriyah. Obat penyakit ini adalah dengan cara-cara syara’, maksudnya pengobatan secara ruqyah lebih sukses dari pada menggunakan obat modern, sebagaimana sudah diketahui.
Di antara obat-obatnya adalah: hadits shahih dari Ibnu Mas’ud Rhadiyallahu’anhu: ‘Tidak ada seorang mukmin yang tertimpa perasaan gelisah atau duka cita atau sakit hati, lalu ia membaca:
((اَللّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتَكِ, نَاصِيَتِي بِيَدِكَ’ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ, عَدْلٌ فِيَّ قَضَائُكَ, أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ, سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ: أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِي وَنُوْرَ صَدْرِي وَجلاَءَ حُزْنِي وَذهَابَ هَمِّي, إِلاَّ فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ)) (رواه أحمد وابن حبان والطبراني)
Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, anak hamba-Mu (perempuan), ubun-ubunku berada di tangan-Mu, terjadi padaku hukum-Mu, keputusan-Mu padaku sangat adil. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama-Mu, yang Engkau memberi nama dengannya untuk diri-Mu, atau Engkau memberi tahukan kepada seorang makhluk-Mu, atau Engkau turunkan pada kitab-Mu, atau hanya Engkau yang mengetahui dalam ilmu gaib: semoga Engkau menjadikan al-Qur`an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghapus sakit hatiku, dan yang menghilangkan kegelisahanku’ kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla melapangkan darinya.[1]
Ini adalah obat secara syara’. Demikian pula seseorang membaca:
((لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ)) (رواه أحمد والترمذي والحاكم)
“Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Engkau, maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang berbuat aniaya.”[2]
Barangsiapa yang ingin mengetahui lebih banyak hendaklah ia mempelajari kitab-kitab yang ditulis para ulama tentang zikir, seperti al-Wabil ash-Shayyib karya Ibnul Qayyim, al-Kalim ath-Thayyib karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiayh, al-Azdkar karya an-Nawawi, demikian pula Zadul Ma’ad karya Ibnul Qayyim.
Akan tetapi tatkala iman sudah lemah, lemah pula penerimaan jiwa terhadap obat-obat syara’. Jadilah manusia sekarang lebih berpegang kepada obat-obat konvensional (buatan pabrik) melebihi berpegangnya mereka terhadap obat-obat syara’. Ketika iman kuat, niscaya obat-obat syara’ sangat berpengaruh secara sempurna, bahkan pengaruhnya melebihi pengaruh obat konvensional. Tidak samar kepada kita semua tentang cerita seorang sahabat yang diutus oleh Nabi Muhammad Shalallahu’alihi wa sallam dalam suatu peperangan. Lalu mereka singgah di suatu perkampungan arab, namun penduduk desa itu tidak mau memberi jamuan kepada mereka. Maka Allah Shubhanahu wa ta’alla menghendaki bahwa pemimpin desa itu digigit ular berbisa. Sebagian dari mereka berkata kepada yang lain: Pergilah kepada kaum yang singgah itu, barangkali kalian menemukan seseorang yang bisa mengobati. Sahabat berkata kepada mereka: Kami tidak mau mengobati pemimpin kalian kecuali bila kalian memberi upah kambing seperti ini dan seperti ini (maksudnya beberapa ekor). Mereka menjawab: Tidak mengapa. Lalu salah seorang sahabat membaca surah al-Fatihah, hanya surah al-Fatihah. Lalu yang digigit tersebut berdiri seolah-olah dilepas dari ikatan. Seperti inilah bacalah al-Fatihah memberi pengaruh kepada laki-laki ini, karena ia muncul dari hati yang penuh iman. Lalu Nabi Muhammad Shalallahu’alihi wa sallam bersabda kepada mereka setelah kembali kepada beliau:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ)) (متفق عليه)
Rasulullah Shalallahu’alihi wa sallam bersabda: “Apakah yang memberi tahu kepadamu bahwa ia adalah ruqyah.”[3]
Akan tetapi di masa kita sekarang ini, agama dan iman sudah melemah. Manusia menjadi berpegang kepada perkara-perkara yang terasa lagi Nampak, dan mereka diuji padanya dalam realita. Akan tetapi muncul sisi lain golongan penyihir yang mempermainkan akal, kemampuan dan harta mereka, mereka mengaku bahwa mereka adalah para peruqyah yang shalih, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang memakai harta manusia dengan cara yang batil. Dan manusia berada di antara dua kutub yang bertolak belakang, di antara mereka ada yang ekstrem yang berpendapat bahwa bacaan tidak bisa memberi pengaruh apa-apa. Dan ada yang bersikap ekstrem dan mempermainkan akal manusia dengan bacaan-bacaan dusta yang menipu, dan di antara mereka ada yang bersikap netral.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin – Fatawa Wa Rasail (2/100-101).
Pengobatan dengan al-Qur`an dan Sunnah- ruqyah dan yang terkait dengannya hal. 22-24.
[1] HR. Ahmad 1/391, 452, Abu Ya’la (5297), al-Bazzar 994, Ibnu Hibban 972, ath-Thabrani dalam al-Kabir 10352. Al-Haitsami berkata dalam Majma Zawaid (10/136: perawi Ahmad dan Abu Ya’la adalah perawi shahih selain Abu Salamah al-Juhani, ditsiqahkan oleh Ibnu Hibban.
[2] HR. Ahmad 1/170, at-Tirmidzi3505, Abu Ya’la 772, al-Bazzar 1163, 1186, al-Hakim 1/505 (1862, 1863) dan 2/382,583 (3444, 4121), ia menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Lihat: Majma az-Zawaid 10/159
[3] HR. al-Bukhari 2276, 5007, 5736, 5749, dan Muslim 2201 dari hadits Abu Sa’id al-Khudri ra.