Anjuran Mencintai dan Membenci karena Allah
Klasifikasi
Full Description
Anjuran Untuk Mencintai dan Membenci Karena Allah
﴿ الحب في الله والبغض في الله ﴾
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Muhammad bin Abdullah bin Mu’aidzir
Terjemah : Muzaffar Sahidu
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2011 - 1432
﴿ الحب في الله والبغض في الله ﴾
« باللغة الإندونيسية »
محمد بن عبد الله بن معيذر
ترجمة: مظفر شهيد
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2011 - 1432
بسم الله الرحمن الرحيم
Anjuran Untuk Mencintai dan Membenci
Karena Allah
Segala puji bagi Allah, Dia yang mencintai orang-orang yang bertaqwa dan mengangkat derajat orang-orang yang berbuat baik. Aku memuji Allah Yang Maha Suci yang telah menjadikan cinta sebagai tanda kebenaran iman orang-orang yang beriman, dan sebagai bantahan atas orang yang zalim dan dusta. Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS. Al-Taubah: 119).
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya. Dia-lah yang telah menjadikan amal yang jujur dan perkataan yang benar sebagai tanda bagi benarnya keimanan dan sebagai pembeda antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang sesat. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَى فَبَرَّأَهُ اللهُ مِمَّا قَالُوا وَكَانَ عِندَ اللهِ وَجِيهًا * يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (QS. Al-Ahzab: 69-71).
Aku bersaksi bahwa sesungguhnya penghulu kita dan Nabi kita Muhammad adalah hamba dan utusan Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman, imam orang-orang yang bertaqwa dan suri tauladan yang baik bagi orang-orang yang cinta lagi beramal saleh dan pelita bagi orang-orang yang berjalan menuju Allah Subahanahu Wa Ta’ala. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya dari anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia”. Muttafaq alaihi.
Ya Allah sampaikan shalawat dan salam kepada hamba dan Rasul -Mu Muhammad, dan kepada keluarga serta para shahabatnya yang memiliki pandangan yang benar dan mata hati yang lurus, juga kepada para pengikut hingga hari kiamat.
Amma Ba’du: Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman dan ketahuilah bahwa cinta dan benci karena -Nya adalah jalan yang jelas menuju persaudaraan dalam Islam. Cinta dan benci karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala inilah yang membedakan mereka dengan yang lainnya, walau mereka berbeda warna kulit, kebangsaan, zaman dan tempat. Itulah ikatan yang menjadi dasar bagi tegaknya persatuan mereka. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, dan beliau juga menyebutkan tentang faedahnya: Tiga perkara yang apabila terdapat pada seseorang maka dia akan merasakan manisnya keimanan, yaitu menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai-Nya dari selain kedua mereka berdua, tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah dan benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran tersebut sebagaimana dia benci jika dicampakkan ke dalam api neraka”. Muttafaq alaihi.
Dengannya orang-orang yang beriman akan merasakan manisnya keimanan selain ketentraman, kenikmatan, kelezatan dan kebahagiaan hati yang tercermin dalam semangat untuk taat kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan mengemban cobaan di dalam jalan keimanan dan jauh dari maksiat kepada –Nya dan jiwa bersabar dengan menjauhi kemaksiatan.
Cinta karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala akan terbukti secara nyata pada kecenderungan, persepsi, perkataan dan perbuatan seorang muslim, sebagaimana disebutkan di dalam hadits Rasulullah shallallahu alaiahi wa sallam: “Orang beriman yang satu dengan yang lainnya bagai bangunan yang saling menguatkan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain”. HR. Bukhari.
Maksudnya adalah hubungan seorang muslim dengan yang lainnya kuat dan saling mengikat, di mana seorang muslim tidak tampak dengan prilaku ganjil yang bertentangan dengan ajaran Islam dan tidak pula berlaku aneh dan menyelisihi sesuatu yang telah ditetapkan oleh Islam. Hadits ini memberikan gambaran nyata tentang kekuatan hubungan seorang muslim yang satu dengan lainnya dan kecintaannya yang benar kepada Islam dan saudaranya di dalam Islam dan inilah makna firman Allah Azza Wa Jalla:
قال الله تعالى: ﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ﴾
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara”. (QS. Al-Hujurat: 10).
قال الله تعالى: ﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ﴾
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13).
Para ulama salaf benar-benar memahami makna ini dan merekapun mengamalkannya dalam kehidupan mereka yang nyata baik pada sisi kehidupan pribadi atau kehidupan bermasyarakat, dan mereka hidup memperjuangkan cinta karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala sehingga memuji mereka pada firman-Nya:
قال الله تعالى: ﴿وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ﴾
Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin) mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). (QS. Al-Hasyr: 9).
Maksudnya adalah walaupun mereka dalam keadaan kefakiran atau butuh pada apa yang telah mereka korbankan karena cinta kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala untuk saudara yang seiman.
Dari Ibnu Umar radhiallah anhuma berkata: Sungguh kami melihat di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di mana tidak ada seorangpun yang lebih berhak menerima uang dinar dan uang dirham yang dimilikinya selain saudaranya semuslim”. Dimanakah letak posisi kita dalam urusan cinta antara sesama muslim karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala jika dibanding dengan para shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada zaman sekarang ini?.
Sungguh suatu kepalsuan tentang realita pahit yang mengungkapkan tentang riya’, penipuan dan kebohongan serta kelicikan kita di mana kita melibatkan saudara kita seiman dalam lubang kehancuran dan kebinasan. Seperti inilah kenyataannya, selama cinta tidak didasarkan karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala maka dia menjadi bumerang bagi pelakunya walau masa percintaan cukup lama dan saling memberikan manfaat di dunia, sebab akhir kehidupannya di akherat kelak adalah kehancuran. Allah Subahnahu Wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ﴾
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Zukhruf: 67).
Di dalam sebuah hadits disebutkan: Tujuh golongan orang yang akan mendapat naungan Allah Subahanahu Wa Ta’ala di hari kiamat pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah…di antara yang disebutkan adalah dua orang lelaki yang saling mencintai karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala, berkumpul karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan berpisah karena-Nya”.
Disebutkan di dalam riwayat Ibnu Abbas radhillahu anhuma pada saat beliau ditanya tentang orang beriman dan tanda-tandanya: Barangsiapa yang saling mencintai karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala, marah karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala, memberi karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan tidak memberi karena -Nya maka dengan hal itu imannya telah sempurna”. HR. Abu Dawud. Maksudnya adalah Allah Subahaahu Wa Ta’ala akan memberikan hamba -Nya kemenangan, dukungan dan bantuan dari Allah Subahanahu Wa Ta’ala karena adanya rasa saling mencintai karena -Nya. Dan seorang hamba tidak akan merasakan manisnya keimanan walau shalat dan puasanya banyak, hingga dia melakukan hal tersebut karena -Nya.
Sebagaimana saling mencintai karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala dianjurkan maka sama halnya dengan benci harus didasarkan karena -Nya, maka seorang muslim harus membenci orang-orang yang memusuhi Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan Rasul -Nya, dan orang yang menyimpang dari ajaran -Nya serta memusuhi para kekasih Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan para hamba -Nya yang shaleh. jika suasana ini terbentuk maka tidak boleh seorangpun dari kaum muslimin sengaja berlaku baik kepada orang lain dan diam terhadap kemaksiatan saudaranya agar kemaksiatan tersebut tidak menyebar. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tolonglah saudaramu baik dia zalim atau dizalimi”. HR. Bukhari.
Menolongnya sebagai orang yang zalim makasudnya adalah mencegahnya dari berbuat zalim baik zalim terhadap dirinya sendiri dengan melakukan maksiat atau berlaku zalim atas orang lain dengan berbuat criminal terhadap orang lain.
Wahai hamba Allah Subahanahu Wa Ta’ala, Takutlah kepada -Nya dan ketahuilah ikatan keimanan yang paling kuat adalah saling mencintai dan membenci karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala, dan selama cinta dan kebencian tidak didasarkan karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala maka kehidupan tidak akan berjalan lurus dan dalam beberapa waktu saja dia akan hancur.
قال الله تعالى: ﴿إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ ادْخُلُوهَا بِسَلاَمٍ آمِنِينَ وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُّتَقَابِلِينَ لاَ يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ﴾
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman". Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya. (QS. Al-hijir: 45-48).
Semoga Allah Subahanahu Wa Ta’ala memberikan keberkahannya bagiku dan bagi kalian semua di dalam Al-Qur’an yang mulia, dan Allah Subahanahu Wa Ta’ala memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan ayat-ayat Allah Yang Maha Bijaksana yang tertera di dalamnya. Hanya inilah yang bisa aku katakan dan aku memohon ampunan bagi diriku dan bagi kalian serta seluruh kaum muslimin kepada Allah yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun kepada-Nya dan bertaubatlah kepada Allah, sebab Dia adalah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Khutbah kedua
Segala puji bagi Allah Subahanahu Wa Ta’ala atas segala anugrah kebaikan yang telah diberikan oleh -Nya, dan syukur kepada -Nya atas segala karunia dan pemberian -Nya. Dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah Subahanahu Wa Ta’ala, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, kesaksian yang mengagungkan Allah Subahanahu Wa Ta’ala, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya, semoga Allah Subahanahu Wa Ta’ala mencurahkan shalawat dan salam yang berlimpah kepada Nabi, para shahabat, keluarga dan semua orang yang mengikuti beliau samapai hari kiamat…amma ba’du:
Wahai sekalian hamba Allah Subahanahu Wa Ta’ala bertaqwalah kepada -Nya dan ketahuilah bahwa cinta ini memiliki posisi yang strategis di dalam masyarakat muslim, orang-orang yang saling mencintai karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala akan menempati posisi yang sangat mulia dan menempati derajat orang yang bergelar al-siddiqin. Dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman pada hari kiamat dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagunganKu, pada hari ini Aku menaungi mereka di bawah naunganku pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah. HR. Muslim.
Dan menziarahi saudara seiman karena rasa rindu dan cinta karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala akan mendatangkan kecintaan kepada -Nya. Dan orang yang menjenguk orang yang sakit atau menjenguk saudaranya karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala akan dimasukkan ke dalam surga -Nya, seruan datang kepadanya: Engkau akan merasakan kebaikan dalam hidupmu dan perjalananmu dan semoga engkau mendapat surga sebagai tempat tinggal”.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah kecuali orang yang paling dicintai adalah orang yang paling mencintai saudaranya”. HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim.
Maka sumber cinta karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala adalah keimanan, dan seorang muslim mencintai saudaranya seiman karena ketaatan dan kebaikan pribadi dan akhlaknya, dan membenci orang lain karena kemaksiatan dan kefasikannya, lalu pada saat kemaksiatan dan kefasikan telah menghilang maka kebencianpun harus pupus sebab kebenciannya bukan pada pribadinya namun pada prilakunya.
Inilah yang dapat aku sampaikan, dan curahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi yang datang membawa kabar gembira dan ancaman, sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kalian mengucapkan shalawat dan salam di dalam kitab suci -Nya.