×
Sehat dan sakit adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan dari makhluk yang bernyawa. Apabila seseorang sakit, secara fitrah, ia akan berusaha supaya sembuh dari sakitnya. Ada yang berobat lewat ruqyah syar’iyah, ada pula lewat obat yang sudah dikenal. Apakah ruqyah atau berobat menafikan tawakal? Fatwa ini menjelaskan tentang hal itu. Silahkan anda pelajari.

Apakah Ruqyah Menafikan Tawakkal Kepada Allah Subhanahu wata’alla?

﴿ هل الرقية الشرعية والعلاج بالأدوية ينافي التوكل على الله تعالى؟ ﴾

] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin

Terjemah :Muhammad Iqbal A.Gazali

Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

2010 - 1431

﴿ هل الرقية الشرعية والعلاج بالأدوية ينافي التوكل على الله تعالى؟ ﴾

« باللغة الإندونيسية »

الشيخ محمد بن صالح العثيمين

ترجمة: محمد إقبال أحمد غزالي

مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو

2010 - 1431

 بسم الله الرحمن الرحيم

Apakah Ruqyah Menafikan Tawakkal Kepada Allah Subhanahu wata’alla?

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin

Pertanyaan: Apakah ruqyah bertentangan dengan tawakkal?

Jawaban: Tawakkal adalah berpegang kepada Allah Subhanahu wata’alla dengan benar yang dapat menyebabkan berbagai manfaat dan menolak bahaya, dan disertai dengan melakukan hal-hal yang diperintahkan –Nya. Tawakkal bukan berpegang kepada Allah Subhanahu wata’alla tanpa melakukan usaha. Sesungguhnya berpegang kepada Allah Subhanahu wata’alla tanpa melakukan usaha merupakan pencemaran terhadap Allah Subhanahu wata’alla dan terhadap hikmah-Nya, karena hal tersebut bisa berakibat (dampak, efek) terhadap tawakkal. Di sini muncul pertanyaan: siapakah orang yang paling bertawakkal kepada Allah Subhanahu wata’alla?

Jawaban: Dia adalah Rasulullah salallhu’alaihi wassalam. Apakah beliau melakukan sebab (usaha) untuk menghindari bahaya? Jawabannya: Ya, apabila beliau berangkat perang, beliau memakai baju besi untuk menghindari pedang. Dalam perang Uhud beliau memakai dua baju besi. Semua itu sebagai persiapan untuk menjaga diri dari segala kemungkinan yang terjadi.

Melakukan sebab (usaha) tidak menafikan tawakkal apabila manusia meyakini bahwa semua usaha ini hanya sebab semata tidak bisa memberikan pengaruh kecuali dengan ijin Allah Subhanahu wata’alla. Atas dasar ini, maka seseorang membaca ruqyah untuk dirinya sendiri, atau untuk saudaranya yang sakit tidak menafikan tawakkal. Disebutkan dalam hadits dari Nabi Muhammad salallahu’alaihi wassalam bahwa beliau meruqyah dirinya dengan ayat-ayat perlindungan (seperti al-Falaq dan an-Nas) dan diriwayatkan bahwa beliau membaca ruqyah kepada para sahabatnya apabila sakit. Wallahu A'lam.

Syaikh Muhammad al-Utsaimin – Fatwa-fatwa pengobatan dengan al-Qur`an dan sunnah – ruqyah dan yang terkait hal 15.