×
Orang yang mati syahid hidup di sisi Allah, diberikan rizki dan bersenang hati dengan orang yang datang setelah mereka agar mereka tidak bersedih dan khawatir.

    Keutamaan Mati Syahid

    ﴿ تفسير آية فضل الشهادة في سبيل الله ﴾

    ] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

    Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

    Terjemah : Muzaffar Sahidu

    Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

    2010 - 1431

    ﴿ تفسير آية فضل الشهادة في سبيل الله ﴾

    « باللغة الإندونيسية »

    تأليف: د. أمين بن عبد الله الشقاوي

    ترجمة: مظفر شهيد

    مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو

    2010 - 1431

    Keutamaan Mati Syahid

    قال الله تعالى: ﴿ وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ ﴾

    Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya

    dengan mendapat rezeki. (Ali Imron: 169)

    Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wata’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah salallahu’alaihi wa salam, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:

    قال تعالى: ] وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ [

    Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Ali Imron: 169.

    Syekh Abdurrahman Al-Sa’di berkata: Firman Allah Ta’ala:

    ] وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا [

    Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;

    Artinya berjihad melawan musuh-musuh agama Allah subhanahu wata’ala, dalam rangka meninggikan kalimat Allah. (أَمْوَاتًا) yang bermakna mati maksudnya adalah janganlah tersirat di dalam benakmu dan prasangkamu bahwa mereka telah mati dan sirna serta telah menghilang dari mereka kelezatan hidup di dunia dan dari bersenang-senang dengan kemegahan hidup dunia, karena dengan mati di jalan Allah, mereka mendapatkan apa yang lebih besar dari apa yang menjadi impian bagi setiap muslim yaitu mereka hidup di sisi tuhan mereka dan mereka diberikan rizki dengan berbagai kenikmatan yang tidak merasakan keindahannya kecuali oleh orang yang diberikan nikmat oleh Allah dengannya”.[1]

    Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Masruq berkata: Kami bertanya kepada Masruq tentang ayat ini:

    قال تعالى: ] وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ [

    Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (Ali Imron: 169)

    Kita telah bertanya tentang masalah ini kepada Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam dan beliau bersabda: Ruh-ruh mereka berada pada tembolok burung yang berwarna hijau yang memiliki sarang yang tergantung pada arasy, dia terbang di dalam surga kemanapun dia kehendaki, lalu dia kembali menuju lampu tersebut lalu Tuhan mereka melihat mereka dan berfirman: Apakah yang kalian inginkan?. Mereka menjawab: Apakah ada hal lain yang kami inginkan semantara kami telah dibebaskan terbang ke sana kemari di dalam surga ini kemanapun kami kehendaki. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkata kepada mereka tiga kali, lalu pada saat mereka sudah mengetahui bahwa mereka tidak dibiarkan kecuali harus meminta sesuatu mereka berkata: Wahai Tuhan kami, kembalikanlah ruh-ruh kami pada tubuh-tubuh kami sehingga kami terbunuh kembali di jalan -Mu, lalu pada saat Tuhan mereka mengetahui bahwa tidak memilki hajat apapun maka merekapun ditinggalkan”.[2]

    Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Tidak ada seorangpun yang telah masuk surga lalu dia senang kembali ke dunia dan dia tidak memiliki sesuatu apapun di dunia kecuali orang yang mati syahid, sesungguhnya dia berangan-angan untuk kembali ke dunia sepuluh kali Karena kemuliaan yang diberikan kepada orang yang mati syahid”.[3]

    قال تعالى: ] فَرِحِينَ بِمَآ آتَاهُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُواْ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ [

    mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan -Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. )QS. Ali Imron: 170).

    Maksudnya adalah orang yang mati syahid di jalan Allah tetap hidup dan diberikan rizki di sisi Tuhan mereka, mereka riang gembira dan bersenang-senang dengan apa yang mereka dapatkan dan bergirang hati dengan saudara-saudara mereka yang terbunuh di jalan Allah subhanahu wata’ala setelah mereka, bahwa mereka mendahului dan tidak takut dengan apa yang ada dihadapan mereka serta tidak bersedih dengan apa yang mereka tinggalkan dibelakang mereka (yaitu di dunia).

    Di dalam kitab shahih riwayat Bukhri dan Muslim dari Anas tentang kisah tujuh puluh kaum Anshor yang terbunuh di sumur Ma’unah dalam satu perjalanan peperangan, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melakukan qunut guna berdo’a untuk kebinasaan kaum yang telah membunuh mereka. Anas berkata: Maka kami membaca Al-Qur’an tentang mereka kemudian hal itu terangkat,(Kabarkanlah kaum kami tentang keadaan kami bahwa kami telah bertemu dengan Tuhan kami maka Diapun meredhai kami dan membuat kami redha)”.[4]

    قال تعالى: ] يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ [

    Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imron: 171).

    Maksudnya mereka saling memberikan penghormatan dengan sesuatu yang paling agung yaitu nikmat, karunia dan anugrah Tuhan mereka dan sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala tidak akan menyia-nyiakan balasan orang-orang yang beriman, bahkan mengembangkannya dan memabalasnya serta menambahnya dari karunia -Nya dengan tambahan yang tidak bisa dicapai oleh usaha mereka.

    Di antara pelajaran yang dapat dipetik dari ayat yang agung ini adalah:

    Pertama: Menetapkan adanya alam barzakh dan orang-orang yang mati syahid berada pada tempat yang paling tinggi di sisi Tuhan mereka. Diriwyatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bahwa Nabi Muhammad shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda: Para syuhada berada pada bagian tertinggi surga di pintu surga, pada sebuah kubah berwarna hijau, rizki mereka dari surga keluar darinya baik pada waktu pagi atau siang”.[5]

    Ibnu Katsir berkata: Seakan-akan para syuhada tersebut terbagi menjadi beberapa kelompok, di antara mereka ada yang ruh-ruhnya berterbangan di dalam surga, dan di antara mereka ada yang berada pada sungai di pintu surga, dan bisa jadi perjalanan terakhir mereka pada sungai ini dan mereka berkumpul padanya dan mereka diberikan rizki padanya baik pada waktu pagi atau petang. Wallahu A’alam. Dan kami telah meriwayatkan di dalam musnad Imam Ahmad sebuah hadits yang menjelaskan tentang kabar gembira bagi setiap orang yang beriman, bahwa ruh mereka berada di surga, berterbangan didalam nya, makan dari buah yang berada di surga, dia memandang padanya apa-apa yang membuat mereka senang dan berseri-seri, dia juga menyaksikan apa-apa yang dipersiapkan oleh Allah subhanahu wata’ala bagi mereka berupa kemuliaan. Sanadnya shahih disepakati oleh oleh tiga imam dari empat imam, sebab imam Ahmad meriwayatkan dari Muhammad bin Idris Al-Syafi’I, dan Imam Syaf’I meriwayatkannya dari Malik bin Anas dan Malik dari Al-Zuhri dari Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik dari bapakanya radhiallahu anhu berkata: Raslullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Jiwa seorang mu’min adalah burung yang bergantng pada pohon surga sehingga Allah mengemballikannya ke dalam tubuhnya pada hari dia dibangkitkan”.[6]

    Di dalam hadits ini disebutkan bahwa jiwa orang yang beriman seperti burung di dalam surga, sementara ruh para syuhada’ berada pada tembolok burung yang berwarna hijau maka dia bagai bintang-bintang jika dibandingkan dengan ruh kaum mu’minin pada umumnya, dia terbang sendiri-sendiri. Kita memohon kepada Allah yang Maha Memberi untuk mematikan kita di dalam keimanan”.[7]

    Kedua: Motifasi untuk berjihad, dan hidup zuhud dengan dunia yang kenikmatannya bersifat fana. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Sahl bin Hunaif dari bapakanya bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan sebenarnya, maka Allah akan menyamapikannya pada tingkat orang yang mati syahid sekalipuin dirinya mati di atas ranjang tidurnya”.[8]

    Ketiga: Keutamaan dan kedudukannya yang sangat mulia. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat seratus derajat yang dipersiapkan oleh Allah bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah, dan jarak antara tingkat yang satu dengan yang lainnya sama seperti jarak antara langit dan bumi, dan jika kalian meminta kepada Allah maka mintalah surga firdaus, sebab dia adalah surga yang paling tengah dan tingkat surga yang paling tinggi. Aku melihatnya beliau bersabda: dan di atasnya adalah Arsyi Allah yang Maha Pengasih dan darinya terpancar sungai-sungai surga”.[9]

    Keempat: Ayat ini sebagai kabar gembira bagi orang yang masih hidup karena kematian yang menimpa kalangan mereka, sebagai ta’ziah bagi mereka serta mendorong mereka untuk berperang di jalan Allah subhanahu wata’ala untuk memperoleh mati syahid. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya bahwa Ummu Haritsah binti Suraqah mendatangi Nabi Muhammad shallallahu‘alaihi wa sallam dan berkata: Wahai Nabi Allah apakah engkau tidak memberitahukan kepadaku tentang nasih Haritsah?. Dia tebunuh pada perang Badr ditimpa oleh sebuah panah yang nyasar, jika dia berada di dalam surga maka aku bersabar dan jika tempatnya bukan di surga maka aku akan menangis dengan sesungguhnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Wahai Ummu Haritsa sesungguhnya di dalam surga terdapat tingkatan-tingkatan dan anakmu mendapatkan surga firdaus yang tertinggi”.[10]

    Kelima: Semua keutamaan yang disebutkan di atas baik di dalam ayat dan hadits-hadits yang mulia tidak diberikan kecuali kepada mereka yang berjihad di jalan Allah subhanahu wata’ala untuk menegakkan kalimat -Nya dan membela agama -Nya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Musa Al-Asya’ari berkata: Seorang lelaki datang kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan berkata: Seorang lelaki yang berperang untuk mendapatkan harta rampasan, dan seorang lelaki yang berperang untuk dikenang, dan seorang lelaki yang berperang untuk dietahui posisinya lalu siapakah yang berjuang di jalan Allah?. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Orang yang berperang untuk menjadikan kalimat Allah yang tertinggi maka dialah yang berperang di jalan Allah”.[11]

    Adapun orang yang berperang di bawah panji-panji buta, nasionalisme, fanatisme atau kebebasan atau slogan-slogan palsu lainnya maka dia sama seperti apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam di dalam hadits riwayat Muslim di dalam kitab shahihnya: Barangsiapa yang berperang di bawah panji buta yang menyeru kepada fanatisme atau membela fanatisme maka kematiannya adalah kematian jahiliyah”.[12]

    Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

    [1] Tafsir Al-Sa’di halaman: 124

    [2] Shahih Muslim: no: 1887

    [3] Shahih Bukhari: 2817 dan Muslim no: 1877

    [4] HR. Bukhari no: 4090 dan Muslim no: 677

    [5] Musnad Ahmad bin Hambal 4/220 no: 2390 dan Ibnu Katsir berkata di dalam kitab tafsirnya: 1/142 dan isnadnya jayyid

    [6] Musnad Imam Ahmad: 3/460

    [7] Tafsir Ibnu Katsir 1/427

    [8] HR. Muslim no: 1909

    [9] Al-Bukhari no: 2790

    [10] HR. Al-Bukhari: 2809

    [11] Al-Bukhari: 2810 dan Muslim no: 1904

    [12] HR. Muslim: no: 1850