×
Shalat adalah pondasi agama dan salah satu rukun Islam. Tulisan mengutip surat terbuka dari seorang ibu yang mengadukan suaminya yang tidak mau shalat, padahal ia sudah sering kali mengingatkannya. Dia memohon bantuan dari tetangga dan jemaah masjid agar berkenan memberikan nasehat untuk suaminya, supaya ia mau kembali ke jalan yang benar dan menunaikan shalat. Di manakah kita dibandingkan ibu ini?

    SUAMI TIDAK SHALAT

    ﴿ صرخة زوجة: إنه لا يصلي ﴾

    ] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

    Penyusun : Misy'al al-Utaibi

    Terjemah : Muh. Iqbal Ahmad Gazali

    Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

    2009 - 1430

    ﴿ صرخة زوجة: إنه لا يصلي ﴾

    « باللغة الإندونيسية »

    تأليف : مشعل العتيبي

    ترجمة: محمد إقبال أحمد غزالى

    مراجعة: إيكو هاريانتو أبو زياد

    2009 – 1430

    Suami Tidak Shalat

    Segala puji hanya bagi Allah I. Kami mengucapkan shalawat dan salam kepada makhluk termulia Muhammad bin Abdullah, dan atas keluarga dan para sahabatnya. Dan sesudahnya.

    Sesungguhnya shalat menduduki posisi sangat penting, ia merupakan pemisah di antara kufur dan Islam, sebagaimana sabda Nabi ﷺ‬:

    اَلْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

    "Perjanjian di antara kami dan mereka adalah shalat maka barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh ia menjadi kafir."

    Akan tetapi sangat mengherankan…banyak sekali orang yang meninggalkan shalat, meremehkannya, dan selalu seperti itu. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Allah I.

    Di manakah kita dibandingkan wanita yang mengetahui keagungan syi'ar ini, bahkan besarnya dosa orang yang meremhkannya, kendati ia adalah suami, anak, atau kerabatnya. Maka terbakarlah hati nuraninya mengadukan bebannya dan meminta pertolongan –setelah memohon kepada Allah I- kepada orang yang bisa menolongnya.

    Yang terpenting adalah suami yang tidak perduli dengan shalat, maka datanglah darinya surat ini dan menulis seraya bersumpah dengan nama Allah I agar engkau membaca yang saya tulis atau menyerahkannya kepada imam masjid…inilah bunyi suratnya:

    Segala puji bagi Allah I, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah ﷺ‬. Saya menyampaikan beberapa kalimat di hadapanmu, yang pertama saya berpesan untukmu dan diriku agar selalu bertaqwa kepada Allah I. Maka sesungguhnya orang yang bertaqwa kepada Allah I, ia mengharapkan pahala di setiap amal perbuatannya. Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah I, mengharapkan pahala di setiap kesusahan dan Allah I melapangkan kesusahannya. Dan aku memohon kepada Allah I bahwa ini bukanlah pengaduan, maka sesungguhnya aku:

    إِنَّمَا أَشْكُوْ بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللهِ

    "Sesungguhnya aku mengadukan kegelisahan dan duka citaku hanya kepada Allah I.'

    Dan aku memohon kepada-Nya agar aku termasuk wanita yang sabar, mengharapkan pahala, dan orang yang mendapat cobaan yang dicintai oleh Allah I. Maka sesungguhnya aku mengetahui seperti yang kamu ketahui: 'Barangsiapa yang Allah I mencintainya niscaya Dia I mengujinya.' Seperti yang disebutkan di dalam hadits, dan saya mengetahui seperti yang kamu ketahui bahwa sesungguhnya di dalam sabar terhadap yang dibenci terdapat kebaikan yang banyak. Kamu sekalian –wahai orang-orang yang shalat- merasakan syi'ar yang besar ini, merasa tenang dengannya, dan meminta tolong dengannya dalam menghadapi musibah dunia ini, dan kamu membaca di dalam al-Qur`an:

    يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اسْتَعِيْنُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ

    "Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah I bersama orang-orang yang sabar."

    Dan kamu sekalian wahai semua tetangga, yang Nabi ﷺ‬ bersabda tentang mereka:

    خَيْرُ الْجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ

    "Sebaik-baik tetangga di sisi Allah I adalah sebaik-baik mereka terhadap tetangganya."

    Berapa banyak kami lihat, saat kamu keluar dari rumah menuju shalat, dan kamu tidak perduli dengan tetanggamu, apakah dia shalat bersamamu atau tidak. Dan kamu tidak perduli ia meninggalkan shalat, sekalipun engkau bertemu atau duduk bersamanya, kamu bermuka manis dan memberi salam kepadanya tanpa memberi nasehat atau mengingatkan. Sesungguhnya saya mengabarkan kepadamu…

    Sangat menyedihkan, sesungguhnya saya banyak menahan beban bersama suamiku, aku menghadapi dan menasehatinya, akan tetapi dia marah dan tidak perduli. Sudah berada kali aku merasakan tamparan di wajahku. Sudah berada kali dia mengusirku dan aku berlindung kepada tetanggaku…semua itu disebabkan nasehatku kepadanya untuk melaksanakan shalat. Saya merasa khawatir bahwa berdiam diri tentang dia yang tidak shalat bahwa Allah I menurunkan siksanya kepadaku bersamanya…dan aku merasa takut memberi nasehat dan mengingatkannya kalau dia menumpahkan kemarahannya kepadaku. Sudah berada kali aku menghadapinya dengan hikmah dan lembut, akan tetapi ia bersikap kaku kepadaku dan tidak mau menerima, dan ia bersikap kasar dalam muamalah.

    Dan saya tidak menyembunyikan kepadamu, sesungguhnya aku, demi Allah I yang tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, merasa khawatir bahwa ia melepaskan kata-kata yang para wanita tidak suka mendengarnya, yaitu kata-kata talak, durhaka dan berpisah, yang saya rasakan merupakan jalan keluar terakhir. Saat-saat yang paling menakutkan saat wanita mendengar perceraiannya. Maka demi Allah, sudah berada banyak rumah kaum muslimin menjadi berantakan, dan sudah banyak sekali dipisahkan di antara karib kerabat dan orang-orang tercinta. Karena alasan itulah aku meminta pendapat dan pilihan bahwa kamu menjadi penolong untukku setelah Allah I, dan kita semua beriman dengan firman Allah I:

    وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتّقْوَى

    "Dan tolong menolonglah di atas kebaikan dan taqwa."

    Dan saya tidak mengatakan bahwa musibah sesungguhnya saya adalah ibu anak-anak, dan setelah Allah I, saya tidak mempunyai siapa-siapa lagi selain laki-laki ini. Kedua orang tuaku telah meninggal dunia dan saya menjadi tawanan di rumahnya, saya tidak mempunyai jalan keluar dan tidak punya pikiran lain untuk meneruskan hidupku bersama laki-laki ini yang mayoritas ulama berpendapat bahwa apabila ia tetap seperti itu berarti ia telah kafir dengan ajaran yang diturunkan kepada Muhammad ﷺ‬. Bukanlah kita mendengar hadits yang berbunyi:

    العَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُم الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

    "Perjanjian di antara kami dan mereka adalah shalat maka barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh ia menjadi kafir."

    Sesungguhnya suami saya tidak shalat, saya mengatakannya maka yakinlah apa artinya suami saya tidak shalat. Apabila kata-kata ini tidak menggerakkan nurani dan ghirah kamu terhadap agama ini, maka demi Allah I sungguh telah padam cahaya iman di hati kalian yang tidak mengerti bahwa seorang muslim bagi muslim yang lain bagaikan satu jasad.

    Semua usaha dan sebab sudah terputus dan tertutup di depan saya, dan tidak tersisa lagi selain pintu Allah I yang tidak merugikan hamba-Nya. Bagaimana kamu tidak menjadi penolong bagiku, dan bagaimana kamu tidak bersamaku, sedangkan musibah kita adalah satu…berziarah kepadanya, atau menghubunginya lewat telepon, atau mengirim surat kepadanya dan orang-orang miskin semisalnya. Maka sesungguhnya orang yang ikhlas kepada Allah I, maka Allah I tidak akan menyia-nyiakan amal perbuatannya.

    Sudah sering kali saya berusaha meringankan rasa duka cita dari diri saya, dengan kalimah 'laa ilaaha illallah' dan hasbunallahu wa ni'mal wakil ' dan saya berdoa kepada Allah I dengan hati yang yakin bahwa apabila Allah I menghalangi sesuatu dariku dari sesuatu yang kuinginkan, maka Dia menghalanginya karena suatu hikmah, karena Dia I adalah yang paling bijaksana dari orang-orang yang bijak.

    Sesungguhnya saya tidak menyerukan kebebasan dan tidak pula keluar dari sifat malu. Bukanlah apabila saya keluar tanpa hijab tergerak di dada kalian sifat ghirah karena tindakan saya. Maka bagaimana sifat ghirah ini tidak bergerak terhadap tetangganmu. Bahkan rasa ghirah untuk syi'ar terbesar dalam agamamu..shalat, maka barangsiapa yang meninggalkannya niscaya ia kufur. Bukankah kamu mendengarnya..maka ia menjadi kufur.

    Di manakah sifat wala` (loyal) untuk agama ini. apakah kamu tidak menanyakan tentang tetanggamu, apakah kamu tidak merasakan bahwa kebaikan mereka juga merupakan kebaikanmu, musibah mereka juga musibah kamu.

    Apakah kamu merasa putus asa berdakwah, maka sesungguhnya tidak ada yang putus asa dari rahmat Allah I kecuali orang-orang kafir. Wahai imam, imam masjid yang demi Allah I kami berharap kepadamu setelah Allah I. Sudah berapa kalimah keluar dari mulutmu memberikan peringatan dari meninggalkan shalat. Sudah berapa kali saya mendengarmu mengulangi kata-kata bahwa orang yang meninggalkan shalat adalah memerangi manhaj Allah I. Orang yang meninggalkan shalat tidak diajak makan bersama, minum bersama, duduk bersama, tidak diberi kepercayaan, tidak dibenarkan, dan tidak dimandikan apabila wafat, serta tidak dikuburkan di pemakaman kaum muslimin. Benarlah semua ini, dan engkau tidak takut terhadap rakyatmu..benar, demi Allah, sesungguhnya kami adalah rakyatmu dalam dakwah dan semangat di atas agama kami, dan saya tidak ingin mengingatkanmu dengan hadits:

    مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرعِيْهِ اللهُ رَعِيَّةً فَلَمْ يحطهَا بِنَصْحِهِ لَمْ يَجِدْ رَائِحَة اْلجَنَّةِ

    "Tidak ada seorang hamba yang Allah I memberi tugas kepadanya mengurus rakyat, lalu ia tidak memberikan nasehat kepadanya, niscaya ia tidak mendapatkan aroma surga." Sesungguhnya saya tidak meminta harta dan tidak pula rasa belas kasih dengan menggerakkan kepala, akan tetapi saya memohon pertolongan dan semangat darimu, dan janganlah kamu termasuk orang yang berpura-pura tidak tahu, lupa, dan tidak perdulia terhadap orang lain.

    Maka tetanggamu mengadu kepada ar-Rahman sirnanya nasehat

    Dan semua orang di dunianya berangkat pagi dan sore.

    Wahai orang-orang baik, janganlah kalian mencelaku karena mengadu dan meminta pertolongan. Maukah kalian bersamaku dalam mencintai Nabi ﷺ‬ dan mencintai haditsnya I:

    فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

    "Maka carilah orang yang punya agama (kalau tidak demikian) niscaya bertanah tanganmu (maksudnya terhina)."

    Demi Allah, sesungguhnya saya ingin melaksanakannya di sisi Allah I. Bisakah kalian menolong saya agar setiap orang wanita beragama berada di rumahnya, bersama suaminya, dan di antara tetangganya, dan tidak samar bagimu bahwa syetan selalu mengintai saya.

    Bagaimana tidak, saya hanyalah seorang diri mengetuk pintu Allah I, melihat keindahan sangkaan apa yang Allah I perbuatan untuk kita dan agama kita. Saya sangat yakin bahwa Allah I mengatur kebaikan untuk agama ini dan sesungguhnya kebaikan untuk orang-orang yang bertaqwa, dan segala puji bagi Allah I Rabb semesta alam.'

    Ini adalah surat dari seorang wanita, maka di makakah laki-laki? Di manakah laki-laki yang tidak terlalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari berzikir kepada Allah I dan mendirikan shalat.

    Di manakah laki-laki yang menyukai bersunyi, mensucikan diri dari sesuatu yang menyebabkan murka Allah I,, membersihkan diri dari sesuatu yang menyebabkan kemarahan Allah I. Di manakah orang-orang yang berkata: 'Rabb kami adalah Allah I' kemudian mereka istiqamah. Ya Allah I perbaikilah kondisi kami dan kaum muslimin di setiap tempat.