×
Menjelaskan pengertian sabar, menjelaskan beberapa hal yang membantu bersifat sabar dan menjelaskan gambaran-gambaran sabar dalam kehidupan. Juga menjelakan bahwa sifat sabar bisa diusahakan dengan kesungguhan hati, ia merupakan penghapus dosa, juga menjelaskan bahwa setiap muslim harus saling memberi nasehat untuk sabar.

    SABAR DAN TEGUH

    ﴿الصبر والمصابرة ﴾

    ] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

    Penyusun : Mahmud Muhammad al-Khazandar

    Terjemah : Mohammad Iqbal Ghazali

    Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

    2009 - 1430

    ﴿ الصبر والمصابرة ﴾

    « باللغة الإندونيسية »

    تأليف: محمود محمد الخزندار

    ترجمة: محمد إقبال غزالي

    مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو

    2009 - 1430

    SABAR DAN TEGUH

    Pejuang yang telah merelakan dirinya di jalan pengorbanan tidak akan teguh di jalan ini selama tidak memiliki sifat sabar. Golongan apapun yang memilih jalan cobaan, maka ikatannya tidak akan bertahan lama dan tidak akan pernah berpegang teguh dengan niatnya selama tidak saling memberi nasehat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran. Dan orang-orang beriman tanpa ada pengecualian adalah yang dimaksud dengan firman Allah I:

    يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

    Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (QS. Ali Imran :200)

    Sabar ikhtiyari (yang bisa diusahakan), para ulama memberikan definisi yang bervariasi, di antaranya adalah:

    Ath-Thabari rahimahullah berkata, 'Sabar: yaitu menahan jiwa terhadap yang disukainya dan mengekangnya dari hawa nafsunya.'[1]

    Ibrahim al-Khawwash rahimahullah berkata, 'Sabar: yaitu berpegang teguh di atas al-Qur`an dan as-Sunnah.'[2] Dan Ibnul Jauzi mengatakan bahwa sabar adalah menahan jiwa dari apapun yang disukainya dan menekannya dengan melakukan yang tidak disukainya di dunia, yang jika ia melakukannya atau meninggalkannya niscaya ia merasakan akibat buruknya di akhirat.[3]

    Adapun sabar terhadap bala yang ditaqdirkan dan musibah menimpa, yang manusia tidak punya kehendak dan pilihan padanya, maka seperti yang dikatakan Ibnu 'Atha`: Sabar adalah berdiri bersama bala dengan adab yang baik. Dan Abu Ali ad-Daqqaq berkata, 'Hakekat sabar adalah tidak menentang terhadap yang ditaqdirkan.'…[4]

    Hidup adalah pertarungan di antara hak dan batil, dan yang paling panjang jiwanya dan paling banyak kesabarannya adalah pemenang dalam pertarungan ini:

    وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا

    Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi yang lain.Sanggupkah kamu bersabar Dan Rabbmu Maha Melihat. (QS. Al-Furqan:20)

    Dan orang-orang sesat saling berpesan agar tetap sabar di atas kebatilan:

    وَانطَلَقَ الْمَلأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَى ءَالِهَتِكُمْ

    Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata):"Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) ilah-ilahmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. (QS. Shaad:6)

    إِن كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ ءَالِهَتِنَا لَوْلآ أَن صَبَرْنَا عَلَيْهَا

    Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya…. (QS. Al-Furqan:42)

    Bukankah orang-orang yang benar berkata kepada orang-orang yang batil:

    وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَآءَاذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ

    dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami.Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri" (QS. Ibrahim:12)

    Sehingga sunnatullah menjadi realita pada diri mereka dengan kemenangan dan keteguhan:

    وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَاءِيلَ بِمَا صَبَرُوا

    Dan telah sempurnalah perkataan Rabbmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. (QS. Al-A'raaf:137)

    وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا

    Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. (QS. As-Sajdah:24)

    Mayoritas manusia beralasan bahwa tabiat mengalahkan mereka dan sesungguhnya mereka tidak mampu menahan diri dan tidak bisa sabar. Dan jikalau salah seorang dari mereka bersungguh-sungguh melawan nafsunya niscaya ia bisa menahan amarah, menahan diri dari yang haram, meluaskan dadanya, qana'ah (menerima) pemberian Allah I kepadanya, dan tetap tegar menghadapi cobaan yang ditimpakan Allah I kepadanya. Rasulullah ﷺ‬ bersabda:

    وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ, وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ, وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرُهُ اللهٌُ

    "Barangsiapa yang berusaha menjaga diri (dari yang haram), niscaya Allah I menjaganya (dari yang haram), barangsiapa yang merasa cukup niscaya Allah I memberikan kekayaan kepadanya, dan barangsiapa yang berusaha sabar niscaya Allah I memberikan kesabaran kepadanya…"[5]

    Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan tentang pengertian hadits di atas: 'Niscaya Allah I memberikan kesabaran kepadanya' sesungguhnya Dia I menguatkan dan meneguhkannya dari nafsunya sehingga nafsu itu tunduk kepadanya dan patuh untuk memikul beban yang berat, ketika itulah Allah I bersamanya, maka Dia I memberikan keberuntungan kepadanya dengan tuntuntan-Nya.[6]

    Sabar yang terpuji adalah yang tanpa disertai perasaan marah, keluh kesah, putus asa, dan tidak pula mengeluh. Dalam pengertian inilah Nabi ﷺ‬ bersabda:

    لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُوْنُ, فَيَمْكُثُ فِى بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا, يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَيُصِيْبُهُ إِلاَّ مَاكَتَبَ اللهُ لَهُ, إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْل أَجْرِ شَهِيْدٍ

    "Tidak ada seseorang yang terkena tha'un, lalu ia tetap tinggal di negerinya dengan sabar serta tetap mengharapkan pahala, ia meyakini bahwa tidak ada yang menimpanya kecuali sesuatu yang telah ditentukan Allah I kepadanya, melainkan untuknya pahala orang yang mati syahid."[7]

    Ibnu Hajar rahimahullah berkata, 'Shabiran (dengan sabar): tidak gelisah dan keluh-kesah, bahkan ia berserah kepada Allah I, ridha dengan qadha-Nya.'[8]

    Dan ketika Rasulullah ﷺ‬ diperintahkan sabar dalam permulaan dakwahnya, beliau ﷺ‬ diperintahkan bersabar yang baik:

    فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلاً

    Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. (QS. Al-Ma'arij:5)

    Al-Qurthubi berkata: 'Sabar yang baik adalah yang tidak ada keluh kesah padanya dan tidak mengadu kepada selain Allah I.[9]

    Sabar yang terpuji adalah yang mengandung kesempurnaan tawakkal dan keyakinan kepada Allah I. Keyakinan inilah yang membuah seorang mujahid selalu maju, tanpa pernah mundur ke belakang. Seorang laki-laki bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku terbunuh fi sabilillah, apakah Allah I mengampuni dosa-dosaku? Rasulullah ﷺ‬ bersabda:

    نَعَمْ إِنْ قُتِلْتَ فِى سَبِيْلِ اللهِ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٌ

    'Benar, jika engkau terbunuh fi sabilillah, sedangkan engkau tetap sabar, mengharapkan pahala, terus maju tidak pernah mundur…"[10]

    Yaitu sabar yang indah dengan keyakinan di saat musibah, di mana ia tidak kehilangan kontrolnya dan tidak mengeluh dengan lisannya.

    Di dalam hadits qudsi:

    ابْنَ آدَمَ إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ اْلأُوْلَى لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَابًا دُوْنَ الْجَنَّةِ.

    "Wahai keturunan Adam u, jika engkau sabar dan mengharapkan pahala saat kejadian pertama, Aku tidak senang memberikan pahala kepadamu selain surga."[11]

    Al-Khaththabni berkata: maksudnya bahwa sabar yang terpuji adalah yang dilakukan saat kejadian pertama, berbeda setelah itu, maka sesungguhnya ia menjadi terhibur bersama berlalunya hari.[12]

    Sesungguhnya orang-orang menjalani kehidupan dengan sabar, mereka merasakan kenikmatannya dan memetik buahnya, pendirian yang sabar itu meninggalkan bekasnya dalam kehidupan mereka. Umar t berkata, 'Sesungguhnya kami menemukan kebaikan hidup kami dengan kesabaran.'[13] Dan Rasulullah ﷺ‬ bersabda:

    وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ

    "Seseorang tidak pernah diberikan hadiah yang lebih baik dan lebih luas daripada sabar."[14]

    Dan Rasulullah ﷺ‬ menggambarkan sabar dengan sabdanya:

    وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ

    "…dan sabar adalah cahaya…'[15]

    An-Nawawi rahimahullah berkata: maksudnya, sesungguhnya sabar itu terpuji, dan pelakunya senantiasa bercahaya, mendapat petunjuk, selalu berada di atas kebenaran.[16]

    Dan Rasulullah ﷺ‬ menunjukkan rasa kagum dengan kebaikan yang meliputi kehidupan orang-orang yang sabar dengan sabda beliau:

    عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ, وَلَيْسَ ذلِكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ. إِنْ أَصَابَتْهُ السَّرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. وَإِنْ أَصَابَتْهُ الضَّرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.

    “Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya adalah kebaikan, dan hal itu tidak pernah ada kecuali bagi orang yang beriman. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika mendapat kesusahan, ia bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya.”[17]

    Firman Allah I:

    وَلَئِن صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ

    Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (QS. An-Nahl:126)

    Dan kebaikan terpenting yang ada dalam kehidupan sabar bahwa ia membedakan barisan dan menyingkap sumber daya laki-laki yang sebenarnya:

    وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَا أَخْبَارِكُمْ

    Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. (QS. Muhammad :31)

    Sebagian orang mengira bahwa sabar adalah merupakan kehinaan bagi pelakunya, padahal Rasulullah ﷺ‬ menekankan bahwa sesungguhnya:

    ...وَلاَ ظلم عبْد مَظْلَمَة صَبَرَ عَلَيْهَا إِلاَّ زَادَهُ اللهُ –عز وجل- عِزًّا

    “...dan tidaklah seorang hamba diperlakukan secara dzalim yang ia bersikap sabar atasnya, melainkan Allah I menambah kemuliaan kepadanya.”[18]

    Dan orang yang tetap di atas kesabaran, tekun dalam bekerja, Rasulullah ﷺ‬ memberikan kabar gembira, seperti sabda beliau kepada Abdullah bin Abbas t:

    وَاعْلَمْ أَنّ فِى الصَّبْرِ عَلَى مَاتَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ وَالْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

    “Ketahuilah, sesungguhnya dalam kesabaran terhadap yang tidak disukai terdapat kebaikan yang banyak, sesungguhnya kemenangan bersama kesabaran, kelapangan bersama kesusahan, dan sesungguhnya bersama kesusahan ada kemudahan.”[19]

    Masyarakat muslim adalah yang meratanya sikap saling memberi nasehat dengan kesabaran dan saling memberikan pesan untuk bersabar. Saat Rasulullah ﷺ‬ melewati seorang perempuan yang sedang menangis di sisi kubur, beliau bersabda kepadanya:

    اِتَّقِي اللهَ وَاصْبِرِيْ

    “Bertaqwalah engkau dan bersabarlah.”[20]

    Dan ketika salah seorang putri Rasulullah ﷺ‬ mengutus seseorang kepada beliau untuk memberikan kabar bahwa anaknya telah wafat, beliau ﷺ‬ mengutus kepadanya dengan sabda beliau:

    إِنَّ ِللهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمَّى فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ

    “Sesungguhnya milik Allah I apa yang Dia ambil dan bagi-Nya apa yang Dia berikan. Dan semuanya di sisi-Nya dengan ajal yang sudah ditentukan, maka hendaklah ia sabar dan mengharapkan pahala.”[21]

    Dan kerugian tidak pernah sirna dari komunitas suatu masyarakat selama belum mempunyai sifat:

    وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

    dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-'Ashr:3)

    وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ

    …dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (QS. Al-Balad:17)

    Karena rasanya sabar itu adalah pahit, maka manusia harus menjaga dan membekali dirinya dengan sabar yang baik. Dan di antara yang membantu seorang muslim untuk sabar adalah menghadirkan sesuatu yang disediakan Allah I untuk orang-orang yang sabar, berupa penghapusan kesalahan, meninggikan derajat, dan memperbanyak kebaikan. Maka dalam cerita perempuan yang menderita penyakit ayan, sesungguhnya Rasulullah ﷺ‬ memberikan pilihan kepadanya:

    إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةَ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُعَافِيَكِ

    “Jika engkau mau, engkau bersabar dan untukmu surga, dan jika engkau menghendaki, aku berdoa kepada Allah I agar menyembuhkan engkau.”[22]

    Tiga orang datang kepada Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash t, mengadukan kepadanya tentang kebutuhan mereka untuk biaya nafkah, binatang, dan harta benda, maka dia memberikan pilihan kepada mereka: ‘Jika kamu menghendaki, kamu kembali kepada kami (di waktu yang lain), lalu kami memberikan kepadamu apa-apa yang dimudahkan Allah I untukmu. Dan jika kamu menghendaki, kami menyebutkan persoalan kamu kepada pemerintah. Dan jika kamu menghendaki, kamu bersabar. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah ﷺ‬ bersabda:

    فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِيْنَ يَسْبِقُوْنَ اْلأَغْنِيَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى الْجَنَّةِ بِأَرْبَعِيْنَ خَرِيْفًا

    ”Orang-orang fakir dari kalangan muhajirin mendahului orang-orang kaya masuk surga di hari kiamat selama empat puluh kharif (tahun).”

    Mereka berkata: maka sesungguhnya kami bersabar, tidak meminta sesuatu pun.’[23]

    Dan mengingat riwayat orang-orang shalih dan mengikuti mereka menolong seseorang untuk sabar dan teguh. Maka ketika Rasulullah ﷺ‬ diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang mencela pembagian Rasulullah ﷺ‬, beliau bersabda:

    يَرْحَمُ اللهُ مُوْسَى قَدْ أُوْذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ

    “Semoga Allah I memberi rahmat kepada Musa u, ia telah disakit melebih hal ini maka ia tetap sabar.”[24]

    Dan al-Qur`an mengarahkan kepada pengertian ini:

    فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُوْلُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ

    Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul yang telah bersabar ...(QS. Al-Ahqaaf:35)

    Jiwa terasa mudah menerima bala dan menghadapi cobaan saat ia mengetahui bahwa bala dan sabar menurut kadar kekuatan iman. Rasulullah ﷺ‬ pernah ditanya:

    أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً؟ فَقَالَ: اَْلأَنْبِيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ, يُبْتَلَى اْلعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ. فَإِنْ كَانَ فِى دِيْنِهِ صَلْبًا اشْتَدَّ بَلاَءُهُ. وَإِنْ كَانَ فِى دِيْنِهِ رِقَّةً ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ. فَمَا يَبْرَحُ اْلبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى اْلأَرْضِ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ.

    “Manusia seperti apakah yang paling berat mendapatkan bala? Beliau menjawab, ‘Para nabi, kemudian orang yang serupa, lalu yang serupa. Seorang hamba mendapat cobaan menurut kadar agamanya. Maka jika kuat dalam agamanya niscaya beratlah balanya. Dan jika ia rapuh dalam agamanya, niscaya ia dicoba menurut kadar agamanya. Maka bala selalu menyertai hamba sampai meninggalkannya berjalan di di atas bumi dan tidak ada lagi kesalahan atasnya.”[25]

    Dan di dalam hadits yang lain:

    لَقَدْ كَانَ أَحَدُهُمْ يُبْتَلَى باِلْفَقْرِ حَتَّى مَا يَجِدُ إِلاَّ الْعَبَاءَةَ يَجُوْبُهَا فَيَلْبَسُهَا, وَيُبْتَلَى بِاْلقُمَلِ حَتَّى يَقْتُلُهَا. َوَلأَحَدُهُمْ أَشَدُّ فَرَحًا بِالْبَلاَءِ مِنْ أَحَدِكُمْ بِالْعَطَاءِ

    “Sungguh salah seorang dari mereka mendapat cobaan dengan kemiskinan, sehingga ia tidak mendapatkan selain abayah (pakaian luar) yang menutupinya, maka ia memakainya. Dan ia mendapat cobaan dengan kutu sehingga membunuhnya. Dan sunguh salah seorang dari mereka sangat senang dengan bala melebihi perasaan salah seorang dari kalian yang mendapatkan pemberian.”[26]

    Ketika orang yang sabar mengetahui bahwa sabar menghapus karat-karat dosa, ia lebih semangat untuk mendapatkan rahmat Allah I, lebih banyak ridha terhadap qadar Allah I. Sebagian orang ada yang tidak mempunyai amal shalih yang ditekuninya, yang bisa mengangkat derajat mereka, ternyata mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi karena sifat sabar:

    إِنًّ الرَّجُلَ لَيَكُوْنُ لَهُ الْمَنْزِلَةُ عِنْدَ اللهِ فَمَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلٍ, فَلاَ يَزَالُ اللهُُ يَبْتَلِيْهِ بِمَا يَكْرَهُ حَتَّى يُبَلِّغُهُ إِيَّاهُ

    "Sesungguhnya seseorang mendapat kedudukan (yang tinggi) di sisi Allah I, bukanlah karena amal ibadah yang menyampaikannya kepada kedudukan itu, maka Allah I senantiasa mengujinya dengan yang tidak disukainya, hingga menyampaikannya kepada kedudukan itu."[27]

    Mereka itulah yang menjadi pusat perhatian di hari kiamat dari orang-orang yang mendapatkan kenikmatan di dunia:

    لَيَوَدَّنَّ أَهْلُ اْلعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ جُلُوْدَهُمْ قُرِضَتْ باِلْمَقَارِيْضِ بِمَا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ أَهْلِ الْبَلاَءِ

    "Orang-orang yang sehat (semasa di dunia) berangan-angan pada hari kiamat bahwa kulit mereka dipotong dengan gunting, karena mereka melihat pahala orang-orang yang mendapat cobaan (semasa hidup di dunia)."[28]

    Inilah kebersamaan Allah I untuk orang-orang yang sabar:

    وَاصْبِرُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

    dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfaal:46)

    dan Allah I memberikan janji kepada hamba-hamba-Nya yang sabar:

    فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللهَ حَقٌّ

    Maka bersabarlah Kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar…. (QS. Ar-Ruum:60)

    Sabar terasa mudah atasmu saat engkau memikirkan keberanian hamba terhadap Rabb-nya, kemudian kemurahan Allah I bersama mereka:

    مَا أَحَد أَصْبَرُ عَلَى أَذًى يَسْمَعُهُ مِنَ اللهِ تَعَالى: إِنَّهُمْ يَجْعَلُوْنَ لَهُ أَنْدَادًا وَيَجْعَلُوْنَ لَهُ وَلَدًا, وَهُوَ مَعَ ذلِكَ يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيْهُمُ وَيُعْطِيْهِمْ.

    "Tidak ada seseorang yang lebih sabar terhadap gangguan yang didengarnya selain Allah I: sesungguhnya mereka menjadikan sekutu dan menjadikan anak bagi-Nya, kendati demikian Dia I tetap memberi rizqi, memberi kesehatan, dan memberikan pemberian kepada mereka."[29]

    Sebagaimana sabar terasa gampang atas kita, ketika kita teringat sesungguhnya musuh-musuh kita merasakan sakit sebagai kita merasa sakit. Sayyid Quthub rahimahullah berkata: 'Apabila orang yang batil terus menerus, sabar dan terus berlalu di jalan, sudah seharusnya kebenaran lebih teguh dan lebih besar kesabarannya untuk terus berada di jalan (kebenaran).'[30] Karena semua itulah:

    يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

    Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah:153)

    Di antara gambaran sabar yang Allah I menguji hamba-hamba-Nya: cobaan kesehatan, sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi:

    إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِي بِحَبِيْبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَةَ

    "Apabila aku menguji hamba-Ku dengan dua kekasihnya (dua mata-Nya), lalu ia sabar, niscaya Aku menggantikan keduanya dengan surga untuknya."[31]

    Sebagaimana kita juga dicoba dengan kesenangan dan kekayaan:

    إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرةً شَدِيْدَةً فَاصْبِرُوْا

    "Sesungguhnya kamu akan melihat sesudahku mengutamakan diri sendiri yang sangat kuat, maka sabarlah."

    Anas t berkata, 'Maka kami tidak sabar."[32]

    Dan di antara gambaran sabar yang paling besar adalah di saat berhadapan musuh, karena itulah Rasulullah ﷺ‬ pernah bersabda:

    لاَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وَسَلُوْا اللهَ الْعَافِيَةَ, فَإِذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاصْبِرُوْا

    "Jangan kamu mengharapkan bertemu musuh dan mohonlah afiyat kepada Allah I, apabila engkau bertemu mereka, maka bersabarlah…"[33]

    Dan Rasulullah ﷺ‬ mengambil janji mereka agar tidak lari (dari medan perang), dan hal itu dengan berjanji untuk sabar.[34]

    Dan al-Qur`an telah memberikan contoh amaliyah tentang sabar dalam menuntut ilmu, di mana hamba yang shalih (Khidhir) memberi syarat kepada Musa u untuk sabar di permulaan dan Musa u menduga bahwa ia sanggup untuk sabar:

    قَالَ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللهُ صَابِرًا

    Musa berkata:"Insya Allah kamu akan mendapatkanku sebagai seorang yang sabar…". (QS. Al-Kahfi:69)

    Dan hamba yang shalih mengingatkannya setiap kali:

    قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِىَ صَبْرًا

    Khidhr berkata:"Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku" (QS. Al-Kahfi75)

    Sampai akhirnya keduanya berpisah setelah Musa u tiga kali diperingatkan oleh hamba yang shalih. Dan disebutkan dalam hadits:

    لَوْ صَبَرَ لَرَأَى الْعَجَبَ

    "Jikalau ia (Musa u) sabar, niscaya ia melihat keajaiban (sesuatu yang mengagumkan)."[35]

    Perbendaharaan ilmu tidak pernah terbuka kecuali bagi orang-orang yang sabar serta teguh.

    Sabar menjadi keharusan dalam mendidik anak, terutama jika mereka adalah anak-anak perempuan. Dan dengan sabar dalam mendidik, terbukalah bagi pendidik pintu pahala atau ditulis baginya terdinding dari neraka, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

    مَنْ كَانَ لَهُ ثَلاَثُ بَنَاتٍ فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ وَأَطْعَمَهُمْ وَسَقَاهُمْ وَكَسَاهُمْ مِنْ جِدَتهِ كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

    "Barangsiapa yang mempunyai tiga orang putri maka ia sabar atas mereka, ia memberi makan, memberi minum, dan memberi pakaian kepada mereka dari kekayaannya, niscaya mereka (tiga orang putri) menjadi perisai baginya dari api neraka di hari kiamat."[36]

    Firman Allah I:

    وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاَةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لاَنَسْئَلُكَ رِزْقًا نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

    Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa. (QS. Thaha:132)

    Sesungguhnya seorang mukmin yang bergaul di tengah masyarakat harus berbekal dengan sifat sabar terhadap kesalahan manusia, agar ia bisa bergaul dengan mereka dan memperbaiki kondisi mereka. Dan dalam hal itulah, Nabi ﷺ‬ bersabda:

    اَلْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ.

    "Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar terhadap gangguan mereka lebih besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar terhadap gangguan."[37]

    Dan di antara tiga golongan yang dicintai oleh Allah I:

    الرَّجُلُ الَّذِي لَهُ الْجَارُ يُؤْذِيْهِ جوَارُه فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ حَتَّى بفرقُ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أَوْ ظَعْنٌ.

    "Seseorang yang mempunyai tetangga yang menyakitinya, lalu ia sabar terhadap gangguannya, sehingga keduanya dipisahkan oleh kematian atau safar…"[38]

    Seorang mujahid yang berjalan untuk memulai kehidupan islam dan mendirikan masyarakat Islam, ia harus sabar di sepanjang jalan, beratnya perjuangan dan susahnya cobaan, di tambah lagi kesabaran menolak kezaliman dan orang-orang zalim, dan ketika itulah ia merasakan pengertian iman:

    أَفْضَلُ اْلإِيْمَانِ الصَّبْرُ وَالسَّمَاحَةُ

    "Iman yang paling utama adalah sabar dan memaafkan."[39]

    Kesimpulan:

    1. Jihad tidak bisa terus berlangsung tanpa sifat sabar.

    2. Orang-orang batil bisa sabar di atas kebatilan mereka, dan orang-orang benar lebih utama lagi…

    3. Sabar bisa diusahakan dengan terus berusaha sabar.

    4. Kesudahan sabar adalah kebaikan.

    5. Sabar yang terpuji adalah yang tidak mengandung rasa benci, keluh kesah, dan tidak pula mengaduh.

    6. Sabar yang terpuji bisa diperoleh dengan tawakal dan keyakinan yang sempurna.

    7. Sabar adalah kemuliaan, dan di dalam keteguhan di atasnya diperoleh kelapangan.

    8. Di antara yang bisa membantu untuk mendapatkan sabar adalah:

    a. Membayangkan pahala yang sediakan Allah I untuk orang-orang yang sabar.

    b. Mencontoh riwayat hidup orang-orang yang sabar.

    c. Mengingat bahwa bala diberikan menurut kadar kekuatan agama.

    d. Mengingat bahwa sabar dapat menghapuskan dosa-dosa.

    9. di antara gambaran sabar:

    a. Sabar terhadap sakit dan cobaan terhadap tubuh.

    b. Sabar di saat susah.

    c. Sabar dalam menuntut ilmu.

    d. Sabar dalam mendidik anak.

    e. Sabar terhadap kesalahan orang lain.

    f. Sabar di atas panjangnya jalan dan beratnya mujahadah.

    [1] Dari syarh Fath al-Bari 3/172, dari Syarh kitab al-Jana`iz, bab ke-42, no. 1302.

    [2] Syarh an-Nawawi 2/104.

    [3] Dari Fath al-Bari 11/304, Syarh kitab ar-Riqaq, bab ke-20.

    [4] Ucapan 'Atha dan ad-Daqqaq bersumber dari Syarh an-Nawawi bagi Shahih Muslim 2/104.

    [5] Shahih al-Bukhari, kitab Zakat, bab ke-50, no. 1469.

    [6] Fath al-Bari 11/304, kitab ar-Riqaq, bab ke-20, no.6470.

    [7] Shahih al-Bukhari, kitab al-Anbiya`, bab ke-54, no. 3474.

    [8] Fath al-Bari 10/193, dari syarh kitab ath-Thib bab ke-31, no.5734.

    [9] Tafsir al-Qurthubi 18/184

    [10] Shahih Sunan at-Tirmidzi , Syaikh al-Albani, kitab al-Iman, bab ke-32 (Shahih).

    [11] Shahih Sunan Ibnu Majah, Syaikh al-Albani, kitab Jaza`iz, bab ke-55, no. 1597 (Hasan).

    [12] Dari Fath al-Bari 3/150 dari syarh kitab al-Jana`iz, bab ke-31, no. 1283.

    [13] Al-Bukhari menyebutkannya dalam judul bab ke-20, kitab ar-Riqaq.

    [14] Shahih al-Bukhari, kitab zakat, bab ke-50, no. 1469.

    [15] Shahih Muslim, kitab ath-Thaharah, bab ke-1 no. 1/223.

    [16] Syarh an-Nawawi terhadap Shahih Muslim 2/103-104.

    [17] Shahih Muslim, az-Zuhd wa ar-Riqaq, bab ke-13, hadits 64/2999.

    [18] Shahih al-Jami’ no. 3024.

    [19] Musnad Ahmad 1/307-308, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no.7907.

    [20] Shahih al-Bukhari, kitab Jana`iz, bab ke-31, no.1283.

    [21] Shahih al-Bukhari, kitab Jana`iz bab ke-32, no. 1284.

    [22] Shahih al-Bukhari

    [23] Shahih Muslim, permulaan kitab zuhud, no. 37/2979.

    [24] Shahih al-Bukhari, kitab al-Anbiya, bab ke-28, no. 3405.

    [25] Shahih Sunan Ibnu Majah, kitab al-Fitan, bab ke-23, no.3249.

    [26] Shahih al-Jami’ no. 995 (shahih).

    [27] Shahih al-Jami' no. 1625 (Shahih).

    [28] Shahih al-Jami' no. 1625 (Hasan).

    [29] Shahih Muslim, kitab al-Munafiqin, bab ke-9, hadits no. 50/2804.

    [30] Fi Dzilalil Qur'an 1/546, dari ayat terakhir dari surah Ali Imran.

    [31] Shahih al-Bukhari, kitab al-Mardha, bab ke-7, no. 5653.

    [32] Shahih al-Bukhari, kitab Fardh al-Khumus, bab ke-19, no. 3147.

    [33] Shahih al-Bukhari, kitab al-Jihad, bab ke-32 no. 3025.

    [34] Shahih al-Bukhari, kitab al-Jihad, bab ke-110, no. 2958.

    [35] Shahih Muslim, kitab Fadhail, bab ke-46, no. 172/2380.

    [36] Shahih Sunan Ibnu Majah, Syaikh al-Albani, kitab al-Adab, bab ke-3, no. 2959.

    [37] Shahih Sunan Ibnu Majah, Syaikh al-Albani, kitab al-Fitan, bab ke-23, no. 3257 (Shahih).

    [38] Musnad Ahmad 5/151, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami' no. 3074.

    [39] Shahih al-Jami' no. 1097 (Shahih).