Hukum orang yang memanfaatkan Islam untuk kepentingan pribadi
Artikel ini diterjemahkan ke dalam
Klasifikasi
Full Description
Hukum orang yang memanfaatkan Islam untuk kepentingan pribadi
﴿ حكم من يستغل الإسلام لأغراضه الشخصية ﴾
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Penyusun : Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
Terjemah : Mohammad Iqbal Ghazali
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2009 - 1430
﴿ حكم من يستغل الإسلام لأغراضه الشخصية ﴾
« باللغة الإندونيسية »
الشيخ محمد بن صالح العثيمين
ترجمة: محمد إقبال غزالي
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2009 - 1430
Hukum orang yang memanfaatkan Islam untuk kepentingan pribadi
Pertanyaan: Apakah pendapat para ulama yang mulia terhadap orang yang memanfaatkan Islam untuk merealisasikan tujuan pribadinya?
Jawaban: Islam adalah agama benar yang sudah dikenal –segala puji bagi Allah I- sebagaimana firman Allah I kepada Nabi-Nya Muhammad ﷺ:
إِنَّآ أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا
Sesungguhnya Kami telah mengutus engkau (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,. (QS. ak-Baqarah :119)
Agama Islam lebih tinggi, lebih mulia, lebih terhormat dari perbuatan manusia yang menjadikannya sebagai sasaran agar ia bisa sampai kepada tujuan pribadinya [1]. Dan sesungguhnya seseorang mengaku bahwa ia adalah pelayan dan pembela islam, maka ucapannya harus disesuaikan dengan perbuatannya sehingga terbukti bahwa ia benar dalam ucapannya. Karena orang-orang munafik mengatakan tentang berpegangnya mereka dengan islam yang apabila seseorang mendengar, ia berkata: 'Mereka adalah orang-orang beriman, ' sebagaimana firman Allah I:
إِذَا جَآءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللهِ
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata:"Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". . (QS. al-Munafiqun:1)
Kemudian Allah I berfirman:
وَاللهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ {1} اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَن سَبِيلِ اللهِ إِنَّهُمْ سَآءَ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ {2}
Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. * Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang tela mereka kerjakan. (QS. al-Munafiqun :1-2)
Hingga firman-Nya:
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ ءَامَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لاَيَفْقَهُونَ {3}* وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِن يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ {4}
Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. * Dan apabila melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka: semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran) (QS. al-Munafiqun:3-4)
Orang-orang munafik mempunyai kemampuan berbicara yang apabila manusia mendengarnya niscaya ia mendengarkan ucapan mereka dan mengira bahwa mereka berada di atas kebenaran. Dalam kondisi apapun, sesungguhnya tidak boleh bagi manusia memanfaatkan agama islam untuk mencapai tujuannya (materi duniawi). Bahkan ia harus berpegang dengan agama islam untuk memperoleh buahnya yang agung, yang darinya didapatkan keagungan dan keteguhan di muka bumi sebelum pahala akhirat. Firman Allah I:
وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَااسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَيُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. (QS. an-Nuur :55)
Dan firman Allah I:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ {97}
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. an-Nahl: 97)
Syaikh Ibnu Utsaimin – Majalah Dakwah edisi 1288, tanggal 11/10/1411 H.
[1] Maksudnya harta benda duniawi.