Kesyirikan Kaumnya Nabi Isa alaihissalam
Klasifikasi
Full Description
- Kesyirikan Kaumnya Nabi Isa alaihissalam
- Awal Mula Kesyirikan Yang Terjadi Pada Kaumnya Nabi Isa 'alaihi sallam.
- Kesyirikan Pada Kaumnya Nabi Isa 'alaihi sallam.
- Berkaitan dengan konsep trinitas.
- Ucapan mereka berkaitan dengan penyaliban Isa sebagai penebus dosa.
- Pernyataan mereka bahwa al-Masih yang akan menghisab manusia.
- Menyembah al-Masih.
- Pengagungan mereka terhadap salib hingga sampai pada derajat ibadah.
- Melukis al-Masih didalam gereja dan menyembahnya.
- Termasuk kesyirikan yang dipraktekan oleh umat yang sesat ini ialah menjadikan pastor dan pendetanya sesembahan selain Allah, yaitu dengan beberapa tindakan mereka, semisal:
- Efek Negatif Dari Kesyirikan Nashrani Terhadap Umat Ini
Kesyirikan Kaumnya Nabi Isa alaihissalam
Kesyirikan Pada Kaumnya Nabi Isa alaihissalam
Segala puji hanya bagi Allah, kami memujiNya, memohon pertolongan dan ampunan kepadaNya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, yang tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad adalah hamba dan RasulNya. Amma Ba'du:
Kaum Nabi Isa 'alaihi sallam:
Allah azza wa jalla telah banyak menceritakan tentang mereka didalam beberapa tempat, salah satunya firman Allah ta'ala:
﴿ إِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٖ مِّنۡهُ ٱسۡمُهُ ٱلۡمَسِيحُ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ وَجِيهٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ ٤٥ وَيُكَلِّمُ ٱلنَّاسَ فِي ٱلۡمَهۡدِ وَكَهۡلٗا وَمِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ٤٦ قَالَتۡ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي وَلَدٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞۖ قَالَ كَذَٰلِكِ ٱللَّهُ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٤٧ ﴾ [ آل عمران: 45-47]
"(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh". Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia". (QS al-Imraan: 45-47).
Dalam kesempatan yang lain Allah azza wa jalla juga berfirman tentang mereka:
﴿ فَأَتَتۡ بِهِۦ قَوۡمَهَا تَحۡمِلُهُۥۖ قَالُواْ يَٰمَرۡيَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ شَيۡٔٗا فَرِيّٗا ٢٧ يَٰٓأُخۡتَ هَٰرُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ ٱمۡرَأَ سَوۡءٖ وَمَا كَانَتۡ أُمُّكِ بَغِيّٗا ٢٨ فَأَشَارَتۡ إِلَيۡهِۖ قَالُواْ كَيۡفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِي ٱلۡمَهۡدِ صَبِيّٗا ٢٩ قَالَ إِنِّي عَبۡدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِيَ ٱلۡكِتَٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيّٗا ٣٠ وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيۡنَ مَا كُنتُ وَأَوۡصَٰنِي بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمۡتُ حَيّٗا ٣١ وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَتِي وَلَمۡ يَجۡعَلۡنِي جَبَّارٗا شَقِيّٗا ٣٢ وَٱلسَّلَٰمُ عَلَيَّ يَوۡمَ وُلِدتُّ وَيَوۡمَ أَمُوتُ وَيَوۡمَ أُبۡعَثُ حَيّٗا ٣٣ ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ قَوۡلَ ٱلۡحَقِّ ٱلَّذِي فِيهِ يَمۡتَرُونَ ٣٤﴾ [ مريم: 27-34 ]
"Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina". Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan? Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada ku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya". (QS Maryam: 27-34).
Dalam ayat yang lain Allah ta'ala juga mengkisahkan tentang nabi Isa 'alaihi sallam, Allah berfirman:
﴿ إِنَّمَا ٱلۡمَسِيحُ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ رَسُولُ ٱللَّهِ وَكَلِمَتُهُۥٓ أَلۡقَىٰهَآ إِلَىٰ مَرۡيَمَ وَرُوحٞ مِّنۡهُۖ ١٧١ ﴾ [ النساء: 171 ]
"Sesungguhnya al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya". (QS an-Nisaa': 171).
Demikian pula didalam firmanNya:
﴿ إِنۡ هُوَ إِلَّا عَبۡدٌ أَنۡعَمۡنَا عَلَيۡهِ وَجَعَلۡنَٰهُ مَثَلٗا لِّبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٥٩ ﴾ [ الزخرف: 59 ]
"Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail". (QS az-Zukhruf: 59).
Inilah dia Isa putera Maryam yang telah Allah azza wa jalla ceritakan kepada kita didalam kitabNya yang suci, didalam al-Qur'an Allah ta'ala telah menjelaskan secara detail tentang nabi Isa bin Maryam yang sudah mencukupi untuk membuang keraguan dan perdebatan yang berkaitan tentang beliau.
Disana tegaskan kalau beliau bukanlah seorang Tuhan apalagi anak Tuhan, namun, diterangkan beliau hanyalah seorang hamba sama seperti para hamba yang lain, yang dijadikan sebagai permisalan bagi Bani Israil. Seperti yang Allah terangkan didalam firmanNya:
﴿ إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ ٱللَّهِ كَمَثَلِ ءَادَمَۖ خَلَقَهُۥ مِن تُرَابٖ ثُمَّ قَالَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٥٩ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُن مِّنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ ٦٠ ﴾ [ آل عمران: 59-60 ]
"Sesungguhnya permisalan (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah dia. (apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu". (QS al-Imran: 59-60).
Dan Allah membantah keyakinan yang menyatakan nabi Isa adalah Allah, yaitu dalam firmanNya:
﴿ لَقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ ٧٢ ﴾ [ المائدة: 72 ]
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah al-Masih putera Maryam". (QS al-Maaidah: 72).
Demikian pula sanggahan Allah didalam beberapa ayatNya yang lain, Allah berfirman:
﴿ لَّقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَۚ قُلۡ فَمَن يَمۡلِكُ مِنَ ٱللَّهِ شَيًۡٔا إِنۡ أَرَادَ أَن يُهۡلِكَ ٱلۡمَسِيحَ ٱبۡنَ مَرۡيَمَ وَأُمَّهُۥ وَمَن فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعٗاۗ ٞ ١٧﴾ [ المائدة: 17 ]
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah al-Masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan al-Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?". (QS al-Maaidah: 17).
Dan juga didalam firmanNya:
﴿ مَّا ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَ إِلَّا رَسُولٞ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُ وَأُمُّهُۥ صِدِّيقَةٞۖ ٧٥﴾ [ المائدة: 75 ]
"Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar". (QS al-Maaidah: 75).
Beliau lah yang di ceritakan oleh Allah azza wa jalla didalam firmanNya, yang telah menyeru kepada Bani Israil dengan ucapannya. Seperti yang Allah nukil dalam firmanNya:
﴿ وَقَالَ ٱلۡمَسِيحُ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ ٧٢﴾ [المائدة: 72]
"Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun". (QS al-Maaidah: 72).
Begitulah al-Qur'an yang mulia telah menceritakan kepada kita tentang nabi Isa 'alaihi sallam secara gamblang, dan kesimpulan yang bisa kita rangkum melalui nushsus diatas ialah:
Bahwa nabi Isa 'alaihi sallam adalah seorang hamba Allah dan rasulNya, serta kalimatNya yang ditiupkan kepada Maryam dan ruhNya.
Beliau merupakan nabi dan rasul terakhir yang Allah utus kepada umat Bani Israil, sebagaimana nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam menjadi nabi dan rasul terakhir yang diutus kepada seluruh umat manusia.
Namanya sering disebut didalam al-Qur'an dengan lafadh al-Masih, kadang pula disebut dengan namanya langsung Isa, terkadang dengan kun'yahnya sebagai putera Maryam.
Adapun ibunya Maryam 'alaiha sallam, maka jati dirinya juga telah banyak dijelaskan didalam banyak ayat, salah satunya ialah firman Allah azza wa jalla:
﴿ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰٓ ءَادَمَ وَنُوحٗا وَءَالَ إِبۡرَٰهِيمَ وَءَالَ عِمۡرَٰنَ عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ ٣٣﴾ [آل عمران: 33]
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)". (QS al-Imran: 33).
Dan Imran, ayah Maryam ini merupakan seorang yang memiliki kedudukan, termasuk ulama besar dikalangan Bani Israil, yang dahulu istrinya pernah bernadzar untuk menyerahkan apa yang ada didalam perutnya (janinnya) untuk berkhidmat kepada agama, dan tatkala janinnya lahir ternyata perempuan maka ibunya memberi nama Maryam.
Nabi Isa 'alaihi sallam merupakan silsilah terakhir dari periode-periode panjang bagi agama Israiliyah, yang mana Allah azza wa jalla menjadikan beliau dan ibunya sebagai tanda akan kebesaranNya, baik berkaitan dengan kelahirannya ataupun pertumbuhannya. Dimana masyarakat Bani Israil ketika itu telah kehilangan ruh agama yang benar, membeku dalam suasana dan ilustrasi serta simpang siur ibadah yang begitu beragam, masyarakat yang telah terjerembab dalam dunia dan materinya, tumpang tindih dalam tindakan kejahatan yang menjijikan, seperti yang Allah sinyalir didalam al-Qur'an dalam surat an-Nisaa', Allah ta'ala mengatakan:
﴿ فَبِظُلۡمٖ مِّنَ ٱلَّذِينَ هَادُواْ حَرَّمۡنَا عَلَيۡهِمۡ طَيِّبَٰتٍ أُحِلَّتۡ لَهُمۡ وَبِصَدِّهِمۡ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ كَثِيرٗا ١٦٠ وَأَخۡذِهِمُ ٱلرِّبَوٰاْ وَقَدۡ نُهُواْ عَنۡهُ وَأَكۡلِهِمۡ أَمۡوَٰلَ ٱلنَّاسِ بِٱلۡبَٰطِلِۚ وَأَعۡتَدۡنَا لِلۡكَٰفِرِينَ مِنۡهُمۡ عَذَابًا أَلِيمٗا ١٦١ ﴾ [ النساء: 160-161 ]
"Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih". (QS an-Nisaa': 160-161).
Begitu didalam ayat yang sebelumnya, Allah ta'ala befirman:
﴿ فَبِمَا نَقۡضِهِم مِّيثَٰقَهُمۡ وَكُفۡرِهِم بَِٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَقَتۡلِهِمُ ٱلۡأَنۢبِيَآءَ بِغَيۡرِ حَقّٖ وَقَوۡلِهِمۡ قُلُوبُنَا غُلۡفُۢۚ بَلۡ طَبَعَ ٱللَّهُ عَلَيۡهَا بِكُفۡرِهِمۡ فَلَا يُؤۡمِنُونَ إِلَّا قَلِيلٗا ١٥٥﴾ [ النساء: 155 ]
"Maka (kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati Kami tertutup". Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka". (QS an-Nisaa': 155).
Sedangkan Bani Israil, mereka adalah umat yang keras kepala, suka melanggar perintah, terkadang mereka menyembah berhala atau patung, kadang juga menyembah Allah ta'ala. Membunuh para nabi tanpa ada alasan yang bisa dibenarkan, menghalalkan perkara-perkara yang telah diharamkan oleh Allah dengan tipu muslihat mereka, oleh karena itu mereka dilaknat melalui lisannya nabi Dawud 'alaihi sallam, dan mereka lah kaum yang telah menghancurkan Baitul Maqdis sebagaimana maklum bersama dikalangan para penganut agama semuanya.[1]
Begitu pula telah merasuk pada pemahaman mereka aqidah ta'thil, dimana sebelumnya ketika mereka berada pada zamannya nabi Isa 'alaihi sallam berada diatas agama tauhid, dengan menetapkan sifat-sifat Allah azza wa jalla, dan membenarkan pembicaraan Allah bersama hambaNya nabi Musa 'alaihi sallam. Hingga ketika nabi Musa 'alaihi sallam meninggal, maka masuklah penyusup yang ingin merusak Bani Israil, memasukan aqidah ta'thil ditengah-tengah mereka, yang kemudian kelompok tersebut -sebagai musuhnya nabi Musa 'alaihi sallam- semakin banyak dan berkembang, dan mereka lebih mendahulukan ilmu akal yang berisikan ta'thil, mengebiri nash-nash yang ada didalam kitab Taurat, maka Allah timpakan kepada mereka kehinaan dengan hilangnya kekuasaan yang telah dimiliki oleh Bani Israil sebelumnya, sehingga mereka melarikan diri dari negerinya, dan anak keturunannya menjadi budak dan tawanan.[2]
Artinya, ketika penyakit akut ini masuk ke tengah-tengah Bani Israil yakni menta'thil sifat-sifat Allah, maka hal itu sebagai faktor kehinaan, kebinasaan dan kehancuran kekuasaan yang telah mereka milik sebelumnya.
Maka ketika Allah azza wa jalla ingin membangkitkan tidur panjang masyarakat ini dari kebengkokannya maka Allah mengobarkan kembali kekuatan rohani mereka yang telah lama dilupakan.
Kemudian Allah memberikan tiga ayat besar sebagai tanda yang datang saling berurutan satu sama lainnya, ketiga ayat tersebut ialah, kelahiran Maryam 'alaihi sallam, dimana ibunya adalah seseorang yang telah divonis mandul tidak bisa melahirkan lagi, maka ibunya bernadzar jikalau dirinya dikaruniai oleh Allah seorang anak maka akan dia persembahkan dan siapkan untuk berkhidmat kepada Baitul Maqdis.
Dan tatkala dirinya melahirkan Maryam, dia menyayangkan karena yang lahir adalah perempuan, sebab perempuan dinilai kurang sempurna untuk bisa berkhidmat kepada Baitul Maqdis, maka ibunya mengemukakan udzurnya kepada Allah, sebagaimana yang Allah rekam secara jelas perkataanya didalam firmanNya, yaitu:
﴿ فَلَمَّا وَضَعَتۡهَا قَالَتۡ رَبِّ إِنِّي وَضَعۡتُهَآ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ وَلَيۡسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلۡأُنثَىٰۖ وَإِنِّي سَمَّيۡتُهَا مَرۡيَمَ وَإِنِّيٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ ٣٦ ﴾ [ آل عمران: 36 ]
"Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk". (QS al-Imran: 36).
Dan Allah ta'ala tidak menyia-yiakannya, Allah menerima nadzarnya dan membesarkan Maryam secara baik, setelah itu ibunya membawa Maryam ke para ulama yang berada di Baitul Maqdis lalu menyerahkan anaknya kepada mereka sembari berpesan, "Saya serahkan kepada kalian anak ini yang telah saya nadzarkan untuk berkhidmat pada Allah".
Maka para ulama Bani Israil berlomba-lomba untuk menjadi orang yang bisa mengasuhnya, akan tetapi, Allah lebih memilih Zakaria 'alaihi sallam yang mengasuhnya, sebab istrinya masih bibinya Maryam, kemudian nabi Zakaria membuat tempat untuk Maryam di samping mihrab masjid, dan beliau menjumpai keajaiban pada anak ini, yaitu setiap kali beliau masuk menemui Maryam di dalam mihrab maka dirinya menjumpai makanan yang Allah turunkan kepadanya. Seperti yang Allah rekam didalam firmanNya:
﴿ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزۡقٗاۖ قَالَ يَٰمَرۡيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَاۖ قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ ٣٧ ﴾ [ آل عمران: 37 ]
"Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini? Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab". (QS al-Imran: 37).
Melihat hal itu menjadikan nabi Zakaria 'alaihi sallam sangat menginginkan untuk bisa dikarunia anak oleh Allah walaupun dirinya sadar kalau umurnya sudah sangat tua, dan beliau wujudkan keinginannya tersebut dengan berdoa kepada Allah, dengan doa yang sangat memohon dan merendahkan diri, sambil bertawasul kepada Allah dengan wasilah yang paling dicintai olehNya, yaitu menunjukan kebutuhan dan hajat serta kefakiranya kepada Allah, dan menginginkan kepadaNya semata, beliau berdoa sebagaimana yang Allah nukil didalam firmanNya:
﴿ قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّي وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبٗا وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا ٤ وَإِنِّي خِفۡتُ ٱلۡمَوَٰلِيَ مِن وَرَآءِي وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا فَهَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّٗا ٥ يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنۡ ءَالِ يَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِيّٗا ٦ ﴾ [ مريم: 4-6 ]
"Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub dan Jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai". (QS Maryam: 4-6).
Tidak selang berapa lama kemudian, sebelum beliau meninggalkan mihrab, terdengar suara malaikat yang memanggilnya untuk mengabarkan kepadanya bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya Yahya yang akan membenarkan perkataanNya, sebagai anugerah dari Allah ta'ala, yang dijadikan sebagai pemimpin yang sangat takut kepada Allah serta sebagai nabi bagi orang-orang yang sholeh.
Mendengar berita gembira tersebut nabi Zakaria merasa heran, bagaimana mungkin dirinya masih bisa mempunyai anak, dikarenakan usianya yang sudah tidak muda lagi ditambah istrinya yang mandul. Dan ketakjuban beliau dijawab oleh Allah ta'ala dengan firmanNya:
﴿ قَالَ كَذَٰلِكَ ٱللَّهُ يَفۡعَلُ مَا يَشَآءُ ٤٠ ﴾ [ آل عمران: 40 ]
"Allah berfirman: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya". (QS al-Imran: 40).
Kemudian nabi Zakaria 'alaihi sallam meminta tanda yang membuktikan kehamilan istrinya, dan permohonan beliau dikabulkan dengan firmanNya:
﴿ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَ لَيَالٖ سَوِيّٗا ١٠ ﴾ [ مريم: 10 ]
"Allah berfirman: "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat". (QS Maryam: 10).
Selanjutnya lahirlah Yahya, lalu dirinya menjadi dewasa dengan kesucian dan keistiqomahan, nabi Yahya menjadi mukjizat akan ke wara'an dan kezuhudan serta ketaatannya kepada Allah azza wa jalla ditambah baktinya terhadap kedua orang tuanya, kemudian Allah mengaruniai ilmu dan hikmah kepadanya, diberi anugerah untuk mengemban risalah. Dan inilah tanda kedua yang Allah ta'ala berikan kepada umat Bani Israil.
Adapun ayat yang ketiga ialah kelahiran nabi Isa 'alaihi sallam. Dan Allah azza wa jalla telah mengkisahkan kepada kita secara indah dan gamblang tentang kisah beliau secara sempurna didalam surat Maryam. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
﴿ وَٱذۡكُرۡ فِي ٱلۡكِتَٰبِ مَرۡيَمَ إِذِ ٱنتَبَذَتۡ مِنۡ أَهۡلِهَا مَكَانٗا شَرۡقِيّٗا ١٦ فَٱتَّخَذَتۡ مِن دُونِهِمۡ حِجَابٗا فَأَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرٗا سَوِيّٗا ١٧ قَالَتۡ إِنِّيٓ أَعُوذُ بِٱلرَّحۡمَٰنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيّٗا ١٨ قَالَ إِنَّمَآ أَنَا۠ رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَٰمٗا زَكِيّٗا ١٩ قَالَتۡ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞ وَلَمۡ أَكُ بَغِيّٗا ٢٠ قَالَ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٞۖ وَلِنَجۡعَلَهُۥٓ ءَايَةٗ لِّلنَّاسِ وَرَحۡمَةٗ مِّنَّاۚ وَكَانَ أَمۡرٗا مَّقۡضِيّٗا ٢١ ۞فَحَمَلَتۡهُ فَٱنتَبَذَتۡ بِهِۦ مَكَانٗا قَصِيّٗا ٢٢ فَأَجَآءَهَا ٱلۡمَخَاضُ إِلَىٰ جِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ قَالَتۡ يَٰلَيۡتَنِي مِتُّ قَبۡلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسۡيٗا مَّنسِيّٗا ٢٣ فَنَادَىٰهَا مِن تَحۡتِهَآ أَلَّا تَحۡزَنِي قَدۡ جَعَلَ رَبُّكِ تَحۡتَكِ سَرِيّٗا ٢٤ وَهُزِّيٓ إِلَيۡكِ بِجِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ تُسَٰقِطۡ عَلَيۡكِ رُطَبٗا جَنِيّٗا ٢٥ فَكُلِي وَٱشۡرَبِي وَقَرِّي عَيۡنٗاۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلۡبَشَرِ أَحَدٗا فَقُولِيٓ إِنِّي نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمَٰنِ صَوۡمٗا فَلَنۡ أُكَلِّمَ ٱلۡيَوۡمَ إِنسِيّٗا ٢٦ فَأَتَتۡ بِهِۦ قَوۡمَهَا تَحۡمِلُهُۥۖ قَالُواْ يَٰمَرۡيَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ شَيۡٔٗا فَرِيّٗا ٢٧ يَٰٓأُخۡتَ هَٰرُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ ٱمۡرَأَ سَوۡءٖ وَمَا كَانَتۡ أُمُّكِ بَغِيّٗا ٢٨ فَأَشَارَتۡ إِلَيۡهِۖ قَالُواْ كَيۡفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِي ٱلۡمَهۡدِ صَبِيّٗا ٢٩ قَالَ إِنِّي عَبۡدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِيَ ٱلۡكِتَٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيّٗا ٣٠ وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيۡنَ مَا كُنتُ وَأَوۡصَٰنِي بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمۡتُ حَيّٗا ٣١ وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَتِي وَلَمۡ يَجۡعَلۡنِي جَبَّارٗا شَقِيّٗا ٣٢ وَٱلسَّلَٰمُ عَلَيَّ يَوۡمَ وُلِدتُّ وَيَوۡمَ أَمُوتُ وَيَوۡمَ أُبۡعَثُ حَيّٗا ٣٣ ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ قَوۡلَ ٱلۡحَقِّ ٱلَّذِي فِيهِ يَمۡتَرُونَ ٣٤ ﴾ [مريم: 16-34 ]
"Dan seritakanlah (kisah) Maryam di dalam al-Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa". Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina! Jibril berkata: "Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiku dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan". Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina". Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan? Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya". (QS Maryam: 16-34).
Allah azza wa jalla mengutusnya kepada Bani Israil sebagai seorang rasul, yang sebelumnya kerasulan telah mengalami kevakuman di tengah-tengah Bani Israil, Allah menjadikan beliau sebagai tanda kekuasaanNya kepada manusia, dimana beliau dilahirkan tanpa memiliki seorang ayah, sebagai bukti akan kesempurnaan kemampuan yang Allah miliki, serta kesyumulan kalimatNya, dimana Allah telah membagi jenis manusia menjadi empat macam, yang pertama, menciptakan Adam tanpa memiliki ayah dan ibu, kedua, menciptakan istrinya Hawa tanpa ayah dan ibu, ketiga, menciptakan al-Masih putera Maryam dari seorang wanita tanpa suami, dan yang terakhir, Allah menciptakan seluruh manusia melalui perantara pasangan laki dan perempuan.
Selanjutnya Allah menganugerahkan kepada al-Masih tanda-tanda mukjizat yang sangat jelas selaras dengan sunahNya, yaitu mampu menghidupkan orang yang telah mati, menyembuhkan orang yang buta dan tuli, mengabarkan kepada manusia apa yang mereka makan serta yang mereka simpan didalam rumahnya.
Lalu, beliau mengajak kaumnya untuk beribadah kepada Allah, mengikuti jejak para nabi dan rasul yang datang sebelumnya, membenarkan apa yang datang sebelumnya, dan sebagai pemberi kabar gembira akan kedatangan utusan yang datang setelahnya.[3]
Dimana Allah ta'ala telah menceritakan nabi Isa 'alaihi sallam didalam al-Qur'an yang mulia, berkaitan dengan sepak terjang dakwah tauhidnya dan juga berita tentang kerasulannya dalam banyak tempat.
Dan ditengah-tengah kisah beliau Allah azza wa jalla membantah kaum Nashrani yang mengklaim bahwa nabi Isa 'alaihi sallam adalah anakNya, serta ucapan mereka yang mengatakan, sesungguhnya Tuhan adalah tiga dalam satu.
Yang mana Bani Israil telah merubah ajaran nabi Isa 'alaihi sallam serta menyelesihi dakwah beliau, sebab nabi Isa tidaklah menyeru kaumnya melainkan sama persis seperti apa yang diserukan oleh para rasul yang datang sebelumnya dari mentauhidkan Allah azza wa jalla dan mengesakan ibadah hanya kepadaNya. Seperti yang Allah ta'ala tegaskan didalam firmanNya tentang muatan dakwah beliau, Allah berfirman:
﴿ وَيُعَلِّمُهُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَ ٤٨ وَرَسُولًا إِلَىٰ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ أَنِّي قَدۡ جِئۡتُكُم بَِٔايَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ أَنِّيٓ أَخۡلُقُ لَكُم مِّنَ ٱلطِّينِ كَهَيَۡٔةِ ٱلطَّيۡرِ فَأَنفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيۡرَۢا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُبۡرِئُ ٱلۡأَكۡمَهَ وَٱلۡأَبۡرَصَ وَأُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُنَبِّئُكُم بِمَا تَأۡكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمۡۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لَّكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ٤٩ وَمُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَلِأُحِلَّ لَكُم بَعۡضَ ٱلَّذِي حُرِّمَ عَلَيۡكُمۡۚ وَجِئۡتُكُم بَِٔايَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُونِ ٥٠ إِنَّ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُۚ هَٰذَا صِرَٰطٞ مُّسۡتَقِيمٞ ٥١ ﴾ [ آل عمران: 48-51 ]
"Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab, hikmah, Taurat dan Injil. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung, kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah, dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak, dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah, dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus". (QS al-Imran: 48-51).
Demikian pula yang Allah ceritakan didalam firmanNya:
﴿ لَقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ وَقَالَ ٱلۡمَسِيحُ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ ٧٢﴾ [ المائدة: 72 ]
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah al-Masih putera Maryam", Padahal al-Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun". (QS al-Maaidah: 72).
Begitu juga yang Allah jelaskan didalam firmanNya:
﴿ وَلَمَّا جَآءَ عِيسَىٰ بِٱلۡبَيِّنَٰتِ قَالَ قَدۡ جِئۡتُكُم بِٱلۡحِكۡمَةِ وَلِأُبَيِّنَ لَكُم بَعۡضَ ٱلَّذِي تَخۡتَلِفُونَ فِيهِۖ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُونِ ٦٣ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُۚ هَٰذَا صِرَٰطٞ مُّسۡتَقِيمٞ ٦٤ ﴾ [ الزخرف: 63-64 ]
"Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku". Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu Maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus". (QS z-Zukhruf: 63-64).
Dan Allah menceritakan kepada kita didalam surat al-Maaidah sebuah ilustrasi gambaran apa yang akan terjadi kelak pada hari kiamat manakala nabi Isa 'alaihi sallam ditanya oleh Allah azza wa jalla apakah benar dirinya yang menyuruh kepada kaum Nashrani untuk menjadikan dirinya bersama ibunya sebagai sesembahan selain Allah, maka beliau memberikan jawaban yang membungkam seluruh kaum Nashrani, sebuah jawaban yang menghujam lagi tegas. Allah ta'ala rekam hal tersebut didalam firmanNya:
﴿ وَإِذۡ قَالَ ٱللَّهُ يَٰعِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ءَأَنتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ ٱتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيۡنِ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ قَالَ سُبۡحَٰنَكَ مَا يَكُونُ لِيٓ أَنۡ أَقُولَ مَا لَيۡسَ لِي بِحَقٍّۚ إِن كُنتُ قُلۡتُهُۥ فَقَدۡ عَلِمۡتَهُۥۚ تَعۡلَمُ مَا فِي نَفۡسِي وَلَآ أَعۡلَمُ مَا فِي نَفۡسِكَۚ إِنَّكَ أَنتَ عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ ١١٦ مَا قُلۡتُ لَهُمۡ إِلَّا مَآ أَمَرۡتَنِي بِهِۦٓ أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۚ وَكُنتُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيدٗا مَّا دُمۡتُ فِيهِمۡۖ فَلَمَّا تَوَفَّيۡتَنِي كُنتَ أَنتَ ٱلرَّقِيبَ عَلَيۡهِمۡۚ وَأَنتَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ شَهِيدٌ ١١٧ إِن تُعَذِّبۡهُمۡ فَإِنَّهُمۡ عِبَادُكَۖ وَإِن تَغۡفِرۡ لَهُمۡ فَإِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ١١٨﴾ [ المائدة: 116-118 ]
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib". aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS al-Maaidah: 116-118).
Begitu pula dalam kesempatan-kesempatan yang lain al-Qur'an juga menegaskan kepada kita bahwa nabi Isa 'alaihi sallam berlepas diri dari segala perkara jelek yang dinisbatkan kepada dirinya. Dan menyatakan bahwa tidaklah dirinya melainkan sama tugasnya seperti salah seorang diantara para rasul lainya yang diutus sebelum beliau yaitu mengajak kaumnya untuk mentauhidkan Allah serta memberangus peribadatan kepada selain Allah.[4]
Kesimpulannya, al-Masih ialah hamba Allah dan rasulNya, kalimatNya yang ditiupkan kepada Maryam. Beliau diutus untuk membimbing orang-orang yang telah tersesat dari kalangan Bani Israil. Beliau memperbaharui agama mereka serta memperjelas ajaran-ajarannya. Mengajak mereka hanya beribadah kepada Allah semata, berlepas diri dari perkara-perkara baru dan pemikiran yang sesat, namun, balasan mereka kepada beliau justru memusuhinya, mendustakan serta menuduh dirinya dan ibunya dengan tuduhan-tuduhan yang sangat buruk, hingga sampai ada diantara mereka yang berusaha dan berkomplot untuk membunuhnya, tapi, Allah mensucikan beliau dari tangan-tangan jahat mereka, lalu beliau diangkat untuk berada disisiNya, sehingga mereka tidak dapat merealisasikan niatan buruknya.
Dan sebelumnya Allah ta'ala telah menganugerahi al-Masih para pengikut setia yang menolong dakwahnya dengan mengajak manusia kepada agama serta syariat yang beliau bawa, hingga akhirnya agama beliau mampu mengungguli agama yang menyelisihinya, banyak para raja yang masuk agamanya, hingga akhirnya agama beliau mampu menyebar, kebenaranpun mengalahkan kebatilan, kondisi itu terus berlangsung beberapa zaman kurang lebih tiga ratus tahun.[5]
Awal Mula Kesyirikan Yang Terjadi Pada Kaumnya Nabi Isa 'alaihi sallam.
Setelah kematian nabi Isa 'alaihi sallam sekitar tujuh puluh tahun kemudian, ada salah seorang tokoh paganisme yang masuk agamanya yang bernama Paulus –dalam keadaan nifak, islamnya hanya sekedar kedok- dimana sebelum masuk agama Nashrani dirinya menindas kaum Nashrani, berlaku sewenang-wenang pada mereka serta membunuhnya dengan cara yang sangat buruk. Kemudian setelah dirinya menyatakan keislamannya dia memberi gagasan pendapat yang belum pernah dikatakan sebelumnya, diantara pendapat aneh tersebut ialah:
01. Mengajak orang untuk meyakini aqidah Trinitas.
02. Menyeru manusia untuk menyakini ketuhanan al-Masih, dan ketuhanan Ruh al-Qudus.
03. Membikin cerita bohong tentang adanya tebusan dosa bagi kesalahan umat manusia.
04. Menjadikan hari ahad sebagai hari suci bagi kaum Nashrani, dengan argumen jika pada hari tersebut nabi Isa bangkit dari kuburnya, untuk mengganti hari sabtu yang sebelumnya telah disucikan oleh kaum Yahudi.
05. Memberikan hak bagi para pembesar dan rahib untuk mengatur syariat, yang sebelumnya merupakan tugasnya para nabi dan rasul.
06. Dirinya memberi maklumat dengan dihapusnya kitab suci Taurat. Hal itu ia lakukan tatkala dirinya menjumpai orang Yahudi dan Nashrani masih kuat dalam memegangi ajaran Taurat. Makar tersebut ia lakukan, sebagai permulaan misinya untuk bisa memasukan aqidah paganisme dan pelakunya kedalam agama Nashrani, sebab Paulus merasa kalau kitab Taurat sebagai penghalang terbesar yang menghadang dirinya, kemudian dia memproklamirkan dihadapan pengikutnya bahwa hanya dengan mengimani al-Masih sudah bisa menjamin mereka untuk bisa selamat.[6]
Dengan berpijak pada penghapusan Taurat, Paulus mampu menutup banyak sekali hukum yang sebelumya telah dikenal oleh orang Yahudi dan al-Masih. Diantaranya ialah hukum khitan bagi laki-laki, maka dia menghapus hukum khitan ini.[7]
Sebagaimana dirinya juga membolehkan bagi kaum Nashrani yang baru masuk agamanya untuk memakan daging babi, sedangkan dalam syariat yang turun sebelumnya dari langit telah diharamkan, dan sebelumnya masih ada yang tersisa ditengah-tengah mereka ajaran agamanya al-Masih semisal khitan, mandi dari janabah, mengagungkan hari sabtu, haramnya daging babi, disamping itu mereka juga masih mengharam apa telah diharamkan oleh Taurat kecuali apa yang dibolehkan bagi mereka melalui nash Taurat, akan tetapi, tatkala keluar maklumat dihapusnya Taurat, Paulus dengan cerdik mampu memasukan ajaran-ajaran paganisme kedalam agama al-Masih.
Namun, bukan berarti dirinya sukses seratus persen dalam misinya, sebab Paulus gagal untuk bisa menyakinkan kaum Nashrani untuk menyudahi prinsip-prinsip yang telah mereka yakini sebelumnya, dirinya juga gagal untuk menyakinkan orang-orang Yahudi dan Nashrani yang berada dibelahan timur, dikarenakan masih adanya para Hawariyun (pengikut setia nabi Isa 'alaihi sallam) dan murid-muridnya yang masih kuat memegang nasehat dan ajaran nabi Isa 'alaihi sallam, namun, Paulus tetap ngeyel tidak mau merubah sikap dan kelakuannya, justru dirinya membawa keyakinan yang lain lagi, yang ia layangkan kepada benua Eropa dimana dirinya membikin pemikiran baru tentang al-Masih, diantaranya yaitu:
07. Bahwa ajaran al-Masih bersifat universal untuk seluruh dunia. Sedangkan kita ketahui kalau dakwahnya nabi Isa 'alaihi sallam diperuntukan secara khusus bagi kaum Yahudi.[8]
08. Nabi Isa 'alaihi sallam mati ditiang salib untuk menebus dosa umat manusia.
09. Kebangkitan nabi Isa 'alaihi sallam dari kematiannya. Yang kemudian beliau naik ke langit dan duduk disebelah kanannya Allah.[9]
Inilah beberapa prinsip ajaran agama yang disempalkan oleh Paulus kedalam agama Nashrani, yang mendapat kecaman keras dari kalangan Nashrani pada awal mulanya, dimana mereka menolak secara mentah-mentah.
Dan Paulus sendiri mengungkapkan dengan jelas didalam suratnya yang kedua yang ditujukan kepada Taimutsaus, "Sesungguhnya seluruh orang (Nashrani) yang berada di Asia murtad dariku".[10]
Dan ada kemungkinan besar faktor yang menyebabkan hal tersebut karena disana masih ada yang hidup dari kalangan Hawariyun atau orang-orang yang masih menetapi kebenaran serta pernah melihat nabi Isa 'alaihi sallam.
Kecaman keras terhadap prinsip-prinsip ajaran tersebut terus berlangsung –kecuali orang yang nyleneh dikalangan mereka dari penduduk Romawi dan Yunani terlebih penduduk Eropa barat. Dimana keyakinan dan ajaran paganisme telah menguasainya sehingga mereka sering menisbatkan pemikirannya serta mengambil mentah-mentah-. Adapun kaum Nashrani yang berada di Asia dan tempat yang kedapatan utusan yang ditugaskan oleh al-Masih maka mereka sangat menentang prinsip tersebut kurang lebih mampu bertahan selama tiga ratus tahun -seperti yang kami kemukakan diawal-.
Akan tetapi, setelah itu agama al-Masih mulai mengalami perubahan dan pergeseran, hingga akhirnya betul-betul hilang dan lenyap, tidak ada yang tersisa sedikitpun ajarannya ditengah-tengah kaum Nashrani, yang ada justru mereka beragama dengan agama yang telah terkontaminasi antara agama al-Masih dan agama Filsafat para penyembah patung.
Tatkala kondisinya sudah demikian maka kaum Nashrani mulai berpecah-pecah kurang lebih hingga delapan puluh kelompok, selanjutnya mereka menjadi bergolong-golongan dengan perbedaan dan permusuhan, saling mencela satu sama lain, hingga akhirnya mampu disatukan kembali oleh raja Qostantin dari perpecahan tadi mulai dari kepulauan, negeri dan belahan dunia. Dirinya menyatukan seluruh penganut agama Nashrani hingga terkumpul pada saat itu sebanyak tiga ratus delapan belas.[11]
Kejadian itu terjadi pada tahun 325 Masehi,[12] dimana berkumpul disisinya orang-orang Nashrani yang menyatakan konsep Trinitas, beserta kaum Nashrani yang masih berada pada pemahaman yang benar berkaitan dengan al-Masih semisal Arios dan para pengikutnya. Akan tetapi, sang raja lebih condong kepada pendapat yang menganut paham Trinitas, dan diputuskan dalam pertemuan tersebut ketuhanan al-Masih 'alaihi sallam, dijelaskan kalau beliau turun untuk disalib dalam rangkan menebus dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia –sebagaimana telah kami singgung ketika menjelaskan pemikiran Paulus- dengan sebab itu agama Nashrani berubah menjadi kotanya Paulus bukan untuk al-Masih, kecuali hanya tinggal penamaan saja.[13]
Kesyirikan Pada Kaumnya Nabi Isa 'alaihi sallam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, "Kaum Nashrani telah banyak tergerus dengan praktek kesyirikan".[14] Dalam kesempatan lain beliau menuturkan, "Sesungguhnya kaum Nashrani lebih buruk dari pada orang Yahudi, dimana mereka lebih tersesat dan banyak melakukan perbuatan syirik".[15]
Beliau juga menjelaskan, "Dan tatkala pokok agama Nashrani dibangun diatas kesyirikan dengan banyaknya jalan menuju Allah makanya mereka lebih tersesat dari pada kaum Yahudi".[16]
Begitu pula apa yang dikatakan oleh Imam Ibnu Qoyim, beliaumenjelaskan, "Pondasi agama Nashrani dibangun diatas celaan kepada Allah, dan menyekutukanNya".[17]
Dalam kesempatan lain beliau menuturkan, "Sesungguhnya terkumpul pada kaum ini kesyirikan dan celaan kepada Allah serta suka mengurangi hakNya".[18]
Bila demikian apa kesyirikan yang dikerjakan oleh kaum ini? Didapati ternyata ada berbagai macam jenis kesyirikan yang di lakukan oleh mereka, diantaranya ialah:
Berkaitan dengan konsep trinitas.
Dan yang dimaksud dengan trinitas sebagaimana dinukil oleh kamus kitab suci mereka, ialah, "Satu Tuhan, Tuhan bapak dan anak serta ruh qudus, dan Tuhan dzat, yang masing-masing memiliki kesamaan dalam kemampuan dan kemulian".[19]
Mereka menerangkan konsep ini dengan perkataannya, "Sesungguhnya ajaran trinitas terkandung didalamnya beberapa perkara, yaitu:
1. Mengesakan Allah.
2. Ketuhanan bagi bapak, anak dan ruh Qudus.
3. Sesungguhnya bapak, anak dan ruh Qudus adalah orang yang masing-masing mempunyai kelebihan semenjak dulu dan untuk selama-lamanya.
4. Sesungguhnya ketiga komponen tersebut sejatinya adalah satu dzat, yang memiliki kesamaan dalam kemampuan dan kemulian.
5. Dan diantara tiga komponen tadi juga mempunyai kelebihan dalam perkara tugas dan pekerjaanya.
6. Sesungguhnya sebagian pekerjaan tuhan ada yang dinisbatkan dalam kitab suci kepada bapak, anak dan ruh Qudus, semisal menciptakan alam semesta serta menjaganya. Sebagian pekerjan ada yang dinisbatkan secara khusus hanya dilakukan oleh tuhan bapak semisal memilih dan menyeru orang. Sebagain pekerjan lagi ada yang dinisbatkan secara khusus kepada tuhan anak semisal pembelaan. Dan sebagian pekerjaan ada yang dinisbatkan secara khusus kepada tuhan Ruh qudus semisal memperbaharui dan mensucikan.[20]
Lebih jelasnya mereka mengatakan, "Sesungguhnya keesaan Allah merupakan keesaan hakiki, begitu pula trinitasnya, artinya tuhan yang tiga juga hakiki, yakni tiga orang yang dalam satu waktu mempunyai kelebihan yang saling berbeda satu sama lain dari tiga orang tadi dengan pekerjaan-pekerjaan dan kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh yang lainya, dan didalam satu waktu juga mereka mempunyai kesamaan dari segi kemampuan dan kemulian, serta keberadaanya, tidak ada yang saling mendahului satu sama lainnya".
Sanggahan untuk mereka, "Pada kenyataannya konsep tadi sedang menyatukan dua perkara yang saling kontradiktif, sebab keesaan akan menafikan persekutuan, demikian pula persekutuan akan menafikan keesaan. Dimana tidak mungkin bisa berkumpul jadi satu antara keesaan dan persekutuan dalam satu tempat, sehingga menjadi jelas kalau konsep tersebut merupakan dua perkara yang kontradiktif yang tidak mungkin bisa berkumpul, hal ini sama persis seperti menyatukan antara hitam dan putih".[21]
Dalam hal ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, "Dan ada kaum yang ekstrim kepada nabi Isa 'alaihi sallam dengan mengklaim bahwa Isa adalah Tuhan atau anak Tuhan, dia adalah tuhan yang menitis bersama manusia menjadi dzat yang satu, tiga orang, bahwa diantara salah satu orang tersebut berpangkal dari kalimat, yaitu ilmu, yang bersatu bersama tabiat manusia.
Seperti yang telah dimaklumi bersama bahwa kalau salah satu dari keduanya tentunya tidak mungkin bisa terpisah satu sama lainnya, melainka jika mereka menjadikan tiga Tuhan yang saling berbeda, namun, hal tersebut tidak dikatakan oleh seorangpun diantara mereka".[22]
Dan orang Nashrani menyakini bersatunya dua hal tadi, yang tentunya hal tersebut saling kontradiksi yang diingkari indera, akal, dan nash.
Orang Nashrani berusaha untuk bisa mendekatkan keyakinan ini kepada manusia dengan cara mengilustrasikan dalam sebuah misal dan perumpamaan yang dibuat.
Terkadang mereka mengilustrasikan dengan tubuh manusia yang tergabung dari darah, nyawa dan badan.
Kadang dengan matahari yang tersusun dari panas, dimana dengannya bisa menyinari dunia dan kadang menghilang.
Diantara mereka ada yang membuat permisalan dengan sebuah pohon, sesungguhnya pohon berasal dari akar, batang dan daun.[23]
Diantara mereka ada yang menyatakan, "Sesungguhnya al-Masih dari tuhan bapak kedudukanya sama seperti kobaran api yang menyala dengan sebab apinya, tidak berkurang yang pertama apabila yang kedua redup".[24]
Ilustrasi dan permisalan-permisalan semacam ini sama sekali tidak ada yang cocok apalagi sesuai dengan konsep trinitas yang mereka gembar-gemborkan. Sebab perkara-perkara yang dijadikan perumpamaan tadi adakalanya memang satu dzat yang mempunyai cabang dan bagian, atau memiliki sifat dan efek, berbeda dengan dakwah trinitas mereka.
Dimana mereka menyatakan, "Mereka adalah tiga Tuhan yang hakiki yang mempunyai tugas berbeda-beda, namun, dalam satu waktu mereka adalah satu Tuhan yang hakiki". Ucapan ini sangat jauh panggang dari apinya dengan perumpamaan yang mereka berikan, seperti manusia yang terdiri dari darah, nyawa dan tubuh, bila diperhatikan maka unsur-unsur tubuh tadi tidak bisa terpisahkan satupun diantara unsure-unsur tadi dari dzatnya, sebagaimana diketahui pula jika darah bukanlah nyawa, dan nyawa bukanlah jasad, dan jasad juga bukan darah dan nyawa. Berbeda dengan klaim mereka tentang konsep trinitas. Yang mereka sangka dalam konsep tersebut bahwa masing-masing dari ketiga Tuhan adalah tuhan yang berbeda.
Oleh sebab itu banyak diantara ulama mereka yang terus terang tidak mampu mencerna aqidah trinitas ini, mereka menyatakan, "Sesungguhnya konsep trinitas merupakan perkara yang tidak bisa dicerna dan masuk akal".[25]
Maksud dari penjelasan ini ialah bahwa kaum Nashrani telah terjatuh kedalam kesyirikan dengan sebab ucapannya yang menganut paham trinitas. Dan hal tersebut masuk dalam kategori kesyirikan rububiyah. Dimana mereka menjadikan Allah tersusun dari perkara-perkara tadi, disamping itu mereka juga mengurangi hak Allah azza wa jalla, mereka telah mencela dan menuduh dengan perkara-perkara yang tidak pantas kepada Allah ta'ala.
Yang mana mereka mengklaim bahwa Allah –maha suci Allah dari ucapan mereka- turun dari singgasanaNya dan dari keagungan kursiNya lalu masuk kedalam lubang kemaluan wanita, lalu tinggal disana selama Sembilan bulan tertimpa antara air kencing, darah dan kotoran. Mereka mengemukakan alasanya dengan tahapan-tahapan yang harus dilalui mulai dari ari-ari, rahim dan dalam perut.
Kemudian tuhannya dikatakan keluar dari tempat dimana dirinya masuk, setelah itu menjadi bayi yang menetek, dirinya berada dalam balutan, diatas ranjang, menangis, merasa lapar, haus, kencing, buang kotoran dan digendong kemana-mana oleh banyak orang.
Selanjutnya setelah besar dirinya di tampar pipinya oleh orang Yahudi, lalu diikat kedua tanganya, diludahi wajahnya, dipukul tengkuknya, kemudian mereka menyalibnya terang-terangan dihadapan para penjahat, lalu mereka mengenakan padanya kalung bunga yang terbuat dari duri, dan memaku kedua tangan dan kakinya serta menyiksanya.
Inikah Tuhan yang benar yang berada dikedua tangannya kemampuan untuk mengurusi alam semesta, diakah tuhan yang wajib di ibadahi dan tempat bersujud kepadanya. Sungguh ucapan yang sangat menyesatnkan, oleh sebab itu Allah mengatakan didalam firmanNya:
﴿ تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرۡنَ مِنۡهُ وَتَنشَقُّ ٱلۡأَرۡضُ وَتَخِرُّ ٱلۡجِبَالُ هَدًّا ٩٠ أَن دَعَوۡاْ لِلرَّحۡمَٰنِ وَلَدٗا ٩١ ﴾ [ مريم: 90-91 ]
"Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda'wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak". (QS Maryam: 90-91).
Disebutkan dalam hadits Qudsi Allah ta'ala berfirman:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « شَتَمَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ. وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ أَنْ يَقُولَ اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا وَأَنَا الأحد الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يلِدْ وَلَمْ يولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفُؤًا أَحَدٌ » [أخرجه البخاري]
"Anak cucu Adam telah mencelaKu dan perkara itu tidak layak untuk dilakukan. Anak Adam mendustakanKu dan hal itu tidak pantas baginya. Adapun celaan mereka padaKu ialah ucapannya, sesungguhnya Allah mempunyai anak. Sedangkan Aku adalah Esa tempat bergantung segala sesuatu yang tidak beranak tidak pula diperanakan dan tidak ada yang semisal denganNya".[26]
Imam Ibu Qoyim menjelaskan, "Secara ringkas, kami tidak mengetahui ada suatu umat dari umat-umat yang ada yang sampai mencela penciptanya dan sesembahannya serta Tuhannya seperti yang dikerjakan oleh umat ini (Nashrani). Seperti dikatakan oleh Umar radhiyallahu 'anhu, "Sesungguhnya mereka telah memaki Allah dengan makian yang belum pernah diucapkan oleh seorangpun dari kalangan manusia".
Bahkan, sebagian ulama ada yang memejamkan mata tatkala melihat salib, seraya berkata, "Aku tidak sanggup untuk membuka mataku untuk orang yang telah mencaci Tuhan dan sesembahannya dengan cacian yang teramat jelek".[27]
Diantara bentuk kesyirikan mereka dalam perkara rububiyah dari sisi ini ialah ekstrim terhadap makhluk hingga menjadikanya sebagai sekutu bagi sang Pencipta dan bagian dariNya, serta sesembahan bersamaNya, dan mereka menyatakan sebagai hambanya".[28]
Kesyirikan mereka yang lainnya dalam masalah rububiyah ialah adanya sebagian mereka yang menyerupakan bersatunya sifat ketuhanan dengan tabiat manusia dan bercampur antara keduanya bagaikan api dengan besi, sebagian lagi ada yang mengumpamakan hal tersebut seperti bercampurnya air dengan susu, ada pula yang menyerupakan hal itu dengan bercampurnya bahan makanan hingga bisa menjadi makanan tertentu -Maha Tinggi Allah dari kedustaan dan kebohongan mereka-.
Diantara bentuk kesyirikan mereka dalam rububiyah lainya ialah sikap persetujuan mereka kalau nabi Isa di tawan, bahwa kaum Yahudi mendatangi nabi Isa lalu memukulnya dan menusuknya dengan tombak lalu menyalib dan membunuhnya hingga meninggal. Mereka membiarkan dirinya tetap dalam tiang salib hingga rambutnya menempel bersama kulitnya, baru kemudian mereka menguburkannya dibawah tanah setelah tiga hari, selanjutnya ketuhanan Isa bangkit dari dalam kuburnya.[29]
Semua perkara-perkara diatas termasuk jenis kesyirikan dalam rububiyah, sebab mereka menyerupakan makhluk dengan penciptanya dan menyamakan pencipta bersama makhluk, yang merupakan pokok kesyirikan -sebagaimana sering kita jelaskan dimuka-.
Ucapan mereka berkaitan dengan penyaliban Isa sebagai penebus dosa.
Ini juga termasuk jenis kesyirikan dalam rububiyah, karena terkandung didalamnya kedustaan atas nama Allah azza wa jalla dikarenakan Allah telah menerima taubatnya nabi Adam 'alaihi sallam serta mengampuni dosa-dosanya.
Lalu mereka menisbatkan kepada Allah dengan kesewenang-wenangan yang sangat buruk, dimana mereka mengklaim kalau Allah telah memenjarakan para nabi dan rasulNya serta para wali-waliNya di neraka Jahanam, dikarenakan kesalahan yang dilakukan oleh bapak mereka. Serta menisbatkan padaNya dengan kepandiran yang sangat, dimana dirinya lebih rela untuk disiksa oleh mereka dengan cara menyerahkan diri kepada musuhnya, hingga akhirnya mereka membunuh, menyalib dan menumpahkan darahnya.
Dan menuduhNya lemah, dimana mereka mengatakan diriNya tidak mampu berbuat apa-apa dengan kekuasaan yang dimilikiNya untuk membela diri dari bencana tersebut. demikian pula menisbatkan padaNya dengan kekurangan, dimana musuh-musuhnya mampu menguasai anak dan diriNya. Sungguh mereka melakukan seenak perutnya sendiri berkaitan dengan Allah.[30]
Pernyataan mereka bahwa al-Masih yang akan menghisab manusia.
Ini juga termasuk dalam kesyirikan rububiyah, sebab tugas menghisab manusia adalah kewenangan Pencipta subhanahu wa ta'ala yang maha mulia, tidak ada andil sedikitpun dari kalangan manusia.
Itulah tadi kesyirikan-kesyirikan mereka yang semuanya berkaitan dalam perkara rububiyah. Sedangkan kesyirikan mereka dari sisi uluhiyah ialah sebagai berikut:
Menyembah al-Masih.
Yaitu dalam ritual ibadah sholat mereka, dimana mereka mengerjakan ibadah sholat kepada al-Masih dikarenakan dirinya dianggap sebagai wasilah oleh mereka.[31]
Pengagungan mereka terhadap salib hingga sampai pada derajat ibadah.
Sesungguhnya umat Nashrani menjadikan salib sebagai sesembahan yang biasa disembah, mereka jika memiliki masalah yang serius, dan bersungguh-sungguh, lalu punya keinginan untuk bersumpah dan tidak bohong maka mereka bersumpah dengan nama salibnya, mereka lebih memilih untuk berdusta apapbila bersumpah dengan nama Allah dan jujur bila bersumpah dengan nama salib.
Hingga sampai ada sebagian cendekia mereka yang menyatakan, "Sesungguhnya pengagungan kami kepada salib sama seperti pengagungan kepada kubur para nabi, sebab salib adalah kubur al-Masih karena beliau mati disana, kemudian tatkala dirinya dikubur dibumi maka kuburnya tetap didalam salib".
Mana ada kebodohan yang bertumpuk-tumpuk semacam ini, karena sesungguhnya sujud kepada kubur para nabi serta menyembahnya adalah praktek kesyirikan, bahkan termasuk kesyirikan terbesar, dimana penutup para nabi dan imamnya orang yang bertauhid nabi kita Muhammad shalallahu 'alihi wa sallam pernah mengkutuk orang Yahudi dan nashrani tatkala mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai tempat ibadah.
Disebabkan pula, pokok kesyirikan dan peribadatan kepada berhala bermula dari berdiam diri di sisi kubur dan menjadikanya sebagai tempat ibadah. [32]
Melukis al-Masih didalam gereja dan menyembahnya.
Tidak ada satupun gereja dari gereja-gereja milik mereka yang kosong dari lukisan Maryam, al-Masih, Gergos, Petrus dan selain mereka –yang dianggap suci menurut mereka- dari kalangan para syuhada.
Dan kebanyakan dari mereka sujud kepada lukisan-lukisan tersebut lalu berdoa kepada selain Allah azza wa jalla, hingga sampai ditulis melalui Alexander untuk raja Romawi sebuah surat yang berisikan keperluan untuk sujud kepada lukisan, bahwa Allah telah memerintahkan kepada nabi Musa 'alaihi sallam untuk melukis.
Jelas ini adalah kedustaan yang nyata, kemudian taruhlah benar maka paling banter sebagai bentuk pengingat akan kesalahan yang pernah dilakukan sehingga mereka tidak melupakannya sebagaimana ada data yang menunjukan hal tersebut disebagian kalangan mereka. Akan tetapi, hal tersebut bukan sebagai dalil pelegalan untuk sujud kepada lukisan, lalu dimana pemahaman ini jika ditubrukan dengan apa yang dilakukan oleh mereka, kaum musyirikan yang merendahkan diri, tunduk, dan sujud dihadapan lukisan-lukisan tersebut.[33]
Termasuk kesyirikan yang dipraktekan oleh umat yang sesat ini ialah menjadikan pastor dan pendetanya sesembahan selain Allah, yaitu dengan beberapa tindakan mereka, semisal:
ii. Memberikan kewenangan mutlak kepada mereka untuk membikin syariat. Dimana mereka memberikan kekuasan absolut kepada para ulamanya untuk membuat syariat, sehingga merekapun membikin syariat sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Sedangkan mereka membaca pesan yang sampaikan oleh al-Masih kepada murid-muridnya, "Diriku datang kepada kalian hanyalah untuk menjelaskan kandungan Taurat serta menunaikan wasiat para nabi yang datang sebelumku, aku datang bukan untuk membatalkan kandungan Taurat namun untuk menyempurnakannya, kalau seandainya Allah meletakan langit dimuka bumi niscaya lebih ringan bagiNya dari pada aku menghapus sedikit saja dari syariatnya Musa 'alaihi sallam".
Dan kondisi para pengikut nabi Isa 'alaihi sallam masih terus melaksanakan wasiat tersebut selama tiga ratus tahun setelah kematiannya. Selanjutnya ajaran beliau mulai dirubah dan diganti serta dibuat sedemikian rupa agar lebih sesuai dengan selera orang banyak.
Makar Yahudi serta kelancangan mereka dengan menghapus kandungan isi Taurat menjadikan agama al-Masih dilupakan dan dikebiri sebagiannya.
Ditambah faktor lain, seperti yang terangkum didalam kitab mereka, yang berisi, "Bahwa suatu ketika ada sekelompok orang dari kalangan Nashrani yang keluar berdakwah dari Baitul Maqdis ke negeri Anthakiyah serta negeri-negeri lainnya di wilayah Syam, untuk mengajak manusia mengikuti ajaran nabi Isa 'alaihi sallam yang masih murni, mereka mengajak manusia untuk mengamalkan isi Taurat, mengharamkan sembelihan orang yang bukan ahlinya, mengajak mereka untuk berkhitan, mengagungkan hari sabtu, mengharamkan babi serta perkara-perkara yang telah diharamkan oleh kitab Taurat.
Tapi, hal tersebut sangat memberatkan bagi manusia, sehingga orang Nashrani berkumpul di Baitul Maqdis untuk memusyawarahkan apa solusi yang terbaik agar manusia mau mencintai agama al-Masih dan mau mengikutinya. Akhirnya mereka sepakat untuk berbaur dengan umat-umat yang lain, memberi keringanan bagi mereka, dan mau bercampur dengan mereka, memakan sembelihannya, mengikuti keinginan mereka, dan meniru akhlak mereka.
Lalu membuat syariat yang disarikan dari kitab Injil dan usulan umat-umat yang lain, lalu ditulis dalam sebuah buku panduan, dan ini berlaku pada kelompok-kelompok yang mempunyai masa besar.
Dan mereka setiap kali ingin menentukan perkara baru maka mereka berkumpul menjadi satu, lalu berpencar sesuai dengan hasil keputusannya".[34] Bila diperhatikan maka agama Nashrani dibangun diatas pondasi agama orang banyak.
iii. Taklidnya umat yang tersesat ini kepada pastor dan pendetanya didalam menjalankan apa yang mereka syariatkan untuk kaumnya. Dan ini termasuk kategori kesyirikan dalam masalah uluhiyah. Dikarenakan membikin syariat merupakan hak preogatif Allah semata, sehingga syariat yang dibuat oleh pastor dan pendetanya terkandung didalamnya kesyirikan dalam perkara rububiyah, sedangkan kepatuhan Bani Israil atas syariat yang dibuat-buat ini sama dengan bentuk peribadatan kepada rahib, pendeta dan pastornya.
iv. Kesyirikan yang mereka kerjakan dengan memberi kewenangan kepada pastor dan pendetanya untuk mengasih pengampunan dan pengakuan taubat. Sehingga tidak dijumpai dalam agama Nashrani bagi orang yang berzina, homoseksual, atau mabuk, hukuman bagi mereka didunia, selama-lamanya, tidak pula diakhirat kelak, oleh karena pastor dan pendetanya telah mengampuni mereka.
Dalam masalah ini Imam Ibnu Qoyim pernah menuturkan, "Maka setiap kali ada orang yang mengerjakan dosa, dirinya segera mengasih hadiah kepada pendeta atau memberinya uang atau pemberian yang lain supaya dia bisa mendapat ampunannya !? dan apabila ada seorang wanita dikalangan mereka yang berzina maka wanita tersebut diantar kepada sang pastor untuk dinasehati olehnya, jika wanita tersebut pulang maka dia menceritakan kepada suaminya, kalau sang pastor telah menasehatinya sebelum dirinya pulang, lalu sang suamipun mendatanginya dan bertabaruk kepadanya!!!".[35]
Efek Negatif Dari Kesyirikan Nashrani Terhadap Umat Ini
Akan datang penjelasan secara rinci beberapa pengaruh negatif kesyirikan mereka terhadap umat ini ketika kita menjabarkan tentang kesyirikan yang terjadi pada umat Islam pada era modern ini.
Oleh karena itu, disini kita hanya sekedar mencukupkan beberapa keyakinan yang dijumpai secara jelas atau telah dimodifkasi pada sebagian orang yang menisbatkan dirinya kepada agama Islam. Dan paragraf berikut akan menyebutkan beberapa contohnya, semisal:
01. Dijumpainya pada sebagian pengikut aliran sufiyah dan sekte Jahmiyah paham al-Hulul (Pemahaman bahwa Allah bisa menitis kedalam tubuh manusia). Dimana didapati ada sebagian sekte dan golongan yang menisbatkan dirinya kepada agama Islam yang telah terjatuh ke dalam kesyirikan dan kekufuran yang hampir mirip dengan mereka. Mereka menyerupai aqidah Nashrani seperti apa yang menimpa hati orang yang telah mencapai derajat ma'rifat dari keimanan kepada Allah, pengetahuan kepadaNya, cahaya dan petunjukNya, dimana mereka mengira bahwa hal tersebut sama dengan dzatnya Allah subhanahu wa ta'ala.[36]
02. Dijumpainya pada umat ini disebagian kaum Sufi keyakinan ektstrim (berlebih-lebihan) didalam mengagungkan orang-orang sholeh, dimana mereka begitu ektstrim ketika mengagungkan Rasulallah shalallahu 'alihi wa sallam dan mengangkat beliau dari seorang hamba kepada tingkatan yang disembah.
03. Adanya keyakinan pada sebagian orang yang menisbatkan dirinya kepada agama Islam bolehnya untuk sujud kepada kubur dan menjadikan kubur sebagai tempat ibadah.
04. Orang Nashrani mengklaim kalau al-Masih adalah cahaya[37], begitu juga ada sebagian sekte Sufi yang bodoh dengan nabi shalallahu 'alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa beliau adalah cahaya dari cahayanya Allah, dan mereka berlebihan dalam masalah ini.
05. Orang Nashrani memberikan kewenangan penuh untuk membuat syariat kepada pendeta dan pastornya, begitu pula kita jumpai pada sebagian orang yang taklid buta, dan juga masyarakat yang memberikan kewenangan untuk membuat aturan syariat kepada penguasa dan ulamanya, lalu mereka mengikuti aturan tersebut tanpa melihat dan mencoba untuk memperhatikan apakah selaras dengan nushus syariat ataupun tidak.
Sehingga hal ini menjadi bukti akan kebenaran sabda nabi shalallahu 'alaihi wa sallam yang bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى. قَالَ: فَمَنْ إذن » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Benar-benar kalian akan mengikuti metode orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi jengkal, sehasta demi hasta, hingag kalau sekiranya mereka masuk kedalam lubang biawak sekalipun niscaya kalian akan mengikutinya". Para sahabat bertanya, "Wahai Rasul, apakah yang anda maksud orang Yahudi dan Nashrani? Beliau menjawab, "Siapa lagi kalau bukan mereka".[38]
[1] . Majmu Fatawa 28/606 Ibnu Taimiyah.
[2] . Lihat penjelasannya dalam kitab Ighatsatul Lahfan 2/681-682 oleh Ibnu Qoyim.
[3] . Lihat penjelasannya dalam Majmu Fatawa 28/606-607. Ibnu Taimiyah.
[4] . Lihat penjelasannya dalam Dakwah Tauhid hal: 184-185 oleh D. Muhammad Khalil Haras.
[5] . Ighatsatul Lahfan 2/682 oleh Ibnu Qoyim.
[6] . Risalah Baulus ilaa Ahli Ghalathiyah 3/11-12.
[7] . Ibid.
[8] . al-Yahudiyah wal Masihiyah hal: 308-310 oleh D. Dhiyaurahman al-A'dhami.
[9] . al-Masih fiil Qur'an hal: 340 oleh D. Abdul Karim al-Khatib. Ahamu 'Awamil Inhiraf Nashraniyah hal: 128 oleh Ibrahim Khalaf at-Turki. Dan kitab al-Adyaan wal Firaq wal Madzaahib al-Mu'ashirah hal: 35 oleh Abdul Qodir Syaibah al-Hamad.
[10] . Risalah Baulus ilaa Taimutsaus.
[11] . Lihat penjelasannya dalam kitab Ighatsatul Lahfan 2/682-683 oleh Ibnu Qoyim.
[12] . Seperti dikatakan oleh Abdul Qodir Syaibah al-Hamad dalam kitabnya al-Adyaan wal Firaq wal Madzaahib al-Mu'ashirah hal: 35. dan dalam kitab al-Yahudiyah wal Masihiyah hal: 302, oleh D. Dhiyaurahman al-A'dhami.
[13] . al-Yahudiyah wal Masihiyah hal: 224, oleh D. Dhiyaurahman al-A'dhami
[14] . Majmu Fatawa 7/624 Ibnu Taimiyah.
[15] . Ibid.
[16] . Ibid.
[17] . Hidayatul Hiyari fii Ajwibatil Yahudi wa Nashara hal: 165 oleh Ibnu Qoyim.
[18] . Ighatsatul Lahfan 2/699. oleh Ibnu Qoyim.
[19] . Qamus al-Kitab al-Muqadas hal: 234. oleh sekumpulan Ilmuwan Nashrani.
[20] . Lihat ucapan ini oleh pastor Faizy Faris dalam bukunya Haqaiq Asasiyah fil Iman al-Masihi hal: 53. dan para pengikut Nashrani yang setuju dengan ucapannya Paulus dari kalangan Ya'qubiyah, Nasthariyah dan Mulkaniyah menyetujui hal tersebut.
Lihat penjelasannya secara mendalam dalam kitab Jawabul Shahih liman Badala Dinil Masih 3/202-227. dan al-Khathat 3/550-551. Nashiha Imaniyah hal: 119-121 oleh Nashr bin Yahya bin Isa.
[21] . Dirasaat fiil Adyaan Yahudiyah wa Nashraniyah hal: 168 oleh Su'ud bin Abdil Aziz al-Khalaf.
[22] . Majmu Fatawa 28/608 oleh Ibnu Taimiyah.
[23] . Haqaiq Asasiyah fiil Iman al-Masihi hal: 52 oleh Pastur Faizy Faris.
[24] . Lihat nukilannya dalam kitab Jawabul Shahih liman Badala Dinil Masih 3/22 oleh Ibnu Taimiyah.
[25] . Nashraniyah mina Tauhid ila Tatslits hal: 208 oleh D. Muhammad Ahmad al-Hajj.
[26] . HR Bukhari no: 3193.
[27] . Ighatsatul Lahfan 2/695-696. oleh Ibnu Qoyim.
[28] . Ibid.
[29] . Ibid.
[30] . Ighatsatul Lahfan 2/696 oleh Ibnu Qoyim.
[31] . Hidayatul Hiyari hal: 28 oleh Ibnu Qoyim.
[32] . Ighatsatul Lahfan 2/698 oleh Ibnu Qoyim.
[33] . Ighatsatul Lahfan 2/704-705 oleh Ibnu Qoyim.
[34] . Hidayatul Hiyari hal: 168-170, 198 oleh Ibnu Qoyim.
[35] . Ibid.
[36] . Ibid.
[37] . Majmu Fatawa 2/316-317 Ibnu Taimiyah.
[38] . HR Bukhari no: 3456. Muslim no: 2669.