×
Sholat kusuf (gerhana) merupakan sholat yang dikerjakan sifatnya insidential yaitu hanya dilakukan manakala terjadi gerhana bulan maupun matahari saja. Adapun berapa raka’at dan bagaimana caranya? Maka dalam risalah ini dijelaskan tata cara dan hukum yang berkaitan dengan terjadinya gerhana baik bulan maupun matahari….

    Tata Cara Sholat Khusuf (gerhana)

    ] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

    Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

    Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah

    Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

    2014 - 1435

    صلاة الخسوف

    « باللغة الإندونيسية »

    الشيخ أمين بن عبد الله الشقاوي

    ترجمة: عارف هداية الله أبو أمامة

    مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو

    2014 - 1435

    Ragam dan Jenis Kekufuran

    Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam . Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:

    Telah dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim tentang sholat Khusuf (sholat yang dikerjakan karena ada gerhana bulan atau matahari.pent), yang menunjukan bahwa sholat tersebut adalah disyari'atkan. Yaitu sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha, istri Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang menceritakan pada kita:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « خَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ ثُمَّ قَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُودَ ثُمَّ فَعَلَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ مَا فَعَلَ فِي الْأُولَى ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ انْجَلَتْ الشَّمْسُ فَخَطَبَ النَّاسَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا ثُمَّ قَالَ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنْ اللَّهِ أَنْ يَزْنِيَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِيَ أَمَتُهُ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا » [أخرجه البخاري ومسلم]

    "Pernah pada masa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam terjadi gerhana Matahari, maka Rasulallah mengerjakan sholat bersama kaum muslimin. Beliau mengerjakan sholat tersebut dengan berdiri yang sangat lama kemudian beliau ruku' dengan ruku' yang sangat lama, lalu bangun dari ruku' dan berdiri dengan berdiri yang sangat lama, dan ini bukan berdirinya beliau yang pertama. Selanjutnya beliau ruku' dan ini bukan ruku'nya yang pertama. Kemudian beliau sujud dengan sujud yang sangat lama, lalu beliau mengerjakan sama seperti apa yang dikerjakan pada raka'at yang pertama. Setelah itu beliau keluar dan tidaklah beliau selesai sholat melainkan matahari sudah terlihat jelas. Maka beliau berkhutbah dihadapan kaum muslimin dengan memuji dan menyanjung Allah Shubhanahu wa ta’alla, kemudian bersabda:

    "Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua ayat dari ayat-ayat Allah. Tidaklah keduanya terkena gerhana disebabkan kematian seseorang tidak pula karena hidupnya, maka, apabila kalian melihat hal tersebut (terjadi gerhana) maka berdo'alah kepada Allah, bertakbir, kerjakan sholat dan bersedekahlah". Selanjutnya beliau mengatakan: "Wahai umat Muhammad, demi Allah tidak ada seorangpun yang lebih cemburu dari pada Allah, dibanding kalian manakala budak laki-laki atau perempuannya berzina. Wahai umat Muhammad, demi Allah, kalau sekiranya kalian mengetahui seperti apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis". HR Bukhair no: 1044. Muslim no: 901.

    Dalam redaksinya Imam Muslim, dijelaskan beliau bersabda:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَإِنَّهُمَا لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ - وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ لِمَوْتِ بَشَرٍ - فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَصَلُّوا حَتَّى تَنْجَلِىَ مَا مِنْ شَىْءٍ تُوعَدُونَهُ إِلاَّ قَدْ رَأَيْتُهُ فِى صَلاَتِى هَذِهِ لَقَدْ جِىءَ بِالنَّارِ وَذَلِكُمْ حِينَ رَأَيْتُمُونِى تَأَخَّرْتُ مَخَافَةَ أَنْ يُصِيبَنِى مِنْ لَفْحِهَا وَحَتَّى رَأَيْتُ فِيهَا صَاحِبَ الْمِحْجَنِ يَجُرُّ قُصْبَهُ فِى النَّارِ كَانَ يَسْرِقُ الْحَاجَّ بِمِحْجَنِهِ فَإِنْ فُطِنَ لَهُ قَالَ إِنَّمَا تَعَلَّقَ بِمِحْجَنِى. وَإِنْ غُفِلَ عَنْهُ ذَهَبَ بِهِ وَحَتَّى رَأَيْتُ فِيهَا صَاحِبَةَ الْهِرَّةِ الَّتِى رَبَطَتْهَا فَلَمْ تُطْعِمْهَا وَلَمْ تَدَعْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ حَتَّى مَاتَتْ جُوعًا ثُمَّ جِىءَ بِالْجَنَّةِ وَذَلِكُمْ حِينَ رَأَيْتُمُونِى تَقَدَّمْتُ حَتَّى قُمْتُ فِى مَقَامِى وَلَقَدْ مَدَدْتُ يَدِى وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ أَتَنَاوَلَ مِنْ ثَمَرِهَا لِتَنْظُرُوا إِلَيْهِ ثُمَّ بَدَا لِى أَنْ لاَ أَفْعَلَ فَمَا مِنْ شَىْءٍ تُوعَدُونَهُ إِلاَّ قَدْ رَأَيْتُهُ فِى صَلاَتِى هَذِهِ » [أخرجه مسلم]

    "Wahai manusia, Matahari dan Bulan hanyalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan sesungguhnya keduanya tidak tertutupi (terjadi gerhana) disebabkan kematian seseorang dari manusia". -Abu Bakar mengatakan: "Karena kematian seseorang"-. Dan apabila kalian melihat sedikit akan hal tersebut maka kerjakanlah sholat hingga sinarnya menjadi terang kembali. Tidak ada suatu perkarapun yang telah dijanjikan atas kalian oleh Allah melainkan sungguh aku telah melihatnya dalam sholatku ini. Telah dinampakan padaku neraka, itulah tatkala kalian melihat diriku mundur sedikit kebelakang, disebabkan aku merasa takut sambaran apinya menimpaku. Hingga aku dapat melihat didalam neraka tersebut seseorang yang memegang tongkat dengan ususnya yang terurai. Disebabkan karena dirinya mencuri para jama'ah haji dengan tongkatnya tersebut. Bila dirinya ingat dia berpegangan pada tongkatnya, jika lupa maka dia berjalan sambil membawanya. Demikian pula aku melihat wanita pemilik kucing yang (dahulu ketika didunia) mengikat dan tidak memberi makan sedikitpun. Wanita tersebut tidak melepasnya, sehingga kucing tersebut memakan serangga tanah, hingga akhirnya mati. Kemudian diperlihatkan padaku surga, yaitu manakala kalian melihatku maju sedikit ke depan hingga aku tetap ditempat berdiriku tadi, sembari aku bentangkan kedua tanganku, karena aku ingin mengambil buah-buahannya untuk aku perlihatkan kepada kalian, akan tetapi, kemudian aku sadar supaya tidak melakukan hal tersebut. Tidaklah ada suatu perkara pun yang telah dijanjikan oleh Allah atas kalian melainkan aku telah melihatnya dalam sholatku tadi". HR Muslim no: 904.

    Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan dalam salah satu khutbahnya: "Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua ayat dari tanda-tanda kebesaran Allah Shubhanahu wa ta’alla. Makhluk dari makhluk-makhluk -Nya. Keduanya bisa menampakan jelas sinarnya dan bisa tertutupi dengan perintah dan rahmat Allah Shubhanahu wa ta’alla. Sehingga apabila -Dia berkehendak ingin membikin takut para hamba -Nya dengan suatu adzab karena perbuatan maksiat dan menyelisihi syari'at yang mereka lakukaan, maka, Allah Shubhanahu wa ta’alla menutupi keduanya dengan menyembunyikan cahaya secara total atau sebagiannya, sebagai bentuk peringatan atas para hamba -Nya, mudah-mudahan dengan itu mereka akan bersegera untuk bertaubat dan mengerjakan perkara yang menjadi kewajibannya dari perintah-perintah Rabbnya, dan menjauhi segala perkara-perkara yang dilarang atas mereka, dari larangan-larangan Allah ta'ala.

    Oleh sebab itu, bila kita perhatikan gerhana lebih banyak terjadi pada zaman-zaman ini, dimana tidaklah sampai genap satu tahun melainkan telah terjadi gerhana baik gerhana Matahari maupun Bulan atau gerhana keduanya. Hal itu, dikarenakan banyaknya perbuatan maksiat dan fitnah yang terjadi pada saat ini. Sungguh kalau kita saksikan, ada begitu banyak manusia yang tenggelam dalam syahwat dunia, dan melalaikan keadaan yang akan terjadi kelak pada hari kiamat, dengan berlebihan dalam memanjakan kelezatan badan dan tubuh mereka, menggadaikan perkara agamanya, dan mementingkan pada urusan harta benda yang bisa dirasakan saja. Lalu berpaling dari urusan ghoib yang telah dijanjikan yang merupakan perjalanan pasti dan puncak dari segalanya. Sehingga Allah ta'ala mencela orang-orang seperti dalam firman -Nya:

    ﴿ فَوَيۡلٞ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن يَوۡمِهِمُ ٱلَّذِي يُوعَدُونَ ٦٠﴾ [ الذريات: 60 ]

    "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang kafir pada hari yang diancamkan kepada mereka". (QS adz-Dzariyaat: 60).

    Sungguh kebanyakan dari penghuni muka bumi pada masa ini sangatlah menyepelekan perkara gerhana ini, mereka tidak menjadikan perkaranya bernilai sedikitpun, tidak tergerak hati yang tertutupi. Dan itu semua tidaklah diperoleh melainkan disebabkan lemahnya iman. Dan jahilnya mereka terhadap perkara yang diajarkan oleh Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam, dan hanya menyandarkan gerhana ini pada ilmu yang berkaitan dengan kejadian alam biasa. Dan melalaikan sebab-sebab yang berkaitan dengan syari'at. Serta hikmah agung yang tersimpan, yang dengannya Allah Shubhanahu wa ta’alla menjadikan adanya gerhana dengan menggandeng kejadian alam biasa.

    Gerhana itu mempunyai sebab-sebab alam, sebagaimana telah ditetapkan baik oleh orang-orang mukmin maupun kafir. Begitu pula, gerhana juga punya sebab-sebab syar'iyah yang hanya ditetapkan oleh orang-orang beriman dan diingkari oleh orang-orang kafir, serta dilalaikan oleh orang-orang yang lemah imannya. Yang tidak mengerjakan titah yang diperintahkan pada mereka oleh Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam tatkala terjadi gerhana, mulai dari ketakutan dan bersegera untuk sholat, berdzikir, berdo'a dan meminta ampun kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, bersedekah dan membebaskan budak". [1]

    Perkara yang dianjurkan tatkala terjadi gerhana, baik bulan atau matahari:

    1. Sholat.

    Yakni dengan mengerjakan sholat sesuai dengan tata cara yang telah disebutkan dalam haditsnya Aisyah dimuka. Hal ini, berdasarkan perintah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَصَلُّوا حَتَّى تَنْجَلِىَ » [أخرجه مسلم]

    "Maka apabila kalian melihat sedikit dari hal tersebut, kerjakanlah sholat sampai kiranya sinarnya menjadi terang kembali". HR Muslim no: 907.

    Dan sunahnya adalah memanjangkan bacaan didalam sholat tersebut. Dimana bacaan yang beliau baca pada raka'at pertama itu kurang lebih sama dengan surat al-Baqarah. Dan pada raka'at kedua sama dengan bacaan surat al-Imran. Dalam hal ini, Asma binti Abi Bakar mengkisahkan pada kita sholatnya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengatakan: "Maka Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam lama sekali didalam berdirinya sampai akhirnya sinar matahari mengenaiku". HR Bukhari no: 86. Muslim no: 905. Begitu pula dalam ruku' dan sujud, lamanya juga hampir sama dengan bacaan ketika berdiri. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau menceritakan: "Belum pernah sama sekali sebelum peristiwa itu aku melakukan ruku', tidak pula sujud yang lebih lama dari pada ketika itu". HR Bukhari no: 1045. Muslim no: 910.

    2. Berdzikir, berdo'a dan meminta ampun pada Allah azza wa jalla.

    Berdasarkan sabdanya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari haditsnya Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu. Beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ » [أخرجه البخاري ومسلم]

    "Apabila kalian melihat sedikit dari hal itu, maka bersegeralah kalian berdzikir, berdo'a dan meminta ampun kepada Allah ta'ala". HR Bukhari no: 1059. Muslim no: 912.

    Dalam salah satu redaksi beliau bersabda:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَاذْكُرُوا اللَّهَ حَتَّى يَنْجَلِيَا » [أخرجه مسلم]

    "Hendaknya kalian berdzikir sampai sekiranya sinar keduanya menjadi terang kembali". HR Muslim no: 901.

    Masih dalam riwayat Bukhari dan Muslim dibawakan sebuah hadits dari Mughirah bin Syu'bah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى تَنْكَشِفَ » [أخرجه البخاري ومسلم]

    "Apabila kalian melihat salah satu dari keduanya (terjadi gerhana) maka berdo'alah kepada Allah, dan kerjakanlah sholat sampai gerhananya hilang". HR Bukhari no: 1043. Muslim no: 915.

    3. Bersedekah dan membebaskan budak.

    Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab shahihnya sebuah hadits dari Asma radhiyallahu 'anha, beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membebaskan budak pada saat terjadi gerhana matahari". HR Bukhari no: 1054. Dalam hadits lain yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau mengatakan: "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا » [أخرجه البخاري ومسلم]

    "Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidaklah tertutupi (sinarnya) karena kematian seseorang tidak pula karena hidupnya seseorang. Maka, apabila kalian melihat hal tersebut (terjadi gerhana) maka segeralah kalian bertakbir, berdo'a kepada Allah dan mengerjakan sholat dan bersedekah". HR Bukhari no: 1044. Muslim no: 901.

    Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.

    [1] . Dhiya'ul Laami' minal Khutab al-Jawami' hal: 270-271. Secara ringkas.