Kematian adalah Sebuah Kepastian
Klasifikasi
Full Description
Kematian Adalah Sebuah Kepastian
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2013 - 1434
كل نفس ذائقة الموت
« باللغة الإندونيسية »
الشيخ أمين بن عبد الله الشقاوي
ترجمة: عارف هداية الله أبو أمامة
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2013 - 1434
Kematian Adalah Sebuah Kepastian
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Dalam sebuah ayat didalam al-Qur'an Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
﴿ كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥ ﴾ [ال عمران : 185]
"Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan". (QS al-Imraan: 185).
Al-Hafidh Ibnu Katsir menjelaskan maksud ayat diatas dalam tafsirnya: "Allah ta'ala mengkabarkan secara umum bahwa seluruh makhluk yang dikarunia nyawa pasti dirinya akan merasakan kematian. Ayat ini senada dengan firman -Nya:
﴿ كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٖ ٢٦ وَيَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ ٢٧ ﴾ [الرحمن: 26-27]
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan". (QS ar-Rahmaan: 26-27).
Hanya Allah Shubhanhu wa ta’alla semata Dzat yang Maha Hidup, kekal tidak pernah mati, sedangkan jin dan manusia mereka semua mengalami kematian. Demikian pula para malaikat dan pembawa Arsy juga mati, tinggal Allah Yang Maha Esa yang mempunyai kebesaran yang akan tetap kekal, menjadi Dzat yang akhir seperti halnya menjadi Dzat yang awal.
Dan ayat ini sekaligus sebagai ucapan belasungkawa bagi seluruh manusia, karena tidak akan ada seorangpun yang tersisa dimuka bumi, melainkan semua pasti akan mati. Sehingga apabila telah selesai waktunya, nuthfah pun telah menjadi kosong ditulang rusuk anak Adam sesuai hikmah dan takdir Allah Shubhanhu wa ta’alla, maka pada saat itu tamatlah riwayat manusia, dan pada saat itulah kiamat Allah Shubhanhu wa ta’alla akan ditegakkan, kemudian seluruh makhluk akan dibalas selaras dengan amalannya, baik yang agung atau sepele, banyak atau sedikit, besar atau kecil. Dan Allah Shubhanhu wa ta’alla tidak akan mendzalimi seorang pun walau hanya seberat biji sawi. Oleh karena itu Allah tabaraka wa ta'ala berfirman:
﴿ كوَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ ١٨٥ ﴾ [ال عمران : 185]
"Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu". (QS al-Imraan: 185). [1]
Pelajaran yang bisa diambil dari ayat ini:
1. Bahwa seorang manusia seberapa panjang umur yang dimilikinya dalam kehidupan ini, tentu kematian pasti sebagai akhir dari episode hidupnya serta jalan yang akan dilaluinya. Allah Shubhanahu wa ta'ala menegaskan akan hal itu dalam firman -Nya:
﴿ إِنَّكَ مَيِّتٞ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ ٣٠ ﴾ [الزمر : 30]
"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)". (QS az-Zumar: 30).
Seorang penyair mengatakan:
Setiap anak manusia walau panjang umurnya
Pasti pada suatu ketika akan diusung diatas keranda
Ada lagi yang mengatakan:
Kematian adalah pintu yang tiap orang akan melewatinya
Duhai sekiranya setelah mati tidak ada lagi kehidupan
Dibawakan oleh Thabarani didalam Mu'jamul Ausathnya sebuah hadits dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu, yang menceritakan: 'Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « جاء جبريل إلى النبي صلى الله عليه و سلم فقال يا محمد عش ما شئت فانك ميت واعمل ما شئت فانك مجزي به واحبب من شئت فانك مفارقه واعلم ان شرف المؤمن قيام الليل وعزه استغناؤه عن الناس » [أخرجه الطبراني]
"(Pada suatu hari) Jibril datang padaku, sembari berkata: 'Wahai Muhammad, hiduplah semaumu, namun engkau pasti akan mati. Dan cintailah siapa yang engkau mau, sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya. Dan beramallah semaumu, sesungguhnya engkau pasti akan menemui balasannya. Ketahuliah mukmin yang paling mulia adalah yang sholat malam, dan perkara itu banyak ditinggalkan oleh manusia". HR ath-Thabarani dalam Mu'jamul Austah 4/306 no: 4278. Dihasankan oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah no: 831.
2. Sesungguhnya Allah Shubhanhu wa ta’alla tidak akan mendhalimi seorangpun. Namun, justru -Dia akan memberi balasan pada mereka serta menambah dengan karunia -Nya. Allah Shubhanhu wa ta’alla sendiri yang menerangkan akan hal itu dalam firman -Nya:
﴿ وَنَضَعُ ٱلۡمَوَٰزِينَ ٱلۡقِسۡطَ لِيَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ فَلَا تُظۡلَمُ نَفۡسٞ شَيۡٔٗاۖ وَإِن كَانَ مِثۡقَالَ حَبَّةٖ مِّنۡ خَرۡدَلٍ أَتَيۡنَا بِهَاۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَٰسِبِينَ ٤٧ ﴾ [الأنبياء : 47]
"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan". (QS al-Anbiyaa: 47).
Dan dalam ayat lain Allah ta'ala berfirman:
﴿ وَمَن يَعۡمَلۡ مِنَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَا يَخَافُ ظُلۡمٗا وَلَا هَضۡمٗا ١١٢ ﴾ [ طه: 112]
"Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal yang shaleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya". (QS Thaahaa: 112).
3. Kemenangan yang menjadikan dirinya berhasil selamat dari neraka, serta masuk kedalam surga disebabkan oleh amal shaleh.
Dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَيَدْخُلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِى يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ » [أخرجه البخاري]
"Barangsiapa yang ingin dirinya selamat dari siksa api neraka, dan dimasukkan ke dalam surga hendaknya mendatangi tujuannya yaitu beriman kepada Allah dan hari akhir, lalu datang kepada orang lain yang senang akan hal tersebut". HR Muslim no: 1844.
4. Ayat mulia diatas menunjukkan betapa rendahnya dunia, dimana dalam ayat disifati hanya sekedar kesenangan yang melalaikan yang akan sirna, oleh karena itu siapa saja yang lebih mendahulukan dunia dari pada akhirat, negeri yang kekal maka dirinya adalah orang yang merugi dan lemah akal, sehingga Allah Shubhanhu wa ta’alla berfirman tentang orang seperti ini:
﴿ بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا ١٦ وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓ ١٧﴾ [الأعلى : 16-17]
"Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal". (QS al-A'laa: 16-17).
Dalam ayat lain Allah Shubhanhu wa ta’alla juga menjelaskan:
﴿ وَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَيۡءٖ فَمَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتُهَاۚ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ٦٠ ﴾ [القصص: 60]
"Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. maka apakah kamu tidak memahaminya?". (QS al-Qashash: 60).
Dalam sebuah hadits riwayat Muslim dijelaskan bahwa Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِى الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ - وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ - فِى الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ » [أخرجه مسلم]
"Demi Allah, tidaklah dunia ini dibanding akhirat kecuali semisal jari telunjuk kalian yang dimasukkan kedalam –beliau mengisyaratkan dengan telunjuknya- laut, lihatlah berapa yang kembali". HR Muslim no: 2858. Dari sahabat Mustaurid radhiyallahu 'anhu.
Dan Abu Qatadah menafsirkan firman Allah ta'ala:
﴿ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥ ﴾ [ال عمران : 185]
"Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan". (QS al-Imraan: 185).
Beliau mengatakan: "Kehidupan dunia tidak lain hanyalah perhiasan yang akan ditinggalkan, demi Allah Shubhanhu wa ta’alla yang tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali -Dia, perkara itu banyak melalaikan penghuninya, maka ambillah perhiasan ini untuk ketaatan kepada –Nya bila kalian sanggup, karena tidak ada daya melainkan dari Allah azza wajalla".
5. Bahwa kemenangan hakiki ialah ketika bisa masuk ke dalam surga dan selamat dari api neraka. Allah Shubhanahu wa ta'ala menjelaskan perbedaan penduduk neraka dan surga dalam firman -Nya:
﴿ لَا يَسۡتَوِيٓ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِ وَأَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِۚ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ٢٠﴾ [الحشر: 20]
"Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga, penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung". (QS al-Hasyr: 20).
Dalam ayat lain Allah ta'ala berfirman:
﴿ مَّن يُصۡرَفۡ عَنۡهُ يَوۡمَئِذٖ فَقَدۡ رَحِمَهُۥۚ وَذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡمُبِينُ ١٦ ﴾ [الأنعام: 16]
"Barang siapa yang dijauhkan azab dari padanya pada hari itu, Maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. dan itulah keberuntungan yang nyata". (QS al-An'aam: 16).
Dan surgalah keberuntungan yang sejati, Allah ta'ala berfirman:
﴿ لِّيُدۡخِلَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَيُكَفِّرَ عَنۡهُمۡ سَئَِّاتِهِمۡۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عِندَ ٱللَّهِ فَوۡزًا عَظِيمٗا ٥ ﴾ [الفتح: 5]
"Supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah". (QS al-Fath: 5).
6. Didalam ayat Allah ta'ala mengkabarkan, -Dia adalah Maha Benar, bahwa kematian adalah hak atas tiap jiwa, maka percaya hal itu serta banyak mengingatnya merupakan tradisi orang cerdas dikalangan orang-orang beriman. Karena akan mengantarkan mereka untuk mempersiapkan diri, tidak tertipu dengan kemilaunya dunia serta berlepas dari perbuatan dosa dan maksiat.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فأكثروا من ذكر هادم اللذات الموت » [أخرجه الترمذي]
"Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kenikmatan yaitu kematian". HR at-Tirmidzi no: 2307. Beliau mengatakan hadits hasan shahih gharib. Dan dinilai shahih oleh al-Albani didalam shahih sunan Tirmidzi 2/266 no: 1877.
Dalam riwayat Ibnu Majah dibawakan sebuah hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « جاء رجل من الأنصار فسلم على رسول الله صلى الله عليه و سلم ثم قال : يا رسول الله أي المؤمنين أفضل ؟ قال : أحسنهم خلقا قال : فأي المؤمنين أكيس ؟ قال : أكثرهم للموت ذكرا و أحسنهم له استعدادا قبل أن ينزل بهم أولئك من الأكياس » [أخرجه ابن ماجه]
"Pernah ada seorang sahabat dari kalangan Anshar datang kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam lalu mengucapkan salam pada beliau dan berkata: 'Ya Rasulallah, orang mukmin seperti apakah yang paling afdhal? Beliau menjawab: 'Yang paling baik akhlaknya'. Dia lalu bertanya kembali: 'Lantas siapa mukmin yang paling cerdas? Nabi bersabda: 'Orang yang paling banyak mengingat kematian, lalu berusaha sebaik mungkin untuk mempersiapkannya, maka merekalah orang-orang yang cerdas". HR Ibnu Majah no: 4259. Dihasankan oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah no: 1384.
7. Dalam penggalan firman Allah diatas, tepatnya yang berbunyi:
﴿ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ ١٨٥ ﴾ [ال عمران : 185]
"Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu". (QS al-Imraan: 185).
Sebagai hiburan bagi orang-orang yang beriman atas musibah yang mereka alami ketika didunia, serta bagi orang yang sabar ketika melakukan kebaikkan, menahan jiwa, sabar atas gangguan yang menimpa, serta ridho atas ketentuan dan takdir, maka pembalasan terbesar hanyalah akan dirasakan kelak pada hari kiamat.
Didalam ayat ini juga sebagai peringatan bagi orang kafir, orang dhalim dan ahli maksiat atas perbuatan mereka, karena sesungguhnya balasan yang sejati ada pada hari kiamat, Allah ta'ala berfirman:
﴿ ذَرۡهُمۡ يَأۡكُلُواْ وَيَتَمَتَّعُواْ وَيُلۡهِهِمُ ٱلۡأَمَلُۖ فَسَوۡفَ يَعۡلَمُونَ ٣ ﴾ [الحجر: 3]
"Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)". (QS al-Hijr: 3).
Dalam kesempatan lain Allah azza wa jalla berfirman:
﴿ وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱللَّهَ غَٰفِلًا عَمَّا يَعۡمَلُ ٱلظَّٰلِمُونَۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمۡ لِيَوۡمٖ تَشۡخَصُ فِيهِ ٱلۡأَبۡصَٰرُ ٤٢﴾ [ إبراهيم: 42]
"Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak". (QS Ibrahim: 42).
Akhirnya kita tutup dengan memuji Allah Shubhanhu wa ta’alla, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan merambah kepada keluarga beliau serta seluruh sahabatnya.
[1] . Tafsir Ibnu Katsir 3/284-285.