×
Agar kita bisa sukses tentunya berawal dari sebuah kemauan, namun terkadang orang hanya pandai berangan-angan tapi malas untuk bergerak. Singkatnya ingin sukses tapi tidak menempuh jalannya. Nah, dalam Risalah ringkas ini diterangkan tips yang bisa memompa semangat kita agar punya kemauan yang keras…

    Kiat Menjadi Pribadi Yang Bekemauan Kuat

    ] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

    Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

    Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah

    Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

    2013 - 1434

    قوة الإرادة

    « باللغة الإندونيسية »

    الشيخ أمين بن عبد الله الشقاوي

    ترجمة: عارف شريف الدين

    مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو

    2013 - 1434

    Kiat Menjadi Pribadi Yang Bekemauan Kuat

    Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusanNya. Amma ba'du:

    Diantara sekian banyak sifat terpuji yang sangat dianjurkan oleh syari'at kita ialah 'kemauan yang kuat', artinya yaitu mempersiapkan akal dan jiwa dengan kuat sambil di iringi kemauan untuk mengerjakan atau meninggalkan suatu perbuatan. [1]

    Itulah yang dinamakan dengan kemauan yang kuat, dimana pelakunya mampu menahan beban kesulitan dan menerjang tantangan demi tercapainya apa yang diinginkan. Seorang penyair melantunkan qasidahnya dalam bait syairnya:

    Beban musibah akan terasa sulit dan pahit

    Dan tidak mudah hilang kecuali bagi orang yang sabar

    Dan sifat penyabar ini tidak mungkin direngkuh melainkan oleh orang-orang sukses dari kalangan orang yang punya kemauan dan keinginan yang kuat. Allah tabaraka wa ta'ala berfirman kepada NabiNya Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam:

    ﴿ فَٱصۡبِرۡ كَمَا صَبَرَ أُوْلُواْ ٱلۡعَزۡمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ ٣٥﴾ [ الأحقاف : 35]

    "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari para Rasul yang telah bersabar". (QS al-Ahqaf: 35).

    Sehingga orang yang mempunyai keinginan serta kemauan kuat bisa merengkuh apa yang di inginkan yang barangkali hal itu suatu yang mustahil bagi selain mereka. Al-Mutanabi mengatakan dalam bait syairnya:

    Cita-cita kalau dilihat orang yang kuat

    Akan menjadi kenyataan

    Namun, bila yang melihat orang yang lemah

    Sesuatu yang mudahpun akan terasa sulit

    Sebaliknya, orang yang rendah kemauan, biasanya tidak banyak dapat mewujudkan keinginannya, dirinya enggan untuk mengejar target impiannya. Tatkala mereka punya cita-cita justru yang dilihat adalah orang yang gagal, kemudian melihat bencana dan musibah yang menimpanya, sehingga hal tersebut menjadikan dirinya loyo untuk mengejar keinginannya. Lebih payah lagi, kalau dirinya lebih senang untuk memanjakan diri sendiri dari pada berpikir bagaimana cara memperoleh impiannya. Seorang penyair mengatakan:

    Siapa orangnya yang mengejar impian tanpa berusaha

    Sama saja, dengan membuang umur untuk perkara yang mustahil

    Ingin mulia namun enggan untuk mencari

    Sedangkan orang cari mutiara juga harus menyelam

    Ada banyak sekali dalam lembaran al-Qur'an, dimana Allah ta'ala memuji mereka-mereka yang mempunyai keinginan yang kuat dan cita-cita yang tinggi, ambil satu contoh saja, firmanNya Allah ta'ala kepada kita tentang kisahnya para Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, sebagai bentuk suri tauladan yang harus selalu kita garis bawahi sebagai bekal hidup. Allah ta'ala berfirman:

    ﴿ وَٱذۡكُرۡ عِبَٰدَنَآ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ أُوْلِي ٱلۡأَيۡدِي وَٱلۡأَبۡصَٰرِ ٤٥ ﴾ [ص: 45]

    "Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi". (QS Shaad: 45).

    Dan Allah ta'ala juga mewasiatkan kepada NabiNya Yahya 'alaihi sallam agar memegangi akhlak yang satu ini, lebih jelasnya lihat firmanNya tabaraka wa ta'ala:

    ﴿ يَٰيَحۡيَىٰ خُذِ ٱلۡكِتَٰبَ بِقُوَّةٖۖ ١٢ ﴾ [ مريم: 12]

    "Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh". (QS Maryam: 12).

    Perintah yang sama juga Allah ta'ala tujukan kepada nabiNya, Isa 'alaihi sallam tatkala menurunkan Taurat kepadanya, Allah ta'ala berfirman:

    ﴿ فَخُذۡهَا بِقُوَّةٖ وَأۡمُرۡ قَوۡمَكَ يَأۡخُذُواْ بِأَحۡسَنِهَاۚ ١٤٥ ﴾ [ الأعراف: 145]

    "Maka (kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya. (QS al-A'raaf: 145).

    Demikian juga perintah secara umum pada kita semua selaku penganut umatnya Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam. Allah ta'ala berfirman:

    ﴿ خُذُواْ مَآ ءَاتَيۡنَٰكُم بِقُوَّةٖ ١٧١ ﴾ [ الأعراف: 171]

    "(Dan Kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu". (QS al-A'raaf: 171).

    Dan Allah azza wa jalla telah mengabarkan pada kita, kisah bapak kita Adam 'alaihi sallam. Dimana Allah ta'ala memasukkan beliau kedalam surga serta memberi ijin untuk menikmati segala macam bentuk kesenangan, kecuali satu pohon, dimana Allah melarang supaya jangan sampai memakannya. Maka, datanglah iblis membisikkan padanya, serta memberi janji-janji palsu dan menipunya hingga prinsip teguh yang dipegang oleh Adam didalam mematuhi perintah Allah melemah sampai mengurai kekuatannya, lalu akhirnya diapun memakan pohon tersebut. selanjutnya, dia memperoleh balasan dengan dikeluarkan dari surga, negeri penuh nikmat dan kesenangan. Lalu diturunkan ke negeri yang penuh dengan cobaan, kesedihan, kegundahan dan kekhawatiran. Dan dalam hal ini, Allah ta'ala menyatakan dalam firmanNya:

    ﴿ وَلَقَدۡ عَهِدۡنَآ إِلَىٰٓ ءَادَمَ مِن قَبۡلُ فَنَسِيَ وَلَمۡ نَجِدۡ لَهُۥ عَزۡمٗا ١١٥ ﴾ [ طه: 115]

    "Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, Maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat". (QS Thahaa: 115).

    Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam sendiri telah mengilustrasikan secara gamblang gambaran orang yang punya keinginan yang kuat serta melaksanakan kemauan yang teguh pada dirinya. Dalam sebuah hadits dijelaskan, Telah datang orang kafir Quraisy kepada pamannya Abu Thalib, seraya mengultimatum: 'Wahai Abu Thalib, bukankah engkau telah melihat pada Muhammad yang telah menyakiti kita didepan khalayak, dan didalam masjid kita, cegahlah dirinya agar tidak menyakiti kami lagi'.

    Abu Thalib adalah orang yang bijak, maka beliau menyuruh anaknya Aqil untuk memanggil keponakannya Muhammad, datangkan wahai Aqil Muhammad, perintah Abu Thalib pada Aqil. Bergegas Aqil memanggil Muhammad, setelah sampai dihadapannya, pamannya berbicara: 'Duhai anak suadaraku! Sesungguhnya anak pamanmu mengadu padaku, kalau dirimu telah menganggu mereka didepan khalayak dan dalam masjid mereka, maka jangan engkau lakukan lagi'.

    Maka Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam memperhatikan (dalam salah satu riwayat diterangkan, memandang secara lekat dengan pandangannya) ke langit, lalu berkata: 'Aku tidak akan berhenti dari perkara ini walau kalian taruh matahai dipundakku'. Maka Abu Thalib mengatakan: 'Demi Allah, tidak pernah sekalipun keponakanku berdusta, lalu beliau menyuruh kaumnya kembali'. [2]

    Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Ahmad, dari Miswar bin Makhramah serta Marwan bin al-Hakam, disebutkan bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berkata manakala terjadi perjanjian Hudaibiyah:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَا وَيْحَ قُرَيْشٍ لَقَدْ أَكَلَتْهُمْ الْحَرْبُ مَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ خَلَّوْا بَيْنِي وَبَيْنَ سَائِرِ النَّاسِ فَإِنْ أَصَابُونِي كَانَ الَّذِي أَرَادُوا وَإِنْ أَظْهَرَنِي اللَّهُ عَلَيْهِمْ دَخَلُوا فِي الْإِسْلَامِ وَهُمْ وَافِرُونَ وَإِنْ لَمْ يَفْعَلُوا قَاتَلُوا وَبِهِمْ قُوَّةٌ فَمَاذَا تَظُنُّ قُرَيْشٌ وَاللَّهِ إِنِّي لَا أَزَالُ أُجَاهِدُهُمْ عَلَى الَّذِي بَعَثَنِي اللَّهُ لَهُ حَتَّى يُظْهِرَهُ اللَّهُ لَهُ أَوْ تَنْفَرِدَ هَذِهِ السَّالِفَةُ » [أخرجه البخاري]

    "Sungguh celaka kalian wahai Quraisy, kalian telah termakan oleh perang, kenapa kalian tidak biarkan urusanku dengan manusia, jika mereka bisa mengalahkanku maka itulah yang mereka inginkan, dan jika Allah menghendaki untuk menampakan kemenanganku atas mereka maka mereka akan masuk Islam secara berbondong-bondong, dan kalau sekiranya mereka enggan, maka mereka akan berhadapan dengan orang yang punya kekuatan. Apalagi yang kalian sangka wahai Quraisy!

    Demi Allah, aku akan selalu berjihad untuk menyebarkan apa yang Allah utus pada diriku sampai kiranya Allah menampakannya dimuka bumi atau sampai akhirnya aku menemui kematian". HR Bukhari no: 2731-2732. Ahmad 31/211 no: 18910.

    Diantara kisah orang yang punya kemauan kuat yang tertulis dalam sejarah dan patut disyukuri ialah sikap Abu Bakar shidiq radhiyallahu 'anhu dalam kisah yang masyhur setelah kematian Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, yaitu tatkala sebagian kabilah arab murtad dari Islam dengan enggan untuk membayar zakat serta berbuat kemunafikan. Untuk itu Aisyah mengatakan: "Kalau seandainya dirinya dihadapkan dengan sebuah gunung yang kokoh, tentu beliau tidak melewati kecuali setelah meratakannya".

    Sehingga, ada ucapan beliau yang sangat terkenal, yang selalu dikenang oleh umat, yaitu: "Sungguh aku pasti akan memerangi orang yang membedakan antara sholat dan zakat. Sesungguhnya zakat adalah haknya harta, demi Allah kalau seandainya mereka enggan mengeluarkan zakat yang dulu pernah mereka keluarkan kepada Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam, tentu aku akan perangi mereka". HR Bukhari no: 1400 dan Muslim no: 20.

    Kemudian, diantara kisah yang terkenal pula adalah kisahnya Imam Ahmad bin Hanbal semoga Allah merahmatinya tentang sikap beliau ketika terjadi fitnah besar yang mengatakan al-Qur'an adalah makhluk. Dan juga kisah-kisah lainnya dari para ulama yang menjelaskan ketinggian kemauan yang mereka miliki, yang bertebaran dalam buku-buku biografi dan sejarah.

    Catatan yang perlu digaris bawahi:

    1. Kemauan yang kuat itu ada yang terpuji dan ada yang tercela. Adapun yang tercela adalah manakala dia lebih mementingkan pada perkara-perkara yang tidak bisa meraih keridhoan Allah atau mendahulukan perkara duniawi daripada ukhrawi. Sedangkan yang terpuji adalah kebalikan dari itu semua. Dan kami telah jelaskan bahwa dalam hal ini ada dua rukun yang tidak boleh timpang, yaitu ketakwaan dan kesabaran, dalilnya:

    Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

    ﴿ وَإِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ ١٨٦ ﴾ [ آل عمران: 186]

    "Jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan". (QS al-Imraan: 186).

    Sedangkan dalam ketakwaan maka harusnya dibarengi dengan adanya ilmu, hal tersebut seperti yang Allah jelaskan dalam firmanNya:

    ﴿ وَٱذۡكُرۡ عِبَٰدَنَآ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ أُوْلِي ٱلۡأَيۡدِي وَٱلۡأَبۡصَٰرِ ٤٥ ﴾ [ص: 45]

    "Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi". (QS Shaad: 45). Orang yang punya ilmu akan terang didalam menjalankan agama.

    1. Bagi orang yang dikaruniai oleh Allah kemauan yang kuat, hendaknya ia mengetahui bahwa hal itu adalah karunia dari Allah azza wa jalla. Serta nikmat yang Allah berikan padanya, yang dengan itu, seharusnya disyukuri dan mengetahui darimana datangnya nikmat tersebut. inilah, yang menjadi petunjuk seperti yang dijelaskan dalam al-Qur'an, Allah ta'ala berfirman:

    ﴿ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩ ﴾ [ آل عمران: 159]

    "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". (QS al-Imraan: 159).

    1. Hati-hati dari sikap plin plan, dan biasanya hal itu muncul karena dipicu oleh minimnya ilmu. Oleh karena itu, apabila sudah menentukan pilihan yang dia targetkan hendaknya berusaha untuk mengerjakan jangan bimbang dan ragu. Seorang penyair mengatakan:

    Jika engkau punya otak cemerlang, banyaklah bercita-cita

    Dan tanda otak yang cekak ialah suka berkelu kesah

    Tatkala akan turun perang Uhud, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam punya pendapat untuk tetap tinggal di madinah dan menghadapi kaum musyrikin dari dalam. Namun, manakala banyak para pemuda dari kalangan sahabat yang berkemauan untuk menghadapi mereka diluar kota, maka Nabi memakai baju perangnya. Ketika diisyaratkan untuk melepasnya, maka beliau enggan dan mengatakan:

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّهُ لَيْسَ لِنَبِيٍّ إِذَا لَبِسَ لَأْمَتَهُ أَنْ يَضَعَهَا حَتَّى يُقَاتِلَ » [أخرجه أحمد]

    "Sesungguhnya tidak layak bagi seorang Nabi, yang telah memakai baju perangnya kemudian dia tanggalkan hingga dia berangkat jihad". HR Ahmad 23/100 no: 14787.

    Inilah akhir dari kajian kita, dan kita ucapkan segala puji bagi Allah, Rabb seluruh makhluk. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad, pada keluarga beliau serta para sahabatnya.

    [1] . Mausu'ah nadhratun Na'im 7/3196.

    [2] .HR Bukhari dalam Tarikh al-Kabir 7/51 no: 230. Dan dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah no: 92.