Beberapa Kesalahan Dalam Bersuci
Artikel ini diterjemahkan ke dalam
Klasifikasi
Full Description
Beberapa Kesalahan Dalam Bersuci
﴿ أخطاء في الطهارة ﴾
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Terjemah : Muzaffar Sahidu
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2010 - 1431
﴿ أخطاء في الطهارة ﴾
« باللغة الإندونيسية »
تأليف: د. أمين بن عبد الله الشقاوي
ترجمة: مظفر شهيد
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2010 - 1431
Beberapa Kesalahan Dalam Bersuci
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.. Amma Ba’du:
Sesungguhnya bersuci adalah salah satu syarat bagi sah dan diterimanya shalat, di mana shalat seseorang tidak akan diterima kecuali dengan mengerjakannya. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abdullah bin Umar ra bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Allah tidak akan menerima shalat tanpa dibarengi dengan bersuci dan Allah tidak menerima shadaqah yang dari harta yang didapatkan melalui jalan pengkhianatan”.[1]
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersbda: Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadas sehingga dia berwudhu’[2].
Ada beberapa kesalahan yang berhubungan dengan bersuci ini, saya sangat terpanggil untuk mengingatkannya guna menunaikan hak Allah dan menegakkan kewajiban memberi nasehat.
Pertama: Sebagian orang bahkan banyak masyarakat yang menyembah Allah dengan dasar kebodohan, sehingga mereka terjebak dalam kesalahan yang sangat fatal dalam masalah bersuci, shalat, puasa, dan berhaji serta berbagai ibadah lainnya bahkan kesalahan tersebut menjurus kepada kesalahan dalam urusan tauhid dan keimanan, dan sangat disayangkan kalau mereka yang terjebak dalam kesalahan ini justru orang yang mengkalaim dirinyanya sebagai cendikiawan, padahal pengetahuan mereka sangat dangkal, ilmu mereka tidak melampoi apapun kecuali halaman Koran, majalah dan televise. Yang seharusnya bagi seorang muslim untuk mengambil agamanya dari Al-Kitab dan sunnah dan bertanya kepada orang yang berilmu jika ada masalah-masalah yang kurang dimengertinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ﴾ (النحل : 43-44)
“…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”. QS. Al-Nahl: 43-44.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam kitab sunannya dari Anas bin Malik bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim baik yang laki-laki atau yang perempuan”.[3]
Dirwayatkan oleh Al-bukhari dari Jabir bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”.[4]
Dan beliau shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda pada saat melakukan haji sebgaiamana diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Jabir: Hendaklah kalian mengambil cara mengerjakan manasik kalian dariku, sebab saya tidak mengetahui apakah saya akan berhaji pada tahun berikutnya setelah hajiku yang ini”.[5]
Bahakn sebagian orang sampai kepada tingakatan berpaling dari agama Allah dan ini adalah bahaya yang sangat besar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى ﴾ (طه : 124-126)
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?". Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan". QS. Thaha: 124-126.
Kedua: Di antara kesalahan yang berhubungan dengan wudhu’ adalah berwudhu’ dengan cara yang tidak sempurna. Maksud menyempurnakan wudhu’ adalah memberikan setiap anggota wudhu’ haknya secara sempurna. Oleh karenanya, orang yang menjalankan shalat hendaklah memperhatikan wudhu’nya terutama jika pada anggota wudhu’ tersebut terdapat jam tangan atau cincin atau yang lainnya, air wudhu’ harus sampai ke anggota waudhu’. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Aisyah ra bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Neraka wail bagi orang yang tidak sempurna dalam memabasuk tumitnya, sempurnakanlah wudhu’. [6]
Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam menyebut dengan kata “Al-Aqib” adalah ujung kaki atau tumit. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Jabir bin Abdullah ra berkata: Umar ra memberitahukan kepadaku bahwa seseorang berwudhu’ dan meninggalkan seukuran kuku pada kakinya tidak terkena basuhan, kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam meilhat hal tersebut lalu beliau bersabda: Kembalilah dan wadhulah dengan baik”. Kemudian lelaki tersebut kembali barulah dia shalat.[7]
Di antara kesalahan yang terjadi saat berwudhu’ adalah tidak menyempurnakan membasuh kedua tangan hingga mencapai kedua siku. Yang wajib adalah membasuh seluruh bagian pada kedua tangannya dari ujung jari-jari sehingga siku, sebab kedua telapak tangan termasuk dalam kategori siku. Dan hal ini telah diingatkan oleh sebagian ulama kita pada masa sekarang ini.
Syekh Al-Utsaimin rahimhullah berkata pada saat beliau berbicara tentang cara-cara berwudhu’: dan membasuk kedua tangan hingga kedua siku yaitu dari ujung tangan sampai siku-siku dicuci satu kali, dan wajib bagi orang yang berwudhu’ untuk memperhatikan kedua telapak tangannya pada saat mencuci kedua kedua lengannya maka dia mencuci kedua telapak tangannya bersamaan dengan mencuci kedua lengannya, sebagian orang meremehkan hal ini di mana dia tidak mencuci kecuali kedua lengannya saja, dan ini adalah perbuatan yang salah.[8]
Di antara kesalahan yang terjadi pada saat berwudhu’ adalah sebagian orang tidak memabasuh sisi mukanya secara sempurna, namun dia membiarkan bagian muka tertentu tidak tersentuh air, bagian telinga tidak tersentuh air, dan yang benar adalah batas-batas wajah adalah dari tempat tumbuhnya rambut kepala sehingga kedua rahang dan dagu, sementara lebarnya adalah kedua pangkal telinga.
Di antara kesalahan yang terjadi pada saat berwudhu’ adalah sebagian orang hanya mencukupkan dirinya dengan mengusap ujung kepalanya saja atau mengusap pertengahan kepalanya, dan yang benar adalah dia harus mencuci seluruh bagian kepalanya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Zaid bin Ashim berkata: Kemudian beliau membasuh kepalanya dengan kedua tangannya, beliau mengusap dengan menempelkan menjalankan tangan ke depan dan belakang, beliau memulai dari arah depan kepala dan membawanya ke bagian belakang menuju bagian tengkuk kemudian mengemablikannya menuju tempat semula kemudian beliau membasuh kedua kaki”.[9]
Di antara kesalahan yang sering terjadi adalah tidak menyeling-nyelingi jari-jari kedua tangan dan kaki saat membasuh keduanya. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits riwayat Al-Mustaurad bin Syaddad ra berkata: Aku melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam saat berwudhu menggosok seluruh jari-jari kedua kakinya dengan jari kelingkingnya”.[10]
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Apabila anda berwudhu’ maka hendaklah menyeling-nyelingi antara jari-jari kedua tangan dan kakimu”.[11]
Di antara kesalahan yang sering terjadi saat berwudhu’ adalah berlebihan dalam memakai air. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ ﴾ (الأنعام: 141)
“…dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. QS. Al-An’am: 141.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik ra bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam mandi dengan air seukuran satu sha’ hingga lima mud dan berwudhu’ dengan air seukuran satu mud”.[12]
Dan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam melarang seseorang berwudhu’ melebihi tiga kali. Diiriwayatkan oleh An-Nasa’I dari Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kekeknya berkata: Seorang badui datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam dan bertanya kepadanya tentang wudhu’ maka beliau memperlihatkannya cara berwudhu dengan membasuh anggota wudhu’ tiga kali tiga kali dan kemudian beliau bersabda; Seperti inilah tata cara berwudhu’ dan barangsiapa yang melebihi ini maka sungguh dia telah berbuat keburukan, melampui batas dan zalim”.[13]
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
[1] HR. Muslim no: 224
[2] HR. Al-Bukhari no: 135 dan Muslim no: 225
[3] HR. Ibnu Majah no: 224 dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam kitab shahihul jami’ 2/727 no: 3913
[4] Al-Bukhari no; 631
[5] Al-Bukhari no: 1297
[6] HR. Al-Bukhari: no: 241
[7] HR. Muslim: no: 243
[8] Lihat Al-Dhia’ul Lami’ minal Khuthabil Jawami’ 2/52
[9] Al-Bukhari: no: 185 dan Muslim no: 235
[10] Abu Dawud no: 148
[11] Al-Turmudzi no: 39
[12]Al-Bukhari no: 201 dan Muslim no: 325
[13] HR. An-Nasa’I no: 140