×
Fatwa mengenai orang yang sengaja meninggalkan shalat dan puasa, namun setelah Allah beri dia hidayah dan kembali kepada Allah dia menangisi kelalaian dirinya. Dia kembali melaksanakan shalat, puasa dan mengerjakan semua ibadah-ibadah. Apakah dia diperintahkan untuk meng-qadha (mengganti) shalat dan puasa yang pernah ditinggalkannya ataukah cukup dengan kembali dan taubat?.

    Meng-Qadha Ibadah Setelah Taubat

    ] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

    Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bâz

    Terjemah : Syafar Abu Difa

    Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

    2011 - 1432

    ﴿ مسألة في قضاء العبادات بعد التوبة ﴾

    « باللغة الإندونيسية »

    الشيخ عبد العزيز بن عبد الله بن باز

    ترجمة: شفر أبو دفاع

    مراجعة: إيكو أبو زياد

    2011 - 1432

    Meng-Qadha (Mengganti) Ibadah Setelah Taubat

    Tanya :

    Apa yang Syaikh katakan mengenai orang yang sengaja meninggalkan shalat dan puasa, namun setelah Allah beri dia hidayah dan kembali kepada Allah dia menangisi kelalaian dirinya. Dia kembali melaksanakan shalat, puasa dan mengerjakan semua ibadah-ibadah. Apakah dia diperintahkan untuk meng-qadha (mengganti) shalat dan puasa yang pernah ditinggalkannya ataukah cukup dengan kembali dan taubat?[1]

    Jawab :

    Barang siapa yang meninggalkan shalat dan puasa kemudian bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, tidak diharuskan mengganti apa yang telah ditinggalkan. Karena meninggalkan shalat adalah kufur akbar yang mengeluarkan pelakunya dari millah (agama Islam) sekalipun dia tidak mengingkari wajibnya shalat, menurut satu dari dua pendapat ulama yang paling sahih. Allah -subhânahu wata'âla- telah berfirman,

    قال الله تعالى: âقُل لِّلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ إِن يَنتَهُواْ يُغۡفَرۡ لَهُم مَّا قَدۡ سَلَفَá [الأنفال: 38]

    “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, jika mereka berhenti (dari kekafirannya) niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu...” (QS. al-Anfal :38)

    Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda,

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «الإسلام يهدِمُ ما كان قبله، والتوبةُ تجُبُّ ما كان قبلها».

    “Islam itu menghapus apa yang telah lalu (dari dosa kekafiran) dan taubat itu menutup apa yang sebelumnya (dari dosa kemungkaran).”

    Dalil-dalil mengenai hal ini banyak, di antaranya firman Allah -subhânahu wata'âla- ,

    قال الله تعالى: âوَإِنِّي لَغَفَّارٞ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا ثُمَّ ٱهۡتَدَىٰ ٨٢á [طه: 82]

    “Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertaubat, beriman dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk.” (QS. Thaha :82)

    Firman-Nya –subhânahu wata’ala-,

    قال الله تعالى: âيَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةٗ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّ‍َٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ ...á [التحريم: 8]

    “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai...” (QS.at-Tahrim : 8)

    Dan di antaranya pula sabda Nabi -shalallahu alaihi wasallam- ,

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «التائبُ من الذنب كمن لا ذنب له»؛ رواه ابن ماجة.

    “Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa.” [2](HR.Ibnu Majah)

    Disyariatkan bagi orang yang bertaubat untuk memperbanyak amalan-amalan kebajikan dan memperbanyak meminta kepada Allah –subhânah- agar ditetapkan berada dalam kebenaran dan husnulkhatimah (baik penutupan akhir hidupnya). Allah-lah pelindung dan pemberi taufik.

    [Majmu Fatwa wa Maqôlat Mutanawi'ah juz XXVIII]

    [1] Dipublikasikan dalam kitab Fatawa Islamiah yang disusun oleh Syaikh Muhammad Musnid IV/165

    [2] HR. Ibnu Majah dalam kitab az-Zuhd, bab: Zikrut Taubah no.4250.