Hukum Tariqat Tijaniyah
Klasifikasi
Full Description
Hukum Tariqat Tijaniyah
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz Rahimahullah
Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2011 - 1432
﴿ حكم الطريقة التيجانية ﴾
« باللغة الإندونيسية »
الشيخ عبد العزيز بن عبد الله باز رحمه الله
ترجمة: محمد إقبال أحمد غزالي
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2011 - 1432
بسم الله الرحمن الرحيم
Hukum Tariqat Tijaniyah
Pertanyaan: Di tengah-tengah kami banyak orang yang mengikuti tariqat Tijaniyah. Saya telah mendengar program Syaikh dalam acara ‘Nur ‘ala ad-darb’ sesungguhnya tariqat ini adalah bid’ah dan tidak boleh mengikutinya. Akan tetapi keluarga saya mempunyai wirid syaikh Ahmad at-Tijani, yaitu shalawat al-Fatih. Mereka berkata: Sesungguhnya shalawat al-Fatih adalah shalawat kepada Nabi Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam. Apakah shalawat al-fatih ini adalah shalawat kepada Nabi Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam atau tidak? Mereka juga berkata: Sesungguhnya siapa yang tidak membaca surat al-Fatih dan meninggalkannya dianggap kafir. Dan mereka berkata: Apabila engkau tidak menerima ini dan meninggalkannya maka tidak mengapa. Dan apabila engkau menerima dan meninggalkannya dipandang kafir. Saya sudah mengatakan kepada kedua orang tua saya bahwa ini tidak boleh. Keduanya berkata: engkau adalah Wahhabi, dan keduanya mencela saya. Kami mengharapkan pengarahan?
Jawaban: Tariqat Tijaniyah, tidak diragukan lagi merupakan tariqat bid’ah. Umat Islam tidak boleh mengikuti tariqat-tariqat bid’ah, baik Tijaniyah maupun yang lainnya. Yang wajib adalah mengikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam, karena Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:
قال الله تعالى: {قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ٣١} [آل عمران : 31]
Katakanlah:"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran:31)
Maksudnya: Wahai Muhammad, katakanlah kepada manusia: jika kamu mencintai Allah Shubhanahu wa ta’alla maka ikutilah aku, niscaya Allah Shubhanahu wa ta’alla mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Dan firman -Nya:
قال الله تعالى: {ٱتَّبِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ وَلَا تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَۗ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ٣} [الأعراف: 3]
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. …(QS. Al-A’raaf:3)
Dan firman Allah Shubhanahu wa ta’alla:
قال الله تعالى: {وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ ... ٧} [الحشر : 7]
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; … (QS. Al-Hasyr:7)
Dan firman Allah Shubhanahu wa ta’alla:
قال الله تعالى: {وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيمٗا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ١٥٣} [الأحزاب : 21]
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan -Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. (QS. Al-An’aam:153)
Subul (jalan-jalan): yaitu jalan-jalan baru yang berasal dari bid’ah-bid’ah, hawa nafsu, syubhat-syubhat dan syahwat yang diharamkan. Allah Shubhanahu wa ta’alla mewajibkan kita mengikuti jalan -Nya yang lurus. Yaitu yang ditunjukkan oleh al-Qur`an yang mulia dan sunnah rasul -Nya Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam yang shahih, inilah tariqah (jalan) yang wajib diikuti.
Adapun tariqat Tijaniyah, atau Syadzaliyah, atau Qadiriyah, yang tariqat-tariqat lainnya yang dibikin oleh manusia, maka tidak boleh mengikutinya kecuali yang sesuai syari’at Allah Shubhanahu wa ta’alla, maka ia mengamalkannya karena sesuai syari’at yang suci, bukan karena ia adalah tariqat fulan atau yang lainnya, berdasarkan ayat-ayat sebelumnya dan firman -Nya:
قال الله تعالى: {لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا٢١} [الأحزاب : 21]
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab:21)
Dan firman Allah Shubhanahu wa ta’alla:
قال الله تعالى: {وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ١٠٠} [التوبة : 100]
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah, Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam, Dia menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah:100)
Dan sabda Nabi Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ) ( رواه البخاري ومسلم)
Rasulullah Shalallhu’alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang membuat-buat dalam perkara kami ini (ajaran islam) yang bukan darinya, maka ia ditolak.”[1]
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ) ( رواه مسلم)
Rasulullah Shalallhu’alaihi wa sallam bersabda: ‘Barangsiapa yang melakukan satu amal yang tidak ada perkara kami atasnya maka ia ditolak.”[2]
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (أَمَّا بَعْدُ, فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ) (رواه مسلم)
Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: ‘Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah Kitabullah (al-Qur`an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam. Seburuk-buruk perkara adalah yang baru (dalam agama) dan setiap bid’ah adalah sesat.”[3] Dan hadits-hadits dalam pengertian ini sangat banyak.
Shalawat al-Fatih adalah shalawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam seperti yang mereka sebutkan. Akan tetapi teksnya tidak bersumber dari Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam, di mana mereka mengatakan padanya: ‘Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada pemimpin kami Muhammad, pembuka yang tertutup, penutup yang terdahulu, membela kebenaran dengan kebenaran.’ Teks ini tidak ada dalam jawaban Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam saat ditanya oleh para sahabat tentang lafazh (teks) shalawat. Yang disyari’atkan kepada umat Islam adalah membaca shalawat kepada beliau dengan lafazh yang beliau syari’atkan dan ajarkan kepada mereka (para sahabat), bukan yang dibuat-buat oleh mereka (ahli bid’ah). Di antara lafazh shalawat adalah yang diriwayatkan oleh Shahihain: dari Ka’ab bin Ujrah Radhiyallahu’anhu, bahwa para sahabat bertanya: ‘Ya Rasulullah, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyuruh kami membaza shalawat kepadamu, bagaimana kami membaca shalawat kepadamu?
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (قُوْلُوْا: اّللّهُمّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ, كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, اَللّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ) (رواه البخاري ومسلم)
Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Bacalah: ‘Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.’[4]
Dan di antaranya lagi, yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim juga, dari hadits Abu Humaid as-Sa’idi Radhiyallahu’anhu, dari Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (قُوْلُوْا: اّللّهُمّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيًَّتِهِ كََمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ علَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. (رواه البخاري ومسلم)
Rasulullah Shalalalhu’alaihi wa sallam bersabda: “Bacalah: ‘Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberi rahmat kepada keluarga Ibrahim, dan berilah berkah kepada Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberi berkah kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”[5]
Dan dalam hadits ketiga yang diriwayatkan oleh Muslim yang Shahih, dari hadits Abu Mas’ud al-Anshari Radhiyallahu’anhu, dari Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (قُوْلُوْا: اّللّهُمّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كََمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ علَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ) (رواه مسلم)
Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Bacalah: Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi rahmat kepada keluarga Ibrahim, dan berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi berkah kepada keluarga Ibrahim pada semesta alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”[6]
Hadits-hadits ini dan yang senada menjelaskan sifat (tata cara) shalawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam yang beliau ridha dan menyuruh mereka dengannya. Adapun shalawat al-Fatih, sekalipun maknanya benar secara umum, maka tidak semestinya mengambilnya dan berpaling dari shalawat yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam dalam menjelaskan sifat shalawat kepadanya yang diperintahkan dengannya, di samping kata-kata (pembuka yang tertutup) bersifat ijmal (umum), sebagian pengikut hawa nafsu bisa menafsirkannya dengan makna yang tidak benar. Wallahu waliyut taufiq.
Syaikh Abdul Aziz bin baz, Majalah Buhuth – edisi 39 hal 145-148.