Hak Seorang Muslim Atas Muslim Lainnya
Klasifikasi
Full Description
Hak Seorang Muslim Atas Muslim Lainnya
﴿ من حقوق المسلم على أخيه المسلم﴾
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Muhammad bin Abdullah bin Mu’aidzir
Terjemah : Muzaffar Sahidu
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2011 - 1432
﴿ من حقوق المسلم على أخيه المسلم﴾
« باللغة الإندونيسية »
محمد بن عبد الله بن معيذر
ترجمة: مظفر شهيد
مراجعة : أبو زياد إيكو هاريانتو
2011 - 1432
بسم الله الرحمن الرحيم
Hak Seorang Muslim Atas Muslim Lainnya
Segala puji bagi Allah, Yang Mengetahui segala yang gaib dan yang nyata, Yang Maha Kuasa menjalankan apa yang telah ditetapakan dan diinginkanNya, Dia yang telah menjadikan orang-orang beriman ini bersaudara dalam keimanan dan menyerupakan mereka dalam keutuhan antara mereka dengan sebuah bangunan, seperti yang disebutkan di dalam firmanNya:
قال الله تعالى:﴿ إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴾
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. QS. Al-Hujurat: 26
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, yang tiada sekutu bagiNya dalam ketuhananNya dan dalam asma dan sifat serta kekuasaanNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, imam orang-orang yang bertaqwa, peminpin mereka dan Rasul dan peminpin bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad, kepada para keluarga dan para shahabatnya, bintang-bintang yang mengarahkan kepada jalan petunjuk dan shalawat kepada setiap orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan sehingga hari kiamat.
Amma Ba’du:…
Wahai sekalian manusia,,,bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, sebab bertaqwa kepadaNya adalah perniagaan yang paling memberikan keberuntungan, dan ketahuilah bahwa kalian bersaudara dengan orang yang seiman dengan kalian dan persaudaraan yang dilandasi dengan keimanan lebih kuat daripada persaudaraan yang dilandasi dengan apapun. Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى:﴿ فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءلُونَ فَمَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُوْلَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ﴾
Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barang siapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam. QS. Al-Mu’minun: 103
قال الله تعالى:﴿ الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ ﴾
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. QS. Al-Zukhruf: 67.
Wahai saudaraku seiman, wujudkanlah berbagai upaya yang bisa membentuk kasih sayang dan cinta di antara kalian, sebab-sebab yang membuat setiap individu senang kepada kebaikan, saling tolong menolong dan menjauhi segala factor yang melemahkan dan mengurangi kekuatan hubungan antara sesame muslim di dalam kehidupan nyata, sehingga dengannya amal kalian menjadi berkurang. Dan ketahuilah bahwa umat ini tidak bersatu dan perundang-undangannya tidak bisa terwujud secara sempurna kecuali dengan terbentuknya rasa cinta dan persaudaraan sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah memberitahukan hal tersebut di dalam sebuah sabdanya, “Orang mu’min yang satu dengan mu’min yang lain bagai sebuah bangunan yang saling menguatkan antara yang satu dengan yang lainnya”.
Dan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Perumpaan orang-orang mu’min dalam kasih sayang, rasa cinta, solidaritas dan saling membantu antara mereka sama seperti badan yang satu, yang apabila ada di antara anggota badan tersebut yang mengaduh kesakitan maka anggota badan yang lain akan meregang kepanasan dan tidak bisa tidur”.
Alangkah agungnya persaudaraan tersebut dan alangkah indahnya akhlak yang terpuji ini, Allah Subahnahu Wa Ta’ala menajadikannya sebagai hikmah dan nikmat bagi orang-orang yang beriman, Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى:﴿ وَإِن يُرِيدُواْ أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللّهُ هُوَ الَّذِيَ أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً مَّا أَلَّفَتْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴾
Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin,dan Yang mempersatukan hati mereka(^) (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS. Al-Anfal: 62-63.
Sesungguhnya Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman telah mensyari’atkan bagi kalian segala faktor yang bisa memperkuat persaudaraan dan menumbuhkan rasa cinta di antara sesama orang-orang yang beriman, dan jauhilah segala perbuatan yang bisa menimbulkan perpecahan, permusuhan dan waspadalah terhadap perbuatan maksiat kepada Allah. Celakalah hamba yang meyepelekan dan menyia-nyiakan perintah tuhannya, hendaklah kalian mengikuti jejak salafus shaleh dan jama’ah kaum muslimin. Ambillah petunjuk mereka dan jalan yang mereka tempuh dalam urusan agama ini baik tentang keyakinan, amal ibadah dan ketaatan, dan tauladanilah mereka dalam urusan cinta mencintai antara sesame mereka dan mentauladani mereka dalam perkara-perkara agama dan kemanusiaan, di mana Rasulullah shallallau alaihi wa sallam telah mempersaudarakan antara para shahabatnya dan membangun persaudaraan ini adalah upaya kedua yang dilakukan oleh Rasulullah shallallau alaihi wa sallam setelah berhijrah ke Madinah, beliau menjadikan orang-orang Anshor sebagai saudara bagi orang-orang muhajirin, dan persaudaraan ini menyebabkan terjadinya pewarisan antara mereka pada permulaan Islam sampai turunnya ayat yang menjelaskan tentang masalah pembagian harta warisan.
Bahkan persaudaraan ini sampai mendorong orang-orang Anshor memberikan sebagaian harta dan rumah mereka kepada orang-orang Muhajirin, lebih dari itu, sebagian orang Anshor berkehendak untuk memberikan sebagai istrinya kepada saudaranya dari kaum Muhajirin sebagai bukti nyata dan benar atas persaudaraan mereka.
Di dalam sebuah hadits dari Abu Dzar radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Wahai Abu Dzar maukah engkau jika aku tunjukkan kepadamu kepada sebuah perniagaan yang lebih baik daripada dunia dan seisinya?. Maka akupun menjawab: Aku mau wahai Rasulullah, “Engkau berusaha untuk memperbaiki hubungan antara orang mu’min yang satu dengan yang lainnya apabila hubungan tersebut telah rusak dan engkau berusaha mendekatkan mereka jika mereka saling berjauhan”.
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim untuk menjauhi saudaranya melebihi tiga hari dan yang paling dari mereka adalah orang yang memulai dengan salam” Muttafaq alaihi.
Syari’at Islam telah menjelaskan tetang keharaman saling memutuskan hubungan silaturrahmi antara pribadi yang beriman, mengharamkan namimah dan berjalan di muka bumi untuk berbuat kerusakan. Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى:﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. QS. Al-Hujurat: 6.
قال الله تعالى:﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴾
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. QS. Al-Hujurat: 11.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang berjuang untuk mengadu domba sesama orang yang beriman”. Muttafaq alaihi.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang saling mencela dan mengejek dan Rasulullah shallallau alaihi wa sallam bersabda: Di antara dosa besar yang paling besar adlaah seorang lelaki mencela kedua orang tuanya. Dikatakan bagaimanakah seseorang dikatakan mencela kedua orang tuanya?. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Seorang lelaki mencela bapak orang lain lalu dia membalas mencela bapaknya, dan seorang lelaki mencela ibu seseorang lalu dia membalas mencela ibunya”.
Dan cukuplah perbuatan ini sebagai perbuatan buruk di mana Allah menggambarkannya dengan gambaran yang keji. Allah mengumpamakannya dengan bangkai yang dimakan oleh seseorang. Di sebutkan di dalam firman Allah:
قال الله تعالى:﴿ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ﴾
“Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”. QS.Al-Hujurat: 12
Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan dalam ayat selanjutnya keutamaan persaudaraan dan akhlak yang baik sebagai bukti akan kemuliaan dan keagungan perbuatan ini. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى:﴿ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ﴾
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS.Al-Hujurat: 13.
Wahai sekalian kaum muslimin hendaklah kalian menjaga persaudaraan yang dibangun atas dasar keimanan, sebab persaudaraan tersebut menciptakan rasa cinta dan menjauhkan permusuhan, dan renungkanlah firman Allah, Dzat yang telah menciptakan kalian:
قال الله تعالى:﴿ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴾
“…dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”. QS. Al-Anfal: 46
Dan renungkan pula sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Ruh-ruh itu bagai tentara yang telah dipersenjatai, yang telah saling mengenal maka dia bersatu dan yang saling mengingkari pasti akan bercerai berai” . HR. Bukhari dan Muslim dan Sabda Nabi shallallau alaihi wa sallam “Surga itu bagi orang yang mentaatiku walau dia seorang hamba sahaya dari Habsy, dan neraka itu bagi orang yang mendurhakai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam walau dia orang mulia dari suku Quraisy”.
Semoga Allah memberikan keberkahannya bagiku dan bagi kalian semua di dalam Al-Qur’an yang mulia, dan Allah memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan ayat-ayat Allah Yang Maha Bijaksana yang tertera di dalamnya. Hanya inilah yang bisa aku katakan dan aku memohon ampunan bagi diriku dan bagi kalian serta seluruh kaum muslimin kepada Allah yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun kepadaNya dan bertaubatlah kepada Allah, sebab Dia adalah Zat Yang Pengampun lagi Maha Penyayang.
Khutbah kedua
Segala puji atas segala anugrah kebaikan yang telah diberikan oleh Allah, dan syukur kepadaNya atas segala karunia dan pemeberianNya. Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, kesaksian yang mengangungkan Zat Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam yang berlimpah kepada Nabi, para shahabat, keluarga dan semua orang yang mengikuti beliau samapai hari kiamat…amma ba’du:
Wahai sekalian hamba Allah, takutlah kalian kepada Allah Ta’ala dan sadarilah bahwa kalian bersaudara dalam agama ini dan persaudaraan yang didasarkan pada keimanan melebihi kekuatan persaudaraan yang bangun dengan dasar apapun. Pada hari kiamat tidak ada lagi ikatan karena garis keturunan, bahkan para shahabat pada waktu itu saling memusuhi kecuali orang-orang yang bertaqwa. Wahai hamba Allah, wujudkanlah persaudaraan ini dengan saling mencintai dan menyayangi antara kalian semua, dan hendaklah kalian saling membantu berbuat kebaikan dan saling tolong menolong dalam kebaikan dan berupaya untuk selalu menguatkan dan mengembangkan persaudaraan tersebut serta menjauhi segala sebab bisa melemahkan dan mengurangi persatuan umat. Sebab umat ini tidak akan bersatu dan tidak pula memiliki kekuatan kecuali setelah mereka seperti apa yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Orang mu’min yang satu dengan mu’min yang lain bagai sebuah bangunan yang saling menguatkan antara yang satu dengan yang lainnya”. Muttafaq alaihi.
Persaudaraan yang telah diperintahkan ini bukan ikatan sebatas lisan semata akan tetapi ikatan yang kuat dan dalam yang tertanam di dalam di dalam jiwa dan hati, di mana benihnya adalah ikhlas dan buahnya adalah akhlak baik kepada saudara seiman.
Inilah yang dapat aku sampaikan, dan ucapakanlah shalawat dan salam kepada Rasulullah sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah Allah.