Bahaya Hasad
Artikel ini diterjemahkan ke dalam
Klasifikasi
Full Description
Bahaya Hasad
﴿ الحسد ﴾
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Terjemah : Muzaffar Sahidu
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2010 - 1431
﴿ الحسد ﴾
« باللغة الإندونيسية »
تأليف: د.أمين بن عبد الله الشقاوي
ترجمة: مظفر شهيد
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2010 - 1431
Bahaya Hasad
Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba'du:
Di antara sifat tercela yang dilarang oleh syara' adalah hasad, dan Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk berlindung darinya. Allah SWT berfirman:
ﭧ ﭨ ﭽ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾ ﭿ ﭼ الفلق: ١ - ٥
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki"
.( QS. Al-Falaq: 1-5)
Al-Ragib berkata, “Hasad adalah berangan-angan agar nikmat itu hilang dari orang yang berhak menerimanya, bahkan mungkin angan-angan itu dibarengi dengan aksi untuk menghilangkan nikmat tersebut[1]. Dan hasad ini sebagai sifat bagi makhluk terburuk Allah SWT, yaitu orang-orang Yahudi, sebgaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT:
ﭧ ﭨ ﭽ ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﭼ البقرة: ١٠٩
Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran . (QS. Al-Baqarah: 109)
Allah SWT berfirman:
ﭧ ﭨ ﭽ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱﭲ ﭼ النساء: ٥٤
ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?. (QS. Al-Nisa': 54)
Diriwayatkan oleh AL-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik RA bahwa Nabi Muhmmad SAW bersabda, “Janganlah kalian saling memarahi, jangalah saling mendengki, janganlah saling membelakangi dan jadilah hamba Allah yang saling bersaudara".[2]
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Sa'id Al-Khudri bahwa Jibril alaihis salam mendatangi Nabi Muhmmad SAW dan berkata, “Wahai Muhammad engkau sedang mengeluh karena suatu penyakit?. Maka Nabi Muhmmad SAW menjawab, “Ya. Lalu Jibril berkata:
باسم الله أرقيك من كل شيئ يؤذيك ومن شر كل نفس أو عين حاسد الله يشفيك باسم الله أرقيك
“Dengan nama Allah SWT aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang menyakitimu, dan dari kejahatan setiap jiwa dan mata orang-orang yang dengki, hanya Allah lah yang menyembuhkanmu, dengan nama Allah SWT aku meruqyahmu".[3]
Ibnu Rajab berkata: Hasad itu terpatri dalam tabi'at manusia, sebab manusia tidak suka jika diungguli dengan beberapa kelebihan oleh orang lain. Lalu setelah ini manusia terbagai menjadi beberapa bagian: Di antara mereka ada yang berusaha untuk menghilangkan nikmat/kelebihan yang terdapat pada orang yang didengki dengan cara yang salah baik perkataan atau perbuatan, dia berupaya agar nikmat itu berpindah kepada dirinya, di antara manusia ada yang berusaha menghilangkan nikmat itu dari orang yang didengki tanpa berupaya untuk memindahkannya dari orang yang didengki, dan bagian ini yang paling terburuk dan paling jelek. Dan inilah hasad yang tercela dan dilarang. Itulah dosa Iblis, di mana dia dengki melihat Adam alaihis salam setelah melihat bahwa dia melebihi para malaikat karena Allah mencipatakan -Nya dengan tangan -Nya, memerintahkan para malaikat bersujud di hadapannya, mengajarkannya nama segala sesuatu, dan menempatkannya di sisi -Nya. Lalu Iblis senantiasa berupaya mengeluarkan Adam dari surga sehingga dia dikeluarkan darinya. Di antara manusia ada yang sengaja mendatangkan hasad itu kepada dirinya lalu dia mengelolanya di dalam jiwanya dengan tenang agar nikmat yang ada pada orang lain itu menjadi hilang, maka ini sama dengan orang yang bertekad mengerjakan kemaksiatan, dan kelompok yang lain ada yang hasad namun dia tidak berangan-angan agar nikmat itu hilang dari orang yang didengki, namun dia berupaya untuk meraih keunggulan seperti yang diraih oleh orang lain itu, namun jika keunggulan orang yang didengki berupa keunggulan duniawi maka dengki terhadapnya tidak memberikan kebaikan, sebagaimana firman Allah SWT:
ﭧ ﭨ ﭽ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﭼ القصص: ٧٩
Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: semoga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". (QS. Al-Qoshos: 79)
Namun jika kelebihan itu dalam urusan agama maka hasad dalam perkara ini sangat baik. Dan Nabi Muhmmad SAW berangan-angan agar beliau di matikan sebagai mati syahid di jalan Allah SWT. Nabi Muhmmad SAW bersabda, “Tidak ada hasad kecuali dalam dua perkara: Seorang lelaki yang diberikan oleh Allah Al-Qur'an dan dia beribadah dengannya pada waktu malam dan siang, dan seorang lelaki yang diberikan oleh Allah SWT harta dan dia menafakahkanya pada waktu siang dan malam".[4]
Inilah yang disebut dengan gibthoh, dan dinamakan dengan hasad sebagai bentuk majaz semata. Dan kelompok yang lain ada orang yang merasakan kedengkian di dalam dirinya dan dia berusaha menghilangkannya dengan berbuat baik kepada orang yang didengki, berdo'a baginya, dan menyebarkan keunggulan orang yang dihasadi, selain itu dia berusaha menghilangkan rasa dengki yang terdapat pada dirinya sehingga Allah SWT menggantikan perasaan hatinya dengan keinginan agar saudaranya semuslim yang dengki itu lebih baik dan lebih utama darinya, ini adalah tingakatan iman yang tertinggi, dan merupakan pelakunya seorang mu'min yang sempurna".[5]
Ibnu Sirin berkata, “Aku tidak pernah dengki kepada seorangpun dalam urusan duniawi; sebab jika dia termasuk penghuni surga maka bagaimana mungkin aku hasad kepadanya pada urusan dunia yang hina di banding surga, dan jika dia termasuk penghuni neraka bagaimana mungkin saya dengki kepadanya dalam urusan dunia kalau akhirnya dia berujung pada neraka".[6]
Abu Darda berkata, “Tidaklah seseorang memperbanyak mengingat mati kecuali kesenangan dan hasadnya akan menjadi sedikit". Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya aku membaca ayat-ayat di dalam kitab Allah SWT dan aku berangan-angan agar semua manusia mengetahui seperti apa yang aku ketahui". Mu'awiyah RA berkata, “Setiap manusia mampu untuk merelakan orang lain kecuali orang yang dengki terhadap kenikmatan orang lain, maka dia tidak rela kecuali dengan hilangnya nikmat tersebut dari orang lain". Dikatakan:
Setiap permusuhan bisa diharapkan kepadamannya
Kecuali permusuhan yang didasarkan pada dengki
Diriwayatkan oleh Turmudzi dari Al-Zubair bin Al-Awwam bahwa Nabi Muhmmad SAW bersabda, Telah merasuk kepada kalian penyakit umat-umat sebelum kalian yaitu penyakit hasad dan saling membenci, dialah yang memangkas, aku tidak katakan memangkas rambut namun memangkas agama, demi yang jiwaku berada ditangan -Nya, kalian tidak akan masuk surga kecuali dengan beriman, dan tidak akan beriman sehingga kalian saling mencintai, dan tidakkah aku beritahukan kepada kalian suatu perkara yang bisa menegakkan hal itu bagimu?. “Sebarkanlah salam di antara kalian".[7]
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhmmad SAW bersabda, “Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki dari penghuni surga", lalu datanglah seorang lelaki dari kaum Anshor yang jenggotnya telah meneteskan air karena berwudhu', dia memegang sandalnya dengan tangan kirinya, di dalam kisah ini Abdullah bin Amr bin Ash RA mengikutinya menuju rumahnya dan berkata kepadanya, “Wahai Abdullah, aku menginap dirumah mu agar aku melihat amalmu agar aku bisa mentauladaninya, namun aku tidak melihatmu berbuat amal ibadah yang banyak, lalu perbuatan apakah yang membuatmu seperti apa yang diberitakan oleh Rasulullah SAW?. Maka dia berkata, “Tidak ada perbuatan apapun kecuali apa yang engkau lihat, kemudian dia berkata: Pada saat aku meninggalkannya pergi dia memanggilku dan dia berkata, “Tidak ada amal yang aku kerjakan kecuali apa yang telah aku lihat dan aku tidak mendapatkan dalam diriku penipuan terhadap kaum muslimin dan tidak tidak pula rasa dengki terhadap salah seorang mereka karena kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Lalu Abdullah berkata: Perbuatan yang telah menyampaikanmu ke dalam surga itulah yang tidak bisa kami lakukan".[8]
Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata: Kejahatan orang yang dengki akan tertolak dengan beberapa perkara yaitu:
- Berlindung kepada Allah SWT dari kejahatannya dan meminta pengawasan dan kembali kepada Allah SWT.
- Bertqwa kepada Allah dengan menjaga perintah dan larangan -Nya, Allah SWT berfirman:
ﭧ ﭨ ﭽ ﯣ ﯤ ﯥ ﯦ ﯧﯨ ﯩ ﯪ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯﯰ ﭼ آل عمران: ١٢٠
Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. (QS. Ali Imron: 120)
- Bersabar atas permusuhan seseorang atas dirinya, dia tidak melawannya, tidak pula mengeluh atau mengembangkan sikap buruk hasad terhadap dirinya
- Bertawakkal kepada Allah, barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah SWT maka cukuplah Allah bagiNya.
- Kembali kepada Allah, ikhlas dalam beribadah kepada -Nya dan menjadikan cinta dan rela kepada -Nya sebagai tujuan pribadinya.
- Bertaubat dari segala dosa yang diupayakan oleh musuh-musuhnya terhadap dirinya
- Berusaha bersedeqah dan berbuat baik, sebab hal itu memberikan pengaruh yang sangat positif dalam mencegah penyakit ain (yang ditimbulkan oleh mata jahat) dan kejahatan orang yang dengki.
- Dan ini adalah kiat yang sangat sulit, yaitu memadamkan api kedengkian orang yang hasad dengan berbuat baik kepadanya.
- Mentauhidkan Allah SWT dengan sebenarnya dan mengembalikan pemikiran tentang suatu sebab kepada Zat Yang Menciptakan sebab, yaitu Allah Yang Maha Perkasa dan Bijaksana, sebab segala kendali dan perkara di tangan Allah SWT.[9]
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
[1] Mufrodat Al-Fazil Qur'an, halaman: 116
[2] Al-Bukhari: 6065 dan Muslim: 2559
[3] Al-Bukhari: 815 dan Muslim: 5025
[4] Muslim: 815 dan Al-Bukhari: 5025
[5] Jami'ul Ulum Wal Hikam, halaman: 260-263
[6] Halaman: 408 no: 2510
[7] HR. Turmudzi no: 2510
[8]Musnad Imam Ahmad: 3/166
[9] Al-Tafsirul Qoyyim karangan Ibnul Qoyyim, halaman: 585-593