Adab Memberikan ucapan selamat dan Kabar gembira
Klasifikasi
- Adab Ziarah << Adab << Amalan Utama
Full Description
ADAB MEMBERIKAN SELAMAT DAN KABAR GEMBIRA
﴿ آداب التهنئة و البشارة ﴾
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Penyusun : Majid bin Su'ud al-Usyan
Terjemah : Muzafar Sahidu bin Mahsun Lc.
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2009 - 1430
﴿ آداب التهنئة و البشارة ﴾
« باللغة الإندونيسية »
تأليف: ماجد بن سعود آل عوشن
ترجمة: مظفر شهيد محصون
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2009 - 1430
ADAB MEMBERIKAN UCAPAN SELAMAT DAN KABAR GEMBIRA
· Termasuk ucapan selamat adalah mendo'akan seseorang agar mendapat keberkahan, sebagaimana Nabi Muhammad SAW mendo'akan orang yang mengunjunginya supaya mendapatkan berkah.
· Apabila seseorang meminta sesuatu maka hendaknya dia berkata: "Berikan kepadaku barang tersebut, semoga Allah memberkahimu!". Dalilnya adalah bahwa Nabi tatkala meminta kepada dua orang Malaikat untuk masuk ke rumahnya di surga, beliau mendo'akan mereka dengan keberkahan.
· Al-Tarfi'ah adalah salah satu bentuk ucapan selamat yang diperuntukkan bagi orang yang menikah dan dahulu orang arab mengatakan: بِالرَّفَاءِ وَالْبَنِيِنِ
Yang bermakna: Selamat atas pernikahan yang dipenuhi oleh rukun dan damai serta semoga mendapat anak keturunan lelaki"[1]
· Mengucapkan selamat kepada seseorang karena dia berilmu, atau karena dia berada di dalam kebenaran, Nabi Muhammad SAW pernah mengucapkan selamat kepada Ubay bin Ka'ab radhiallahu anhu tatkala ia ditanya tentang ayat yang paling agung dalam Al Qur'an.[2]
· Ucapan selamat dalam pernikahan " َبارَكَ اللهُ عَلَيْكَ) ) Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu, dan ucapan
وَبَارَكَ الله لَك
Semoga Allah memberi keberkahan bagimu, dan mengucapkan seperti di bawah ini:
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْر
"Semoga Allah memberkahimu dan memberi berkah kepadamu serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan"[3]
Dan ucapan selamat ini oleh orang yang hadir dalam acara pernikahan, setelah terjadinya akad, dan jika ucapan selamat dilakukan setelah jima' dinamakan tarfi'ah.
· Didatangkan kepada Rasulullah SAW dua anak kecil kemudian beliau mendo'akan mereka agar mendapat keberkahan kemudian mentahniknya[4].
· Disunnahkan mengucapkan selamat kepada orang yang selamat dari bencana, atau bagi orang yang mendapatkan kenikmatan, begitu juga bagi orang yang mendapatkan pekerjaan atau harta benda sambil mendo'akannya agar mendapat keberkahan padanya.
· Disunnahkan pula mengucapkan selamat kepada orang yang mendapatkan ni'mat di dalam agama sebagaimana kisah Ka'ab bin Malik yang terdapat dalam kitab Bukhari-Muslim bahwasannya tatkala turun ayat:
إِنَّا فَتَحْنَا َلكَ فَتَحًا مُبِيْنًا
"Sesungguhnya aku menangkan engkau dengan kemenangan yang nyata".[5]
· Maka para sahabat Nabi Muhammad SAW berkata: Semoga selamat dan sukses.[6]
· Imam As Suyuti dalam kitabnya "Bulughul Ma'ani Liusul At Tahani" meriwayatkan dari Umu Khalid binti Khalid bahwasannya Rasulullah SAW memakaikan baju kepadanya, memakaikannya dengan kedua tangannya sambil berkata: "Abli wakhluki" sepertinya dia mendo'akannya.[7]
· Ucapan selamat untuk hari raya hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh para sahabat radhiallahu anhum tentang kebolehannya, dan disebukan di dalam sebuah atsar dari Muhamad bin Ziyad beliau berkata: "Aku bersama Abi Umamah Al Bahili dan shahabat Nabi SAW lainnya, apabila pulang mereka dari hari raya Ied mereka saling mengucapkan: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
(Semoga Allah menerima amal kita dan kalian semua).[8]
· Mengucapkan selamat pada saat datang tahun atau bulan baru Islam. Berkata Al-Hafidz Al Mundziri, ia mengutip dari Al-Hafidz Al Maqdisi bahwasanya dia menjelaskan hal tersebut: Bahwasannya orang-orang masih berbeda pendapat tentang hal tersebut, adapun pendapatku bahwa itu adalah diperbolehkan bukan sunnah dan bukan pula bid'ah. Begitu juga Al Qolyubi mengutip dari Ibnu Hajar radhiallahu anhu Bahwasanya secara umum mengucapkan ucapan selamat dengan datangnya bulan yang baru, hari raya dan tahun baru disunnahkan, pendapat ini juga adalah ringkasan dari apa yang dikatakan Ibnu Baz rahimhullah tatkala ia ditanya tentang masalah ini.[9]
ADAB MEMBERI KABAR GEMBIRA (AL-BISYAROH)
· Al-Bisyaroh adalah sesuatu yang dapat melegakan hati seseorang, berupa urusan yang bisa menggembirakan.
· Al-Bisyaroh secara mutlak bermakna kabar gembira dengan kebaikan, dan terkadang secara bahasa Al-Bisyaroh digunakan secara terbatas pada hal yang berhubungan dengan kejelekan sebagaimana firman Allah SWT:
فَبَشِّرْهُـمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ
"Maka gembirakanlah bahwa meraka akan menerima siksa yang pedih".[10]
· Apabila seseorang mendapatkan sesuatu yang menggembirakan maka disunnahkan mengucapkan selamat dengan apa yang membuatnya gembira baik kebaikan dalam urusan agama atau dunia, bahkan para Malaikat telah memberi kabar gembira kepada Ibrahim Alaihissalam dengan anak yang penyantun lagi pintar.
· Termasuk sunnah menceritakan berita kebaikan yang dapat melegakan dan menggembirakan.
· Di antara waktu yang pantas untuk membangkitkan kegembiraan adalah pada waktu sakit, sebagaimana Rasulullah SAW memberi kabar kepada Umu Ala RA beliau berkata:
عَادَنِي النَّبِيُّ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَرِيْضَةٌ فَقَالَ:أَبِْشِرِي يَا أُمَّ اْلعَلاَءِ فَإِنَّ مَرَضَ اْلمُسْلِمِ يُذْهِبُ اللهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تُذْهِبُ النَّارَخَبَثَ الْذَّهَبِ وَاْلفِضَّةِ
"Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjengukku dikala aku sakit maka Rasulullah SAW bersabda: Gembiralah! Umu Ala' bahwasanya sakitnya seorang muslim sebagai penghapus kesalahan seperti halnya api menghilangkan kotoran emas dan perak".[11]
· Diantara orang-orang yang juga diberi kabar gembira adalah para pelajar sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ad-Darimi rahimahullah dari Asim bin zurrin bin Hubais berkata kepadaku Sofwan bin Asal Al Muradi sedangkan aku hendak bertanya kepadanya tentang mengusap dua sepatu kemudian ia bertanya: Apa yang membuatmu datang kepadaku? Aku menjawab ingin mendapatkan ilmu, kemudian ia berkata: Bolehkah aku memberi kabar gembira untukmu?". Aku menjawab: "Tentu", kemudian ia berkata: Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا ِلطَاِلبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَطْلُبُ
"Bahwasannya malaikat meletakkan sayapnya bagi pencari ilmu pertanda ridlo terhadap apa yang ia cari".[12]
· Dari pemberitaan kabar baik juga adalah memberi kabar gembira dengan kemenangan sebagaimana terdapat dalam sunnah, oleh karena itulah Imam Bukhari rahimahullah menulis satu bab dalam kitabnya: Kitabul Jihad Was Siyar/ kitab jihad dan sirah, bab memberi kabar gembira dengan kemenangan.
· Di antara moment yang baik untuk memberi kabar gembira adalah pada seseorang yang akan meninggal dunia, sebagaimana saat Umar radhiallahu anhu ditikam maka datanglah kepadanya seorang pemuda dari Ansor kemudian ia berkata: Bergembiralah wahai Amirul mu'minin dengan kabar gembira dari Allah untukmu, engkau telah berbuat bagi Islam ini sebagaimana yang telah engkau ketahui.
· Begitu juga memberi kabar gembira dengan kematian orang jahat, sebagaimana kisah seorang sahabat yang telah membunuh Abu Rafi', sebab ia menghina Nabi Muhammad SAW, setelah dia berhasil membunuhnya, maka dia memberi kabar gembira kepada Nabi tentang kematiannya.
· Disunnahkan bagi orang yang menerima berita gembira memberikan sesuatu bagi orang yang membawa berita gembira tersebut, sebagaimana kisah Ka'ab bin Malik[13] radiallahuanhu bahwasannya ia telah memerdekakan hamba sahayanya Al Abbas, tatkala Hajjaj bin Allat mengabarkannya dari Rasulullah SAW tentang sesuatu yang membuatnya bergembira.
· Perkataan sebagian orang (Datanglah dengan membawa kabar gembira) terdapat suatu pendapat dari ulama maka dia harus beritakan kepadanya kabar gembira.
· Sebuah berita gembira (yang disampaikan) baik dalam urusan agama atau dunia, akan mendatangkan pahala bagi orang yang membawa berita gembira tersebut, sebagaimana kisah Umar radhiallahu anhu tatkala dia mengutus anaknya kepada Aisyah radhallahu anha untuk meminta izin supaya dikuburkan bersama dua temannya, maka tatkala Abdullah RA menemuinya Umar radhillahu anhu bertanya: "Apa yang engkau bawa?" Dia menjawab: "Aku membawa apa yang engkau inginkan wahai amirul mu'minin, dia (Aisyah) mengizinkanmu, kemudian Umar berkata: Segala puji bagi Allah tidak ada urusan yang lebih penting bagiku selain ini.
· Termasuk moment yang tepat untuk mengucapkan kegembiraan adalah saat seseorang datang meminta sesuatu dan ia mampu melaksanakannya, dianjurkan berkata: Bergembiralah, Hal ini sebagaimana terdapat di dalam sunnah tatkala orang-orang mendengar bahwasannya Abu Ubaidah RA datang dari Bahrain dengan membawa harta benda maka para shahabat berdatangan untuk melaksanakan shalat fajar bersama Rasulullah lalu Rasulullah SAW bersabda: Aku mengira bahwasanya kalian mendengar Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu, mereka menjawab: Benar, ya Rasulallah, kemudian beliau bersabda: bergembiralah dan berangan-anganlah.[14]
· Di antara adab syara' dalam memberikan kabar gembira adalah bilamana seseorang menerima berita yang membuatnya gembira maka dia bersujud syukur kepada Allah SWT pertanda terima kasih kepada -Nya hal ini sebagaimana datang dari Nabi Muhammad SAW Bilamana datang kepada beliau suatu urusan yang menggembirakan atau menerima berita gembira maka beliau bersujud syukur sebagai tanda terima kasih kepada Allah SWT.[15]
· Apabila datang kepada seorang perempuan lelaki shaleh yang akan melamarnya, maka dikatakan kepadanya: Bergembiralah!. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Daud dari Zainab dan haditsnya shahih, yaitu tatkala dia selesai dari masa iddahnya maka Rasulullah mengutus Zaid untuk mengatakan keinginan beliau kepadanya, Zaid berkata: "Aku pergi menemuinya dan berkata: Wahai Zainab bergembiralah bahwasannya Rasulullah SAW mengutusku kepadamu dan beliau menyebutmu (melamarmu).[16]
[1] بِالرَّفَاءِ وَالْبَنِيِنِ (Al-Rafa') adalah keurunan dan kedamaian, bararti: Semoga engkau menikah dengan pernikahan yang mendatangkan kerukunan dan kedamaian. Al Banin adalah memberikan ucapan selamat agar diberikan anak,. Dilarang mengucapkan selamat jika untuk kelahiran anak laki-laki semata dan mengesampingkan anak perempuan, sebab itu prilaku jahiliyah dan itu pula rahasia larangan mengucapkan ucapan ini. Mu'jam al manahi al lafzhiyyah: 178
[2] Silsilah As Shahihah no:4310
[3] Hasan shahih Al Kalam At tayyib 207
[4] mengoleskan buah kurma ke dalam mulut bayi yang baru lahir setelah buah kurma tersebut dikunyah oleh orang yang mau mentahniknya
[5] QS Al Fath:1
[6] Al Adab As Syar'iyyah juz 2 hal 220
[7] Hadits shahih
[8] Untuk tambahan maraji' Al Adab As Syar'iyyah juz 3 hal 219
[9] Syekh Abdul kariem Al Khudair telah ditanya tentang hukum mengucapkan selamat hari tahun baru hijriyah dengan mengatakan كل عام وأنتم بخير semoga sukses atau dengan mendoakan keberkahan seperti mengirim surat yang berisi mendo'akan orang yang di kirimi surat tersebut dengan kebaikan dan keberkahan ditahun baru?Beliau menjawab:Mendo'akan seorang muslim dengan do'a yang mutlak dan orang itu tidak beribadah dengan lafaz yang diucapkan itu seperti menyambut hari raya, maka hal itu diperbolehkan bilamana yang dimaksud adalah mengucapkan selamat karena kebahagiaan yang diterimanya serta menampakkan kebahagiaan dan kegembiraan di wajah orang-orang Islam. Imam Ahmad berkata:Aku tidak mendahului dengan mengucapkan selamat, bilamana seseorang mendahului-ku maka aku menjawabnya sebab menjawab selamat adalah wajib dan mendahului mengucapkan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang ( Emeil Al Islam Tanya – Jawab/ 2129.
[10] QS.Ali Imran: 21
[11] HR.Silsilah hadits shohihah
[12] Shoheh Al Jami'
[13] HR.Bukhari Muslim
[14] HR Ibnu Majah no:3231
[15] HR Shahih Abu Daud no:2412
[16] HR. An Nasa'I no:3050