Mendalami Agama Serta Keutamaanya
Klasifikasi
Full Description
Mendalami Agama Serta Fadhilahnya
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2013 - 1434
الفقة في الدين وفضله
« باللغة الإندونيسية »
الشيخ أمين بن عبد الله الشقاوي
ترجمة: عارف هداية الله أبو أمامة
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2013 - 1434
Mendalami Agama Serta Fadhilahnya
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusanNya. Amma ba'du:
Ada begitu banyak keterangan, baik dalam al-Qur'an maupun sunah yang mendorong seorang muslim agar terus memperdalam pengetahuan agamanya. Diantara salah satu anjuran tersebut ialah firman Allah tabaraka wa ta'ala yang sangat gamblang:
﴿ وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢﴾ [التوبة: 122]
"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya". (QS at-Taubah: 122).
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim sebuah hadits yang isi kandungannya juga menjelaskan akan keutamaan bagi orang yang belajar akan agamanya. Dari Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Bahwasannya Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهُّ فِي الدِّينِ» [أخرجه البخاري و مسلم]
"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan bagi seseorang maka Allah akan pahamkan orang tersebut pada perkara agamanya". HR Bukhari no: 71. Muslim no: 1037.
Sebagian ulama menjelaskan: 'Maka pengertiannya, siapa saja yang tidak mau belajar urusan agamanya, berarti dirinya tidak dikehendaki kebaikan oleh Allah azza wa jalla'.
Dalam kesempatan yang lain Imam Bukhari dan Muslim membawakan sebuah hadits, yang diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Perumpaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutus diriku dengan membawa keduanya seperti hujan deras yang menimpa bumi.
Diantara bumi tersebut ada tanah yang subur, mampu menampung air serta menumbuhkan tanaman dan rerumputan. Ada pula tanah gundul yang hanya bisa menampung air, maka Allah memberi manfaat dengan tanah tersebut pada manusia, sehingga mereka bisa meminum, memberi minum binatangnya serta bercocok tanam.
Kemudian air tersebut menimpa tanah lainnya, hanya saja tanah itu bercadas tidak mampu menahan ari tidak pula menumbuhkan tanaman.
Itulah perumpamaan orang yang mendalami agama Allah. Dirinya mengambil manfaat dari perkara yang Allah utus diriku dengannya, dia mempelajari serta mengajarkan pada yang lain. Dan perumpaan orang yang tidak perduli dengan urusanku, maka dirinya enggan menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya". HR Bukhari no: 79. Muslim no: 2282.
Al-Alamah Shidiq Hasan Khan menyatakan: 'Mengerti agama Allah adalah dengan cara memahami al-Qur'an dan hadits Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam. Maka orang yang alim dikalangan pendahulu umat ini ialah orang yang tersifati dengan dua pemahaman tersebut". Sampai disini ucapan beliau secara ringkas.[1]
Disebutkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dan hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « خِيَارُكُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقِهُوا » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Orang terbaik diantara kalian semasa Jahiliyah adalah orang terbaik yang masuk Islam lantas mereka memperdalam agamanya". HR Bukhari no: 3353. Muslim no: 2378.
Faidah memperdalam agama
Diantara pahala yang bisa direngkuh dengan mendalami agama ialah bisa meraih pahala yang besar dengan amalan yang ringan, atau dengan kata lain dirinya bisa mengetahui jalan-jalan untuk merengkuh pahala besar. Seperti yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Maimunah binti al-Harits bahwasannya ia pernah membebaskan seorang budak namun tidak meminta pendapatnya Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam terlebih dahulu.
Maka, ketika tiba pada saat giliran jatuh pada dirinya ia bertanya kepada beliau: 'Ya Rasulallah, apakah engkau tidak merasa ada yang kurang, sesungguhnya aku membebaskan budakku? Beliau bertanya balik: 'Benar kamu sudah melakukannya? Ia, jawabnya. Lantas beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَمَا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَيْتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ لِأَجْرِكِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Sungguh kalau sekiranya kamu berikan pada kerabatmu (yang membutuhkan) tentu itu pahala besar yang akan engkau peroleh". HR Bukhari no: 2592. Muslim no: 999.
Didalam hadits ini, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan pada Ummu Mukminin Maimunah bahwa membebaskan budak, dengan pahala besar yang disediakan bagi orang yang melakukan, sebagaimana ada keterangannya, akan tetapi, akan lebih baik lagi jika diberikan kepada kerabat yang butuh supaya bisa membantu keperluan mereka, karena didalamnya lebih merekatkan tali silaturahim.
Diantara potret lain, seperti dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, dari Juwairiyah radhiyallahu 'anha salah seorang Ibunda kaum mukminin , beliau bercerita: "Bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam keluar dari rumahnya pagi buta untuk sholat shubuh, sedangkan dia waktu itu berada ditempat sholatnya.
Kemudian beliau pulang kerumah tatkala waktu dhuha, sedangkan waktu itu dia masih duduk ditempat sholatnya. Maka Nabi shalalallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Apakah kamu masih sama tidak berubah keadaannya semenjak aku tinggal tadi? Ia, jawabnya. Beliau lalu bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ » [أخرجه مسلم]
"Sungguh aku telah mengucapkan setelah keluar dari sisimu, empat kalimat sebanyak tiga kali, yang kalau seandainya ditimbang dengan perkataan (baik) yang engkau ucapkan dari pagi (sampai sore) tentu empat kalimat tersebut mampu mengunggulinya. Empat kalimat itu adalah: "Maha suci Allah dan segala puji bagiNya, sebanyak jumlah ciptaanNya dan keridhoan diriNya, seberat bobot ArsyNya, dan sejumlah kalimatNya". HR Muslim no: 2726.
Dalam hadits ini, menerangkan bahwa Ummu Mukminin Juwairiyah radhiyallahu 'anha, beliau berdzikir semenjak selesai sholat shubuh sampai waktu dhuha, dan ini menunjukan waktu yang lama.
Lalu Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memberitahu padanya bahwa ada beberapa kalimat yang ringkas tidak sampai menghabiskan berjam-jam, bila diucapkan maka dirinya akan memperoleh pahala besar yang mencukupi pahala dzikir yang dilakukan semenjak selesai sholat shubuh.
Potret lain, sebagaimana dijelaskan oleh haditsnya Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam sunannya. Di riwayatkan bahwa beliau berkata: "Ada dua orang yang keluar untuk safar, ditengah perjalanan mereka menjumpai waktu sholat telah datang sedang mereka berdua tidak membawa perbekalan air yang cukup untuk wudhu, sehingga keduanya bertayamum dengan debu yang bersih, kemudian keduanya pun sholat. Seusai sholat mereka menjumpai air, lalu salah seorang diantara keduanya berijtihad untuk mengulang sholat dengan wudhu adapun yang satunya tidak melakukan seperti yang dia kerjakan.
Kemudian keduanya mendatangi Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam lantas mengadukan kejadian tersebut. lalu beliau berkata kepada orang yang tidak mengulang sholatnya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أصبت السنة وأجزأتك صلاتك. وقال للذي توضأ وأعاد: لك الأجر مرتين » [أخرجه أبو داود]
"Engkau telah melakukan sesuai dengan sunah, dan sholat yang engkau kerjakan telah mencukupimu". Kemudian berkata pada orang satunya lagi: "Bagimu dua pahala". HR Abu Dawud no: 338. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Abi Dawud 1/69 no: 327.
Yang menjadi perhatian disini ialah orang yang mengulang wudhu dan sholatnya, yang mana dirinya tentu mengerjakan amal yang lebih banyak dari temannya yang tidak mengulang wudhu dan hanya mencukupkan dengan sholatnya yang pertama, akan tetapi dengan sebab itu itu, justru orang kedua yang memperoleh pahala besar dikarenakan telah melakukan ibadah sesuai dengan sunah.
Ibnu Qoyim menjelaskan bahwa salah satu pintu masuk setan terhadap seorang mukmin ialah dengan menyibukan sesuatu yang sifatnya utama dari mengerjakan yang lebih utama. Yaitu, diketahui bersama kalau disana ada banyak sekali amal sholeh yang memiliki pahala besar. Kemudian setan datang dengan menyibukan orang ini pada amal sholeh lain yang pahalanya lebih sedikit dari yang pertama.
Diantara keutamaan mendalami agama ialah mengetahui amal sholah yang lebih utama sehingga bisa didahulukan untuk dikerjakan dari yang utama. Yaitu tatkala bertabrakan antara dua amal sholeh pada satu waktu.
Salah satu keuntungan memperdalam agama, dirinya paham yaitu dengan mengerjakan lebih dahulu ibadah yang akan berakhir waktunya atau momentnya dengan waktu yang bisa dijumpai terus menerus.
Seperti orang yang mendengar adzan disaat dirinya sedang membaca al-Qur'an, maka bagi orang yang paham tentu dirinya akan mendahulukan untuk menjawab adzan dari pada terus membaca al-Qur'an, karena adzan akan berakhir waktunya dengan selesainya adzan, adapun membaca al-Qur'an waktunya bisa dia dapati terus.
Diantara potret lain adalah dirinya akan mendahulukan untuk mengerjakan amalan yang manfaatnya merembas pada yang lain dari pada amalan yang manfaatnya hanya dirasakan oleh dirinya sendiri. seperti belajar ilmu, maka dia dahulukan dari pada ibadah. Didalam hadits disebutkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فضل العالم على العابد كفضلي على أدناكم » [أخرجه الترمذي]
"Keutamaan seorang alim dengan seorang ahli ibadah seperti keutamaanku atas kalian". HR at-Tirmidzi no: 2685.
Dalam riwayat lain, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فضل العلم أحب إلي فضل العبادة » [أخرجه الحاكم]
"Keutamaan orang yang berilmu lebih aku cintai dari pada keutamaan ahli ibadah". HR al-Hakim 1/283 no: 320. dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahihul Jami' no: 4214.
Diantara manfaat mendalami agama ialah dapat memilah dan memprioritaskan mana pokok yang merupakan pondasi dengan bangunannya. Seperti halnya memprioritaskan menuntut ilmu dari hanya mengerjakan sholat sunah atau puasa sunah serta lainnya.
Salah satu faidahnya juga, punya skala prioritas pada sesuatu yang dapat menunjang dirinya lebih semangat dan khusyu' dalam ibadah. Seperti halnya, seorang yang sedang haji lalu tidak berpuasa pada hari Arafah walaupun puasa pada hari tersebut ada pahala yang besar.
Diantaranya, bisa memilah perkara yang dirasa cocok dengan kondisi. Seoerti firman Allah ta'ala:
﴿ إِن تُبۡدُواْ ٱلصَّدَقَٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۖ وَإِن تُخۡفُوهَا وَتُؤۡتُوهَا ٱلۡفُقَرَآءَ فَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۚ ٢٧١ ﴾ [ البقرة: 271]
"Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu". (QS al-Baqarah: 271).
Seorang ulama mengatakan: "Sesungguhnya bersedakah dengan sembunyi-sembunyi itu lebih utama, namun, bila menampakannya membawa maslahat, seperti memberi contoh pada orang lain atau semisalnya, maka dalam kondisi seperti itu menampakkan dalam sedekah lebih baik. Dengan itu bisa dianalogikan pada perkara yang lain".
Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
[1] . Muhktashar Shahih Muslim oleh Munzdiri hal: 302.