Hukum Berdakwah Kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
Klasifikasi
Full Description
Hukum Berdakwah Kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah
Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2011 - 1432
﴿ حكم الدعوة إلى الله تعالى ﴾
« باللغة الإندونيسية »
الشيخ عبد العزيز بن عبد الله بن باز
رحمه الله
ترجمة: محمد إقبال أحمد غزالي
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2011 - 1432
بسم الله الرحمن الرحيم
Hukum Berdakwah Kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah
Pertanyaan: Kami ingin Syaikh menjelaskan kepada kami tentang hukum berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan keutamaannya?
Jawaban: Dalil-dalil dari al-Qur`an dan sunnah menunjukkan wajibnya berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan sesungguhnya ia merupakan kewajiban, dan dalil-dalil tersebut sangat banyak, di antaranya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قال الله تعالى: ﴿ وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤ ﴾ [ال عمران: ١٠٤] .
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran:104)
Dan firman-Nya subhanahu wa ta’ala:
قال الله تعالى: ﴿ ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ ﴾ [النحل: ١٢٥]
Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. (QS. an-Nahl:125)
Dan firman-Nya subhanahu wa ta’ala:
قال الله تعالى: ﴿ وَٱدۡعُ إِلَىٰ رَبِّكَۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٨٧ ﴾ [القصص: ٨٧]
Dan serulah mereka ke (jalan) Rabbmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Rabb. (QS. al-Qashash:87)
dan firman-Nya subhanahu wa ta’ala:
قال الله تعالى: ﴿ قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨ ﴾ [يوسف: ١٠٧]
Katakanlah:"Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf:108)
Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa pengikut para rasul adalah para du'at kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan mereka adalah ahli bashirah (akal, hujjah). Dan kewajiban kita adalah mengikutinya dan berjalan di atas metodenya, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قال الله تعالى: ﴿ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١ ﴾ [الاحزاب : ٢١]
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al-Ahzab:21)
Para ulama menegaskan bahwa berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah fardhu kifayah dari sisi wilayah yang ditempati oleh da'i tersebut. Sesungguhnya setiap daerah dan wilayah membutuhkan dakwah dan kegiatan pada daerah tersebut. Maka hukumnya adalah fardhu kifayah, yaitu apabila dilaksanakan oleh seseorang yang sudah memadai niscaya gugurlah kewajiban itu dari yang lain, dan bagi yang lain dakwah itu menjadi sunnah muakkadah dan amal shalih yang agung.
Apabila penduduk daerah atau wilayah tertentu tidak melaksanakan dakwah secara benar niscaya dosanya menjadi merata, jadilah kewajiban itu untuk semua, dan setiap orang harus melaksanakan dakwah sebatas kemampuannya. Adapun melihat kepada negara secara umum, maka harus ada golongan yang melaksanakan dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala di berbagai penjuru negeri, menyampaikan risalah-Nya dan menjelaskan perintah-Nya dengan berbagai sarana yang ada. Sesungguhnya Rasulullah telah mengutus para dai dan mengirim surat kepada manusia, para raja dan pemimpin, yang isinya mengajak kepada agama Allah subhanahu wa ta’ala.
Syaikh Bin Baz –Majalah Buhuth, edisi 40 hal. 135-136.