- Bertambahnya Nilai Kebaikan dengan
Mendidik Anak Perempuan
Bertambahnya Nilai Kebaikan dengan
Mendidik Anak Perempuan
Pembukaan:
Segala puji
milik Allah. Kita memuji, memohon pertolongan dan ampunan kepadaNya. Kita
belindung kepada Allah dari keburukan diri-diri kami dan dari buruknya
perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada yang
dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang
dapat memberi petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahawa tidak ada ilah (yang
berhak disembah) selain Allah yang esa dan tidak ada sekutu bagiNya.dan aku
bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Beliau telah
menyampaikan pesan dari Allah, telah menyampaikan amanah, telah menasehati umat
dan telah berjihad di jalan Allah dengan sunguguh-sungguh. Beliau telah
meninggalkan kita umat Islam di jalan yang terang benderang; yang malamnya
bagai di siang ahri. Tidak ada yang tersesat dari jalan tersebut melainkan
orang yang binasa. Semoga Allah menambahkan rahmat dan salam kepadanya,
keluarganya dan seluruh sahabatnya hingga akhir zaman.
Ya Allah,
tiada yang mudah kecuali apa-apa yang Engkau jadikan mudah dan bila Engkau
berkehendak, yang menyedihkan bisa menjadi mudah dan mnyenangkan.
Ya Allah, kami tidak memiliki
suatu ilmu kecuali apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau
Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Ya Allah yang mengajari Ibrahim,
berikanlah ilmu kepada kami. Ya Allah yang mengajari Daud, ajarilah kami. Ya
Allah yang memahamkan Sulaiman, berilah kami kepahaman. Ya Allah yang mengajari
Adam, berilah kami ilmu. Ya Allah berilah kami kemanfaatan pada ilmu yang
Engkau berikan kepada kami dan ajarkanlah kepada kami ilmu yang manfaat bagi
kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Saudaraku
seiman yang tercinta, Rasulullah saw bersabda: “Orang yang berterima
kasih kepada sesama manusia dianggap tidak bersyukur kepada Allah.”
Oleh karena itu, aku bersyukur kepada Allah swt kemudian kepada orang-orang
yang memberi andil dalam terlaksananya ceramah ini. Aku mengucapkan kepada para
hadirin atas kesemangatan untuk dapat hadir di sini. Aku memohon kepada Allah
seraya bertawassul dengan nama-namaNya yang indah dan sifat-sifatNya yang
tinggi, semoga memberi manfaat kepada kita semua pada apa-apa yang katakan dan
apa-apa yang kita dengar.
Ceramah ini mencakup beberapa point, yaitu:
- Nikmat Keturunan
- Pengaruh Mengharap Pahala Beramal di Dunia dan
Akhirat
- Pengaruh Aqidah Keislaman dalam Perilaku Muslim
- Pengaruh Kebaikan terhadap Muslim di Dunia dan
Akhirat
- Urgensi Pendidikan
- Kaum Wanita antara Cahaya Islam dan Gelapnya
Jahiliyah
- Keutamaan Mendidik Anak Wanita
- Anjuran Menyambut Anak Wanita. Dalam masalah
ini ada percakapan menarik antara dua sahabat yang mulia, yaitu Mu’awyah
bin Abi Sufyan dan Amr bin al ‘Ash dengan judul “Si Buah Hati”.
Nikmat Keturunan
Pertama-tama
kita mulai pembicaraan ini dari poin nikmatnya keturunan. Anak-anak merupakan
hiasan kehidupan dunia sebagaimana difirmankan oleh Allah saw. dalam Al Qur’an:
] الماَلُ
وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَياَةُ الدُّنْياَ [
“Harta dan anak-anak
adalah perhiasan kehidupan dunia.” (QS.
18: 46)
Mereka
merupakan penyejuk hati dan penenang jiwa bagi para orang tua; ayah dan ibu.
Oleh karena itu, di antara doa hamba-hamba Allah yang mukhlis adalah
] رَبَّناَ
هَبْ لَناَ مِنْ أَزْواَجِناَ وَذُرِّياَّتِناَ قُرَّةَ أَعْيُنٍ [
“Ya Tuhan kami,
abugrahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami penyenang hati
(kami).”
(QS.
25: 74)
Demi untuk
memelihara kesalihan hamba dan kebaikan negeri; untuk mencapai kebaikan bagi
mereka di dunia dan akhirat; agar anak-anak menjadi keindahan dan penyejuk
pandangan mata yang menyenangkan, memberi keharuman hidup di dunia, menjadi
anak-anak saleh yang istiqimah dalam agama, yang berhias dengan akhlak dan budi
pekerti, juga berbahagia di dunia dan akhirat; untuk mendapat semua di atas dan
segala kebaikan yang menyeluruh, Allah menyuruh kita menjaga keluarga dan
memelihara anak serta menumbuhkembangkan mereka di atas nilai kebaikan,
petunjuk dan segala yang mengandung ridha Alahh dan RasulNya. Allah menyuruh kita
menjaga mereka dari segala yang akan merusak mereka dan menyebabkan Allah dan
RasulNya murka. Allah memerintahkan hal itu dengan firmanNya:
] يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ ناَراً وَقُوْدُهاَ
النَّاسُ وَالْحِجاَرَةُ [
“Wahai orang-orang yang beriman!
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bagan bakarnya adalah
manusia dan batu..”
(QS. 66: 6)
Diriwayatkan dari Abdullah bin
Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"كُلُّكُمْ راَعٍ وكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ،
فَالرَّجُلُ راَعٍ فِيْ أَهْلِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهٍ، وَالْمَرْأَةُ
راَعِيَةٌ فِيْ بَيْتِ زَوْجِهاَ وَمَسْؤُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهاَ"
“Semua kamu adalah pemimpin
dan semua kamu bertanggung jawab atas bawahannya. Seorang laki-laki menjadi
pemimpin di ruamahnya dan bertanggung jawab atas anggota keluarganya. Seorang
wanita (istri) harus menjaga rumah suaminya dan bertanggung jawab atas segala
yang ada di dalamnya.” Dalam riwayat Imam Muslim dikatakan, “Wanita pemelihara
rumah suama dan anak-anaknya. Ia bertanggung jawab atas mereka.”
(HR.
Bukhari dan Muslim)
Tarbiyah yang
baik yang diperintahkan oleh Allah untuk kita terapkan dalam membina keluarga
menyimpan banyak keberkahan dan manfaat nyata yang kebaikannya kembali kepada
anak-anak, keluarga dan semua masyarakat; baik di dunia maupun di akhirat.
Pengaruhnya nyang baik di dunia untuk kesalehan dan kemaslahatan hamba serta
kemakmuran negeri sudah jelas. Sementara kebaikan yang akan didapat di akhirat terletak
pada akan terabadikannya kebaikan yang mengalir pada catatan amal orang tua sebagai
pendidik. Kebaikan mereka akan terus bertambah dengan hasil tarbiyah tersebut.
Dengan melakukan tarbiyah, mereka akan meningkat derajatnya di sisi Allah swt.
Kemudian, manfaat yang disebutkan tadi akan saling take and give dalam
memberi manfaat antara bapak, Ibu dan nenek moyang dengan anak-cucu-keturunan.
Maksudnya, orang tua (bapak dan ibu) mendapat manfaat dari perbuatan baik anak-anak
mereka. Demikian pula anak, cucu dan keturunan akan mendapat manfaat dari
kesalehan orang tua.
Tentang
manfaat orang tua terhadap anak-cucu ditegaskan oleh Alah dalam firmanNya:
] وَكاَنَ أَبُوْهُماَ صاَلِحاً [
“dan ayah mereka berdua
adalah orang saleh.”
(QS. 18:
82)
Ayat ini
menunjukkan bahwa seseorang dapat menjaga keturunannya di dunia berkat
ketekunan ibadahnya dengan penjagaan Allah swt. terhadap mereka, dan di akhirat
nanti dengan peningkatan derajat di surga. Untuk kesejukan pandangan mata
seseorang dengan keberadaan mereka dan sebagai penghargaan terhadap para orang
tua yang shalih, Allah akan mengumpulkan para orang tua dan anak-anak mereka di
tempat penuh rahmat dan negeri kemuliaan, yaitu surga, sebagaimana firman
Allah:
] وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ
ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيْمَانٍ أَلْحَقْناَ بِهِمْ ذُرَّيَّتَهُمْ وَماَ أَلَتْناَهُمْ
مِنْ عَمَلَهُمْ مِنْ شَيْءٍ [
“dan orang-orang yang beriman
beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan
mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi
sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka.” (QS. 52: 21)
Tentang
manfaat anak keturunan bagi orang tua, telah diriwayatkan dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah saw bersabda:
"إذاَ ماَتَ الإنْساَنُ انْقََطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ
ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جاَرِيَةٍ اَوْ عَلْمٍ نُنْتَفُ بِهِ أوْ وَلَدٍ صاَلِحٍ
يَدْعُوْ لَهُ"
“Apabila
seorang manusia meninggal dunia maka nilai pahala dari seluruh amalnya
terputus, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan
anah saleh yang mendo’akan.” (HR. Muslim)
Tentang
saling memeberi manfaat antara anak dan orang tua difirmankan oleh Allah swt.
dalam al Qur’an:
]
وَالَّذِيْنَ
صَبَرُوْا ابْتِغاَءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقاَمُوْا الصَّلاَةَ وَأَنْفَقَوْا مِماَّ
رَزَقْناَهُمْ سِرّاً وَعَلاَنِيَةً وَيَدْرَؤُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ
لَهُمْ عُقْبىَ الدَّارِ، جَناَّتُ عَدْنٍ يَدْخُلُوْنَهاَ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ
آباَئِهِمْ وَأَزْواَجِهِمْ وَذُرِّياَّتِهِمْ وَالْمَلاَئِكَةُ يَدْخُلُوْنَ عَلَيْهِمْ
مِنْ كُلِّ باَبٍ، سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ بِماَ صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبىَ الداَّرِ
[
“Dan orang-orang yang
sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan shalat, dan
menginfakkan sebagian harta yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi
atau terang-terangnan serta menolak kejahatan dengan kebaikan. Orang itulah
yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), yaitu surga-surga 'Adn. Mereka
masuk ke dalamnya beserta orang-orang saleh dari nenek moyngnya,
pasangan-pasangannya, dan anak sucunya. Sedang para malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua pintu. (simbul mengucapkan) "Selamat
sejahtera atasmu karena kesabaranmu." Maka alangkah nikmatnya tempat
kesudahan itu.”
Dalam ayat
ini terkandung kabar gembira yang akan menambahkan kesenangan dan kebahagiaan
bagi orang yang taat kepada orang tua. Karena, apabila Allah awt. memberi kabar
gembira kepada seorang muslim mukallaf bahwa ketika ia masuk surga,
semua keluarganya akan hadir bersamanya maka akan semakin besar kesenangannya
dan bertambah kebahagiaanya.
Islam tidak
membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam pendidikan dan memberi kebaikan
kepada mereka. Sebaliknya Islam memberi kesamaan dan keadilan dalam memberi
pahala besar terhadap mereka.
Oleh karena
pentingnya keturunan yang saleh bagi orang tua; ayah dan ibu maka hal itu
menjadi keinginan dan permohonan para nabi, sebagaimana permohonan Nabi Ibrahim
as dengan ungkapannya:
] رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصاَّلِحِيْنَ
[
“Ya Tuhanku, anugerahkan
kepadaku (serang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. 37: 100)
Demikian pula
Nabi Zakaria memohon kepada dengan ungkapannya:
] رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَدُنْكَ
ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعاَءِ [
“Ya
Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisiMu. Sesungguhnya Engkau maha
mendengar do'a.” (QS. 3: 38)
Semua nabi
dan selain mereka yang disebutkan dalam al Qur’an memohon kepada Allah agar
anak cucu mereka dijadikan keturunan yang baik dan saleh.
Berdo’a
merupakan sebab yang paling penting dan besar manfaatnya. Orang yang dimudahkan
untuk berdo’a maka sesungguhnya telah dibuka pintu kebaikan yang besar baginya.
Allah tidak akan menolak orang-orang memohon kepadaNya. Dalam hal ini, Umar
berkata: “Sungguh aku tidak memikirkan dikabulkannya do’a. Akan tetapi, yang
menjadi perhatianku adalah pentingnya berdo’a.” Maksudnya, apabila Allah
memberi taufiq kepadaku untuk berdo’a maka aku yakin bahwa Allah akan
mengabulkan do’aku.
Ungkapan di
atas termasuk masalah percaya kepada Allah, tentram dengan jaminanNya dan
berbaik sangka kepadaNya, sebagaimana Rasulullah saw. menyuruh kita untuk
berbaik sangka kepada Allah dalam sabdanya:
"لاَ
يَمُوْتَنَّ أحَدُكُمْ إلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ باللهِ"
“Seseorang
di antara kamu tidak boleh mati kecuali bersikap baik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim)
Mengharap dapat pahala dari Allah
dan Pengaruhnya di dunia dan akhirat
Seorang
muslim hendaknya menghadirkan niat yang baik dalam mendidik putra-putrinya.
demikian pula ketika melaksanakan amal-amal yang lain, dan mengharapkan pahala
dari Allah. Al Kafawi berkata: “Makna ihtisab adalah mencari pahala dari
Allah. Oleh karena itu, sabar atas bencana yang menimpa merupakan penenang jiwa
orang yang mengharap pahala dari Allah sehingga tidak membenci musibah yang
menimpanya, melainkan ia mencari pahala dari Allah ketika bersabar atas musibah
tersebut.”
Ibnul Atsir
berkata: “Makna ihtisab dalam melaksanakan amal saleh dan ketika
menghadapi hal-hal yang tidak disukai adalah sikap bersegera mencari dan
mendapatkan nilai pahala dengan cara berpasrah diri dan sabar, atau dengan
menggunakan bermacam cara untuk mendapatkan kebaikan dan melakukannya sesuai cara
yang diajarkan dengan harapan mendapatkan pahala.”
Oleh karena
itu, kawan-kawan tertercinta, ihtisab terbagi tiga macam:
1) Mencari pahala dari Allah
dengan bersabar atas segala masalah yang tidak disukai, seperi kehilangan anak
yang sudah tumbuh besar.
2) Mengharap pahala dari
Allah swt. ketika melakukan amal saleh, seperti berpuasa di bulan Ramadhan
dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah. Demikian pula seluruh
amal-amal taat kepada Allah, sebagaiman hadits yang disabdakan oleh Rasulullah saw.
"مَنْ صاَمَ رَمَضاَنَ إِيْماَناً وَاحْتِساَباً غُفِرَ لَهُ
ماَ تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ"
“Barangsiap
yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan menharap pahala dari
Allah maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3) Ihtisab kepada Allah sebagai
penolong bagi hamba ketika dihadapkan dengan macam-macam cobaan, seperti
terhalang dari tujuan, mendapatkan sesuatu yang menakutkan atau terjadinya yang
membahayakan. Jadi, arti Ihtisab adalah merasa cukup dengan Allah
sebagai penolong dan rela dengan pembagianNya, sedikit ataupun banyak.
Banyak faidah
dan manfaat dari sikap ihtisab, di antaranya:
-
Ihtisab dalam melakukan ibadah
akan menjadikannya murni dan ikhlah hanya untuk Allah yang tidak ada balasannya
selain surga.
-
Ihtisab dalam menghadapi hal-hal
yang tidak diinginkan akan menolak rasa sedih dan menyesal. Sebaliknya hal itu akan
menarik rasa riang dan senang serta mengubah yang diduga malapetaka oleh orang
menjadi suatu nikmat.
Pengaruh Aqidah Islamiyah terhadap
Perilaku Muslim
Selama 13
tahun di Mekah, Nabi Muhammad saw. menyeru umat manusia kepada tauhid dan
mengesakan Allah. Ketika sinar iman masuk ke dalam lubuk hati, mereka tunduk,
patuh dan menyerah untuk menerima perintah-perintah Allah serta mengangkat al
Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. menjadi hakim yang memutuskan hukum dalam
segala urusan, sebagaimana difirmankan Allah SWT.:
]
وَماَ كاَنَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إذَا قَضَى
اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَمْراً أنْ يَكُوْنَ لَهُمْ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ
يَعْصِ اللهُ وَرَسُوْلُهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُبِيْنا ً[
“Dan
tidaklah pantas bagi laki-laki ynag mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan Rasu-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada pilihan (yang
lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
RasulNya maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. 33: 36)
Di antara aqidah
seseorang itu benar demgan jelas, ia akan bersikap sabar atas takdir dan
ketetapan-ketetapan Allah dan tidak merasa benci (dengan yang tidak disukainya).
Tergantung atas kuat atau lemahnya iman seseorang, terjadi perasaan ridha atau
kesal terhadap takdir. Hal ini tampak jelas dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Shuhaib dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda:
"عَجَباً لأمْرِ الْمُؤْمِنِ، إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ
خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذاَكَ لأَحَدٍ إلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إنْ أصاَبَتْهُ سَرَّاءُ
شَكَرَ فَكاَنَ خَيْراً لَهُ، وَإنْ أصاَبَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكاَنَ خَيْراً
لَهُ"
“Aku
kagum terhadap urusan orang mukmin karena seluruh urusan baginya baik. Hal ini
tidak akan terjadi kecuali pada orang mukmin. Jika ia mendapat kebaikan, ia
bersyukur. Hal itu baik baginya. Dan jika ia terkena bahaya, ia sabar. Hal itu
baik baginya.”
(HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Anas ra. dari
Nabi saw. , beliau bersada:
"إِنَّ
عِظَمَ الجَزاَءِ مَعَ عِظَمَ الْبَلاَءِ، وَإنَّ اللهَ إِذاَ أحَبَّ قَوْماً
ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِِِيَ فَلَهُ الرِّضاَ، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ"
“Sesungguhnya
besarnya balasan bergantung kepada besarnya cobaan. Dan sesungguhnya apabila
Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa merasa rela, ia
akan mendapatkan ridha Allah dan barangsiapa yang merasa kesal maka akan
mendapatkan murka Allah.” (HR. Tirmidzi.)
Dilarang
merasa tidak senang ketika mendapat anak wanita karena hal itu merupakan
perbuatan jahiliyah. Allah SWT. berfirman:
] للهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
يَخْلُقُ مَا يَشاَءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشاَءُ إِناَثاً وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُوْرَ أَوْ
يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَاناً وَإِناَثاً وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيْماً إِنَّهُ عَلِيْمٌ
قَدِيْرٌ [
“Milik Allah-lah kerajaan
langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak-anak
perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada
siapa yang yang Dia kehendaki, atau Dia menganugrahi jenis laki-laki dan
peremuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui,
Mahakuasa.”
(QS.
42: 49 – 50)
Imam Ibnul-
Qoyyim menyatakan dalam kitab Tuhfatul Wadud: “Allah swt. membagi
keadaan suami istri menjadi empat bagian yang pembagian itu berlaku untuk semua
alam dan Allah mengkhabarkan bahwa apabila ditakdirkan mendapat anak bagi
keduanya (suami dan istri) maka pasti diberikannya. Cukup bagi seorang hamba
terancam mendapat murka Allah jika ia membenci pemberian dari Allah.”
Allah SWT
memulai penyebutan dengan anak wanita dalam firmanNya (يهب لمن يشاء إناثا) untuk
menjaga perasaan hati mereka karena kedua orang tua (pada masa itu) merasa
keberatan dengan mendapatkan anak perempuan.
Ada yang
mengatakan, didahulukannya anak perempuan dalam penyebutan tersebut karena ini dalam
konteks bahwa hanya Allah yang aktif untuk melakukan apa yang Dia kehendaki;
tidak yang dikehendaki kedua orang tua karena mereka umumnya hanya menghendaki
anak laki-laki. Allah I memberitahukan kepada
kita bahwa Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya. Oleh karena itu, Allah
memulai dengan menyebutkan jenis perempuan yang dikehendakiNya; apakah kedua
orang tua setuju atau tidak.
Diriwayatkan
dari Tsauban, ia berkata: Ketika aku berdiri di sisi Rasulullah ﷺ kemudian datang seorang alim
dari Yahudi. Pendeta Yahudi tersebut bekata: Aku datang untuk menanyakan
tentang anak? Rasulullah ﷺ menjawab:
“Air sperma laki-laki
berwarna putih. Sementara ovum (cairan) dari wanita berwarna kekuning-kuningan.
Apabila keduanya bertemu kemudian sperma laki-laki mengalahkan atau mendominasi
ovum wanita maka akan menjadi anak laki-laki. Sebaliknya, apabila ovum
perempuan mengatasi sperma laki-laki maka akan menjadi anak perempuan dengan
izin Allah.” (HR. Muslim)
Dengan
demikian, dapat diketahui bahwa segala urusan berjalan sesuai kadar dan ukuran
yang ditentukan (oleh Allah) dan tidak dapat ditentang oleh siapa pun juga.
Allah I mengingkari kaum jahiliyah atas
ketidak senangan mereka terhadap lahirnya anak perempuan. Allah swt. berfirman:
]وَإِذَا
بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيْمٌ، يَتَوَارَى
مِنَ الْقََوْمِ مِنْ سُوْءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلىَ هُوْنٍ أَمْ يَدُسُّهُ
فِي التُّرَابِ أَلاَ سَاءَ ماَ يَحْكُمُوْنَ [
“Padahal apabila seseorang dari mereka
diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah
padam) dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan
kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
(menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?
Ingantlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu.” (QS. 16: 58 – 59)
Cukup
dianggap buruk dan tercela perasaan kesal dengan kelahiran anak perempuan
karena si pelaku tidak menyukai apa-apa yang diberikan oleh Allah I. Padahal para nabi yang menjadi
panutan umat saja menjadi bapak dan orang tua dari anak-anak perempuan. Nabi
kita Muhammad ﷺ adalah ayah Fathimah,
Zainab, Ruqoyyah dan Ummu Kultsum.
Nasehat bagi Orang yang Kesal terhadap Anak Perempuan
Seorang da'i
menasehati setiap orang yang tidak suka keturunan anak perempuan dengan
ungkapan, "Segala sesuatu berada di tangan Allah I. Dialah yang menciptakan anak laki-laki dan anak
perempuan. Ketidakrelaan terhadap masalah ini dianggap mencerca ketentuan Allah
swt. yang terkadang menyebabkan murtad si pelaku. Allah swt. berfirman:
]اللهُ
يَعْلَمُ ماَ تَحْمِلُ كُلُّ أُنْثَى وَماَ تَغِيْضُ الأَرْحاَمُ وَماَ تَزْدَادُ
وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْداَرٍ[
“Allah
mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, apa yang kurang sempurna dan apa yang
bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu ada ukuran di sisiNya.” (QS.
13: 8)
Dan Allah berfirman
juga di ayat lain:
]هُوَ
الَّذِيْ يُصَوِّرُكُمْ فِي الأَرْحاَمِ كَيْفَ يَشاَءُ[
“Dialah
yang membentuk kamu di dalam rahim menurut yang Dia kehendaki.” (QS. 3: 6)
Mengapa
manusia tidak senang dengan apa yang diberikan oleh Allah? Apakah ia memberi
uang muka untuk mendapatkan keturunan laki-laki yang kemudian Allah berikan
anak perempuan?
Seharusnya,
emosi keinginan menjadi reda dan ia harus berfikir tentang akibat sikap
emosional dan prasangkanya tersebut. Anda, yang merasa kesal karena
keinginannya tidak tercapai, tidak tahu di mana kebaikan itu berada; pada anak
laki-lakikah atau pada anak perempuan? Bisa jadi anak laki-laki menyebabkanmu
sengsara dengan kedurhakaan, tipu muslihat dan dengan segala perangai buruknya
yang merepotkan. Bahkan ia mengharap-harap Anda cepat mati agar segera
menikmati harta yang Anda kumpulkan dan menduduki posisi Anda. Sebaliknya, bisa
jadi anak perempuan membawa kebaikan dan kesenangan bagi Anda. Pada umumnya,
anak perempuan sedikit sekali berfikir buruk untuk menjerumuskan keluarga
karena ia merasa lemah dan bahkan membutuhkan mereka. Bahkan sebaliknya, anak
perempuan sering perhatian kepada keluarga, mengharapkan kebaikan mereka dan
menolak segala keburukan. Lebih-lebih ketika ia masih membutuhkan pemeliharaan
keluarga sebelum menikah.
Ambillah
pelajaran dari dua anak perempuan seorang laki-laki saleh! Salah satunya
dinikah oleh seorang rasul yang termasuk Ulul 'Azmi yang bernama Musa as. yang
kemudian anak perempuan dan ayahnya mendapatkan kemuliaan dan kebanggaan yang
besar dengan mendapatkan seorang menantu yang dapat melayaninya (mengerjakan
suatu pekerjaan) bertahun-tahun sebagai mahar pernikahannya. Sementara ia adalah
orang yang perkasa dan jujur.
Ambil juga
perlajaran dari Fathimah putri Rasulullah ﷺ yang membawa keberkahan adanya keturunan bagi
keluarga Rasulullah ﷺ yang agung.
Ibu dari
Maryam betapa mengharap-harap kalau-kalau jabang bayi yang dikandungnya adalah
anak laki-laki agar dapat mempersiapkannya menjadi pelayan bagi orang-orang
yang sedang ibadah di mesjid. Namun demikian, yang dilahirkan adalah seorang
bayi perempuan. Akan tetapi akhirnya, ia menjadi seorang ibu bagi seorang Nabi
dan rasul yang mulia, yaitu Nabi Isa u,
sebagaimana difirmankan oleh Allah swt. dalam al Qur'an:
]وَإِذْ
قاَلَتِ الْمَلاَئِكَةُ ياَ مَرْيَمُ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ
عَلىَ نِسَاءِ الْعاَلَمِيْنَ[
“Dan
(ingatlah) ketika para malaikat berkata, "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah
telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di
seluruh alam (pada masa itu).”
(QS. 3: 42)
Berapa banyak
anak-anak perempuan yang cerdas dan behasil. Sementara anak laki-laki banyak
yang gagal. Dan banyak lagi contoh-contoh lain yang dicatat di dalam buku-buku
dan diabadikan dalam sejarah. Oleh karena itu, tidak sebaiknya kamu merasa
kesal dengan pemberian Allah swt. karena Dia maha tahu yang lebih baik untukmu,
sebagaimana firman Allah swt.:
] وَعَسَى
أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئاً وَهُوَ
شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ [
“Tetapi boleh jadi kamu
tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai
sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui.”
(QS. 2:
216)
] فَإِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسَى أَنْ
تَكْرَهُوْا شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْراً كَثِيْراً [
“Jika kamu tidak menyukai
mereka (maka besabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal
Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” ( QS. 4: 19)
Kemudian, apa
dosa seorang ibu yang prihatin sampai diperlakukan dengan perlakuan yang keras
karena melahirkan bayi perempuan? Seandainya ia dapat menyenangkan Anda dengan
melahirkan anak laki-laki, pasti ia lakukan untuk Anda.
Cobalah Anda
tempatkan diri Anda di posisi dia! Apakah Anda dapat melakukan sesuatu yang
Anda inginkan, yaitu mendapatkan anak laki-laki? Anda harus berhati-hati –sebagaimana
kata para ulama– boleh jadi karena kebencian Anda terhadap anak perempuan Allah
swt. menghukum Anda dengan memberi lebih banyak anak perempuan. Apakah Anda
dapat melawan Allah swt. dengan sikap pengingkaran, sementara segala sesuatu
berada di tanganNya?
Yakini saja
bahwa Allah swt. telah memeberi anak perempuan itu kepada Anda sebagai cara Dia
untuk memberi kemuliaan terhadap perempuan yang lemah. Rasulullah saw bersabda:
“Serahkanlah kepadaku
orang-orang yang lemah. Sesungguhnya, kamu sekalian diberi rizki dan
pertolongan (oleh Allah) sebab ada orang-orang yang lemah di antara kalin.”
Dan
ketahuilah bahwa bukan hanya Anda yang diberi karunia anak perempuan.
Orang-orang yang lebih mulia dari Anda pun mendapat anak perempuan, seperti Nabi
Luth dan Nabi Syu’aib as. Bahkan anak laki-laki Rasulullah saw. tidak ada yang
hidup sampai besar. Sebaliknya Allah swt. memberi keberkahan pada anak
perempuan beliau, yaitu Fathimah, dan keturunannya. Oleh karenanya, terimalah
dengan suka hati segala pemberian Allah swt. kepadamu. Bersyukurlah kepada
Allah swt. atas nikmatNya. Anda jangan menjadi orang yang dungu dan berputus
asa! Sangat mungkin Allah swt. akan memberikan kepada Anda apa-apa yang
diinginkan meskipun setelah beberapa masa.
Pengaruh Kebaikan Terhadap Orang Muslim di Dunia dan Akhirat
Saudaraku,
betapa kita sangat membutuhkan kebaikan untuk menigkatkan derajat dan
mendapatkan pengampunan dosa-dosa. Kebaikan itu sangat banyak macamnya; ada
dalam ibadah, dalam mu’amalah, dalam akhlak dan kesopanan dan lain sebagainya.
Mengusahakan dan mengamalkan kebaikan tersebut telah dijadikan oleh Allah swt. sebagai
cara dan jalan yang sampai kepada (keridhaan) Alla dan ke negeri akhirat. Ini
merupakan karunia dari Allah.
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas ra bahwa beliau berkata: “Sesungguhnya kebaikan itu menyebabkan
cahaya di dalam hati, sinar di wajah, kekuatan di badan, penambahan rejeki dan
kecintaan di dalam hati orang lain. Sementara keburukan menyebabkan hitam di
wajah, kegelapan di hati, kelemahan pada tubuh, pengurangan rejeki dan
kebencian di hati orang lain.”
(Lihat:
Madarikussalikin, 1/424; Raudhatul Muhibbin 1/441. keduanya karangan
Ibnul-Qoyyim)
Hal ini dapat
ditangkap oleh orang yang memiliki ketajaman mata hati dan dapat disaksikan
dari diri sendiri ataupun dari orang lain. Terutama bagi orang yang hatinya
jernih, yang memiliki sensitifitas dan keimanan. Adapun orang kafir, jahat dan
orang munafiq maka ia tidak akan merasakan hal ini sedikit pun. Sesuatu
ketidakenakan apa saja yang didapatkan seorang hamba adalah disebabkan dosa
yang diperbuatnya. Padahal (dosa-dosa) yang diampuni Allah swt. lebih banyak,
sebagaimana firman Allah swt.
] وَماَ أَصاَبَكُمْ مِنْ مُصَيْبَةٍ
فَبِماَ كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْ عَنْ كَثيْرٍ [
“Dan
musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri. Dan
Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. 42: 30)
Urgensi Mendidik Anak-Anak
Untuk mewujudkan
generasi yang baik diperlukan pendidik yang mukhlis dan murni niatnya karena
Allah swt. dan hanya mengharap keridhaanNya disamping mampu menghadirkan contoh
yang patut ditiru dalam segala hal kebaikan karena orang yang tidak memiliki
sesuatu tidak dapat memberikan apa-apa.
Amer bin
Utbah berwasiat kepada orang yang mendidik anaknya, “Wahai Abu Abd. Shamad, yang
pertama harus Anda lakukan dalam memperbaiki anak-anakku adalah perbaikan
dirimu sendiri karena mata mereka jeli dengan keberadaan dirimu. Kebaikan
menurut mereka adalah apa yang Anda lakukan dan keburukan menurut mereka adalah
apa yang Anda tinggalkan.”
Kaum Perempuan Antara Cahaya Islam dan Kegelapan Jahiliyah
Dahulu di
zaman jahiliyah, masyarakat lebih mencintai anak laki-laki dan mendahulukannya
daripada anak perempuan. Bahkan di antara mereka ada yang membenci dan menjauhi
istrinya karena melahirkan anak perempuan, bukan anak laki-laki. Demikianlah, yang
disukai oleh mereka adalah kehamilan anak laki-laki karena mereka orang-orang
yang senang perang. Oleh karena itu, kesenangan mereka terhadap anak laki-laki tersebut
lahir dari tabiat kehidupan mereka.
Kemudian,
datanglah Islam dengan sinarnya yang cemerlang bagai matahari yang menyinari
seluruh peloksok negeri dan semua penghuninya. (Setelah lama umat manusia
membenci anak perempuan kaum jahiliyah) tiba-tiba Islam menyeru dengan lantang
dengan keutamaan mendidik anak perempuan. Islam menawarkan banyak kebaikan dan
pahala yang besar atas mendidik anak perempuan bagi orang melaksanakan tugas
mulia ini.
Lebih dari
itu, sebagian orang Arab dahulu karena kedunguan dan kebodohan mereka terhadap
sifat-sifat Tuhan, mereka menguburkan hidup-hidup anak perempuan ke dalam
tanah. Sebaliknya dari itu, Islam telah menjadikan berbuat ihsan
terhadap anak perempuan sebagai qurbah (pendekatan diri kepada Allah)
yang akan mengantarkan seorang muslim, baik laki-laki maupun perempuan, kepada
kebahagiaan di akhirat dan terbebas dari neraka. Oleh karena itu, tidak
seyogyanya membeda-bedakan perlakuan antara anak laki-laki dan anak perempuan
karena kedua-duanya merupakan anugerah dari Allah swt.
Perinsip
lebih mencintai anak laki-laki ketimbang anak perempuan ini merupakan kegelapan
jahiliyah. Yang sangat disayangkan adalah bahwa hal ini masih ada pengaruhnya
hingga sekarang, dimana masalah ini di sebagian masyarakat, menguat, tapi di
sebagian masyarakat lain melemah. Hal ini kembali kepada kuat atau lemahnya
keimanan kepada Allah swt..
Keutamaan Mendidik Anak Perempuan dengan Kesabaran
Di
antara anak-anak perempuan banyak yang muslimah, mukminah, ahli ibadah, jujur,
sabar, khusyu', tekun shalat dan puasa, banyak bersedekah dan banyak bedzikir.
Bahkan kita dapat saksikan di zaman kita sekarang banyak dari anak-naka
perempuan kita –segala puji bagi Allah– sudah banyak perhatian kepada zikir,
ibadah dan berinfak di jalan Allah swt. Kita dapatkan adanya perlombaan di
markas-markas liburan musim panas yang banyak diikiti oleh kaum putri. Ketika
mereka diseru untuk berinfak, kita banyak mendapatkan mereka bersedekah dengan
perhiasan mereka. Hal ini mengingatkan kita pada tindakan shahabiyat
atau para wanita di zaman Rasulullah saw. Kenikmatan seperti itu hendaknya
tetap dilestarikan, sebagaimana yang diberitakan oleh Nabi saw. dalam sabdanya:
"لاَ
يَزاَلُ طاَئِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ قاَئِمَةً
عَلىَ الْحَقِّ مَنْصُوْرَةً لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ
خاَلَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أمْرُ اللهِ"
“Akan senantiasa ada
sekelompok dari umatku yang tegak di atas kebenaran dan senantiasa ditolong.
Mereka tidak akan mundur oleh celaan orang yang mencela dan menentang hingga
pertolongan Allah datang.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Para
anak perempuan itu merupakan buah hati dan penenang jiwa para orang tua di kala
masih hidup maupun setelah meninggal dunia. Sebagaimana mereka adalah karunia
dari Allah swt. kepada hambaNya yang dikehendaki, bukankah mereka juga adalah (manusia)
sebagai ibu, saudari atau istri? Kalau sudah jelas seperti ini, siapa lagi yang
akan membenci dan tidak mau mendidik anak perempuan?!
Sebenarnya,
mendidik anak perempuan itu akan menjadi penghalang dari api neraka.
Diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwa ia berkata: "Ada seorang wanita masuk
besama dua anak perempuannya seraya meminta diberi sesuatu. Akan tetapi aku
tidak mendapatkan sesuatu untuk diberikan kecuali sebutir buah kurma. Aku
berikan sebutir buah kurma tersebut kepadanya. Kemudian si ibu itu membaginya
kepada kedua anaknya. Sementara ia sendiri tidak makan. Kemudian mereka keluar
dan pergi. Ketika Nabi saw. datang dan masuk kepada kami, aku beritahukan kisah
ini kepadanya. Kemudian beliau berkata:
"مَنِ
ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ الْبَناَتِ بِشَيْءٍ فَأَحْسَنَ إلَيْهِن كُنَّ لَهُ
سِتْراً مِنَ النّاَرِ"
“Barangsiapa yang diuji
dengan mendapatkan anak peremuaan kemudian ia berbuat baik kepada mereka (dengan mendidiknya) maka
anak perempuan itu akan menjadi penghalang baginya dari sentuhan api neraka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Di
dalam hadits ini terdapat indikasi yang jelas atas ketinggian kasih sayang ibu
yang tidak terhingga. Dan sabda Nabi saw. ini juga menunjukkan bahwa hal itu
bisa dicapai dengan ujian mendapat satu anak perempuan saja.
Mendidik
anak perempuan dapat mengantarkan masuk ke surga. Diriwayatkan oleh Aisyah ra.
ia berkata: “Aku kedatangan seorang ibu miskin yang membawa kedua anak
perempuannya. Aku berikan kepadanya tiga butir buah kurma. Kemudian ia
memberikan masing-masing dari kedua anaknya satu butir kurma dan yang satu
butir lagi ia ambil untuk dimakan sendiri. Akan tetapi, ketika ia akan
memakannya, kedua anaknya itu memintanya. Akhirnya satu butir kurma itu dibelah
dua dan diberikan kepada mereka berdua. Kejadian itu mengagumkanku. Maka, aku
ceritakan hal itu kepada Nabi saw. Dengan demikian beliau bersabda:
"إِنَّ اللهَ
قَدْ أوْجَبَ لَهاَ بِهاَ الْجَنَّةِ، أَوْ أَعْتَقَهاَ بِهاَ مِنَ الناَّرِ"
“Allah saw. mengharuskan
ibu itu masuk surga atau membebaskannya dari neraka disebabkan kasih sayangnya
terhadap anak perempuannya.”
(HR. Muslim)
Kejadian
ini persis dengan kejadian yang dikisahkan pada hadits yang sebelumnya. Akan
tetapi, pengorbanan seorang ibu dalam kejadian di hadits ini lebih nampak dan
sifat itsar (memperioritaskan orang lain atas diri)nya lebih besar
dimana ia tidak makan sedikit pun dan mendahulukan kedua anaknya.
Mendidik
anak perempuan dapat mengangkat derajat. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra
bahwa ia berkata: Rasulullah saw. telah bersabda:
"مَنْ عاَلَ
جاَرِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغاَ جاَءَ يَوْمَ الْقِياَمَةِ أناَ وَهَوَ"
“Barangsiapa mengurus dan
mendidik dua anak perempuan hingga mereka dewasa maka ia datang di hari kiamat
bersamaku.” Beliau merapatkan
jari-jemarinya. (HR. Muslim)
Dalam
hadits ini terdapat bisyaroh (kabar kembira) yang besar bagi orang yang
dikaruniai dua anak perempuan kemudian ia merawat dan mendidiknya dengan baik,
dimana ia nanti di hari kiamat masuk dalam kelompok Rasulullah saw. dan
senantiasa menyertainya sebagaimana jari telunjuk dan jari tengah akan selalu
berdampingan dan dekat ketika digenggamkan. Hal ini cukup menjadi keutamaan dan
kebanggaan karena orang yang berada di sisi Rasulullah saw. pada hari yang
penuh dengan rasa bingung dan goncang hati Insya Allah akan terjamin dan aman
dari kekacauan yang terjadi pada hari itu. Dalam riwayat lain dikatakan,
”مَنْ عاَلَ
جاَرِيَتَيْنَ دَخَلْتُ أناَ وَهُوَ الْجَنَّةَ كَهاَتَيْنِ“
“Barangsiapa yang mengurus
dua anak perempuan maka aku dan dia akan masuk surga seperti ini.” Beliau berisyarat dengan
dua jarinya (telunjuk dan jari tengah). (HR. Tirmidzi)
Pengertian
hadits ini adalah bahwa orang seperti itu akan termasuk assabiqunal-awwalun
(yaitu orang-orang yang lebih dahulu) dalam masuki surga.
Mengenai
keutamaan merawat dan mendidik satu anak perempuan saja, diriwayatkan dari Ibnu
Abbas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
”مَنْ كاَنَتْ لَهُ
أُنْثَى فَلَمْ يَئِدْهاَ وَلَمْ يُهِنْهاَ وَلَمْ يُؤْثِرْ وَلَدَهُ عَلَيْهاَ
أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ“
“Barangsiapa mempunyai
satu anak perempuan kemudian ia tidak menguburkannya hidup-hidup, tidak
menghinakannya dan tidak mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan
maka Allah akan memasukannya ke dalam surga.” (HR. Abu Dawud)
Dalam
hadits yang mulia ini, Rasulullah saw. menerangkan beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh orang yang ingin masuk surga, yaitu dengan berbuat ihsan
terhadap anak perempuan dengan rincian sebagai berikut:
1.
Merawatnya
hidup dan tidak menguburkannya hidup-hidup seperti yang dilakukan oleh
orang-orang jahiliyah.
2.
Memuliakan,
memelihara dengan baik dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang,
kebanggaan dan penghormatan tanpa merendahkan ataupun menghinakan
3.
Tidak
mengutamakan anak laki-laki ketimbang anak perempuan dalam memperlakukan mereka
Barangsiapa
yang dapat merealisasikan tiga syarat di atas maka ia sangat patut untuk
mendapatkan pahala tersebut di atas yaitu masuk surga.
Mendidik
anak perempuan dan mentarbiyahnya akan menjadi tabir dan penghalang dari api
neraka. Diriwayatkan dari Uqbah bin Nafie ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,
"مَنْ
كاَنَ لَهُ ثَلاَثُ بَناَتٍ فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ وَأَطْعَمَهُنَّ وَسَقاَهُنَّ
وَكَساَهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ حِجاَباً مِنَ النّاَرِ يَوْمَ
الْقِياَمَةِ"
“Barangsiapa memiliki tiga anak
perempuan kemudian ia sabar atas (merawat dan mendidik) mereka serta ia memberi
makan dan minum mereka dari apa-apa yang ia dapatkan maka anak-anak perempuan
tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api neraka di hari kiamat.” (HR. Ahmad)
"مَنْ
عاَلَ ابْنَتَيْنِ أوْ ثَلاَثَ بَناَتٍ أوْ أُخْتَيَنِ أوْ ثَلاَثَ أخَواَتٍ
حَتَّى يَمُتْنَ أوْ يَمُوْتُ عَنْهُنَّ كُنْتُ أناَ وَهُوَ كَهاَتَيْنِ"
“Barangsiapa yang
menanggung dua atau tiga anak perempuan; dua atau tiga saudara perempuan hingga
mereka meninggal dunia atau ia lebih dahulu meninggal dunia maka aku dan dia seperti
dua ini.” (Shahih al Jami')
Beliau
berisyart dengan dua jarinya; telunjuk dan jari tengah. Dalam riwayat lain
dikatakan,
“Barangsiapa yang mempunyai tiga anak perempuan atau
tiga saudara perempuan kemudian ia bertakwa kepada Allah swt. dan menanggung
keperluan mereka maka ia kan bersamaku di surga.” Beliau berisyarat
dengan jari jemarinya.
Kesunahan Menyambut Kelahiran Anak Perempuan
Tatkala bisyarah
(kabar gembira) menyenangkan seseorang maka disunahkan bagi seorang muslim
segera menyatakan kegembiraannya terhadap saudaranya yang mendapat bisyarah
tersebut. Tidak boleh dibedakan antara bisyarah dengan anak laki-laki
atau dengan anak perempuan.
Shalih putra
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Bila ayahku mendapat keturunan anak
perempuan, beliau berkata: Para nabi dahulu adalah bapak-bapak dari anak-anak
perempuan.”
Abu Bakar bin
al Mundzir mengatakan dalam kitab al Ausath, kami meriwayatkan dari al Hasan al
Bashri bahwa ada seorang laki-laki datang kepadanya dan secara kebetulan di
sisinya ada laki-laki lain yang telah mendapat kelahiran bayi laki-laki
kemudian laki-laki yang baru datang tadi mengucapkan selamat kepadanya dengan
ungkapan, (يُهَنِّئُكَ
الْفاَرِسُ) artinya, “Anda disambut oleh penunggang kuda!”. Al Hasan
menegurnya, “Dari mana kamu tahu, ia penunggang kuda atau himar?” Kemudian ia
bertanya, “Jadi, kita harus mengatakan apa?” al Hasan Bashri menjawab,
katakanlah:
” بُوْرِكَ فِي الْمَوْهُوْبِ، وَشَكَرْتَ الواَهِبَ، وَبَلَغَ
أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ “
Semoga anak
yang diberikan itu diberkati. Semoga engkau bisa bersyukur kepada Allah sebagai
Pemberi. Semoga anak itu sampai dewasa. Dan semoga engkau mendapat baktinya.
Seorang
sastrawan berkata kepada orang yang dikaruniai anak perempuan, “Semoga Allah
memberkati Anda pada anak perempuanmu yang akan dapat diambil faidah. Semoga anak
itu dijadikan hiasan dan balasan baik untuk Anda atas merawatnya. Oleh karena
itu, Anda jangan membenci anak-anak perempuan karena mereka adalah ibu, saudara
perempuan, ataupun bibi. Di antara mereka ada yang shalihah, ahli ibadah, dan
yang pandai menjaga diri ketika sendirian dengan pemeliharaan Allah.”
Kami ingin
menuangkan sebuah percakapan indah antara dua sahabat Nabi yang agung, yaitu
Mu’awiyah bin Abu Sufyan dan Amer bin al Aash. Suatu ketika Amer bin Ash masuk
kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan sementara di sisi beliau ada putrinya yang
bernama, Aisyah. Amer bertanya, “Siapakah anak perempuan ini, wahai Amirul
mukminin?” Mu’awiyah menjawab, “Ini adalah buah hatiku.” Amer berkata,
“Singkirkan dia dari Baginda!” Mu’awiyah balik bertanya, "Mengapa?” Amer
menjawab, “Demi Allah, perempuan itu akan melahirkan musuh-musuh, akan mendekatkan
yang jauh, dan akan menimbulkan kedengkian.” Mu’awiyah berkata, “Kamu jangan
bicara seperti itu, wahai Amer! Demi Allah, tidak ada yang seperti kaum
perempuan. Mereka dapat merawat orang-orang sakit, membantu meringankan
kesedihan dan berbakti kepada yang masih hidup.” Amer berkata: “Aku tidak
mengenal tuan kecuali tuan membuatku menyenangi mereka (kaum hawa). Ketika aku
masuk kepada tuan, aku merasakan bahwa tidak ada yang aku lebih benci di atas
permukaan bumi ini selain mereka. Dan sekarang aku keluar dari sisi tuan sungguh
tidak ada yang aku lebih cintai daripada mereka.”
Ada kisah
lain yang menarik, yaitu seorang laki-laki bernama Abu Hamzah ad-Dhabiy menikah
dengan seorang wanita. Sedangkan anak-anak yang dilahirkan oleh istri tersebut
perempuan semua, tidak adak yang laki-laki. Kemudian ia menikah lagi dengan
wanita lain. Sementara anak-anaknya dari perempuan yang kedua ini laki-laki
semua. Kemudian muncul dalam pikirannya untuk menjauhi istrinya yang hanya melahirkan
anak perempuan. Dan, benar ia menjauhinya. Pada suatu hari, sang istri itu
berkata kepadanya (dengan syair):
Mengapa Abu
Hamzah tidak mendatangi kami
Ia senantiasa
tinggal di rumah dekat kami
Ia marah
karena anak laki-laki tak lahir dari kami
Demi Allah,
hal itu bukan di tangan kami
Kami hanya
bagai ladang yang siap ditanami
Kami hanya
menumbukan (benih) yang ditanam pada kami
Suatu
pelajaran lain yang menarik: Seorang a’rabi (baduy) memiliki dua istri;
yang satu melahirkan anak perempuan dan yang lain melahirkan anak laki-laki.
Kemudian wanita yang melahirkan anak laki-laki menimang-nimang anaknya
mencemooh madunya dengan melantunkan syair:
·
Segala
puji bagi Allah yang Agung Maha Tinggi
·
Aku
diselamatkan dari melahirkan perempuan
·
(Aku
selamat) dari segala cemoohan seperti kantong air yang lapuk
·
Yang
tak kan dapat menangkal gangguan menimpa keluarga
Isetri yang
melahirkan anak perempuan mendengar syair tersebut. Maka, ia maju menimang
anaknya seraya melantunkan syair pula:
·
Tidak
mengapa aku punya anak perempuan
·
Ia
akan membantuku dan menjadi permata mahal
·
Ia
kan mengambilkan kerudungku yang jatuh
·
Sehingga
apabila ia sampai usia delapan tahun,
·
Aku
akan memakaikannya cadar buatan Yaman
·
Dan
kunikahkan ia dengan Marwan atau Mu’awiyah
·
(yaitu)
Orang-orang jujur dan memberi mahar yang besar
Perawi cerita
ini mengatakan, ungkapan syair tersebut didengar oleh Marwan kemudian ia
menikahinya dengan mas kawin seratus ribu mitsqal emas. Ia menyatakan,
“Sungguh ibu dari gadis ini sangat layak untuk tidak salah dugaanya dan tidak
mengkhianati janjinya.”
Mu’awiyah
berkata: “Andaikata Marwan tidak menikahinya lebih dahulu, pasti aku akan
menikahinya dengan mahar yang berlipat ganda. Akan tetapi, ia tidak berhak
dihalangi dari silaturrahim.” Kemudian Mu’awiyah mengirim hadiah baginya dua
ratus ribu dirham.
Penyair lain yang
sangat perhatian kepada anak-anak perempuan dan berat hati untuk meninggalkan
mereka, berkata:
Andaikan tak
ada anak perempuan bagai anak-anak burung
Yang
berpindah-pidah dari suatu tempat ke tempat lain
Maka, aku
akan selalu gelisah di bumi yang luas ini
Anak-anak
kami selalu bersama kami meski pergi ke sana ke mari
Andaikan
angin menyapu sebagian mereka (meninggal dunia)
Niscaya mataku
tidak dapat dipejamkan
Di sini ada
permasalahan penting, yaitu bahaya melalaikan anak perempuan, baik dalam
mendidik, memberikan cinta dan kasih sayang atau kasar dalam mendidik yang akan
menimbulkan pengaruh buruk. Oleh karena itu, para orang tua, baik bapak ataupun
ibu, wajib memberi perhatian penuh terhadap anak-anak perempuan mereka sebagai
pengamalan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi:
"كُلُّكُمْ راَعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ"
“Setipa
kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban atas apa
yang dipimipinnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hal itu
merupakan amanah yang dipikul oleh setiap muslim laki-laki dan muslim
perempuan, baik seorang ayah, ibu, saudara laki-laki ataupun saudara perempuan.
Maka oleh karena itu, setiap orang mempunyai tanggung jawab sesuai kesanggupan
dan kemampuannya atas melakukan tanggungjawab dan atas kedekatan
kekerabatannya.
Termasuk dalam
maslah ini adalah memperhatikan hijab untuk anak perempuan dengan membelikan
busana muslimah yang akan memberikan keanggunan kepadanya. Dan mengenakan
busana muslimah ini hendaknya menjadi adat dan kebiasaanya di setiap kondisi
dan keadaan sehingga anak perempuan tersebut mantap dalam keimanannya yang
dilidungi dengan rasa malu. Sengat tepat seorang penyair yang berkata:
الأُمُّ
مَدْرَسَةٌ إذاَ أعْدَدْتَهاَ أعْدَدْتَ شَعْباً طَيِّبَ الأَعْراَقِ
Seorang ibu
bagaikan madarasah yang jiak Anda mempersipakannya
maka Anda
telah mempersiapkan suatu bangsa yang berakhlak baik
Anak
perempuan tersebut perlu diajarkan al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw.
lebeih-lebih di zaman sekarang yang penuh gelombang dekadensi moral yang diarahkan
oleh musuh-musuh Islam kepada kaum muslimin di setiap negeri. Bisa jadi akan
lebih bahaya lagi di negeri ini (Saudi Arabia) karena merupakan benteng terakhir
dari pertahanan Islam kecuali Allah swt. menghendaki lain. Di negeri ini
(Saudi) Alhamdulillah masih terdapat khisymah (kehormatan wanita
dengan pakaiannya yang islami) dan iffah (keterpeliharaan diri) dan
masih banyak masyarakat besar maupun kecil yang menjaga anak-anak perempuannya
dan antusias mendidik mereka dengan buku-buku yang menfaat, kaset-kaset islami
dan mengajarkan kitab suci al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Alhamdulillah
masih kita dapat saksikan di negeri ini pada setiap saat halaqah-halaqah yang
mengajarkan hapalan al Qur’an al Kariem; di setiap kota maupun kampung. Bahkan
kita dapatkan –alhamdulillah– banyak kaum wanita yang hapal al Qur’an disamping
banyaknya madrasah tahfizh al Qur’an untuk kaum putri di waktu pagi yang
disediakan dan dilindungi oleh pimpinan urusan wanita. Ini merupakan karunia
Allah swt. yang diberikan kepada negeri ini dimana para pemimpinannya diberi
kesungguhan untuk memperhatikan bidang-bidang yang baik ini.
Jika dapat
disatukan semua usaha dan perjuangan dari orang tua anak, para penanggung jawab
di pemerintahan dan para pendidik dan pembina untuk melaksanakan tugas suci ini
maka dengan izin Allah swt. kita akan dapat memetik buahnya yang nyaman dalam
pendidikan anak-anak perempuan dan dapat mengantarkan mereka kepada kehidupan
yang aman, nyaman dan tentram serta menyelamatkan mereka dari pengaruh parabola
dan internet yang kebanyakannya membahayakan meskipun ada kebaikannya.
Oleh karena
itu, setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, hendaknya paham dan
menyadari adanya bahaya yang mengintai di sekelilingnya sehingga ia akan
membentengi keimanan anak-anak, keluarga dan orang-orang yang berada di bawah
tanggung jawabnya sebagai pengamalan firman Allah swt. sebagai berikut:
] ياَ أَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ
ناَراً وَقُوْدُهاَ النَّاسُ وَالْحِجاَرَةُ [
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. 66: 6)
Kalau kita
melaksanakan hal ini maka dengan izin Allah kita akan dapat membentengi
anak-anak kita dengan benteng keamanan, keimanan dan kekuatan ilmu dan
pengetahuan yang punya pengaruh besar untuk kesalehan anak-anak kita. Generasi akhir
umat ini (seperti kita) tidak akan menjadi baik kecuali dengan sarana perbaikan
yang digunakan oleh generasi awalnya (salaf saleh), yaitu menaruh perhatian
besar kepada kitab Allah, al Qur’anul-Kariem, dengan rutin membacanya,
mentadabburi maknanya dan mempelajari kandungannya. Demikian pula penuh
perhatian dengan sunnah Rasulullah saw. sebagai implementasi sabdanya:
"تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ ماَ إنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِماَ
لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدِيْ أبَداً"
“Aku
tinggalkan pada kalian dua pusaka yang kalian tidak akan tersesat sepeninggalku
untuk selamanya jika kalian berpegang teguh dengan keduanya, yaitu: kitab
Allah, al Qur’an dan sunnahku.”
(HR. Al Hakim dan dishahihkan oleh al Albani)
Apabila kita
mengamalkan hal ini maka dengan izin Allah kita akan mampu menguasai situasi
dan kondisi masa kini dan mengembalikan tipu daya musuh kepada tengkuk leher
mereka. Lebih dari itu, Nabi kita Muhammad saw. memberi kabar gembira kepada
kita dengan sabdanya:
” لاَ تَزاَلُ طاَئِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ عَلىَ الْحَقِّ
مَنْصُوْرَةً، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خاَلَفَهُمْ حَتَّى
يَأْتِيْ أَمْرُ اللهِ “
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang ditolong dalam menegakkan kebenaran.
Mereka tidak akan goyah karena adanya orang yang menghinakan atau orang yang menentang
hingga datang peputusan dari Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena
itu, Anda semua; baik orang tua ataupun saudara dan saudari hendaknya takut
kepada Allah swt. Kita harus punya perhatian penuh terhadap anak-anak
perempuan; jangan sampai menyia-nyiakan mereka. Kita jangan memberikan
kesempatan kepada setan masuk untuk merusak mereka. Kita harus pandai
menggunakan alat-alat modern ini, baik prangkat telphon ataupun internet, dalam
hal-hal yang bermanfaat dengan menjaga dan mengawasi mereka secara ketat,
dengan kejujuran, keikhlasan dan penuh perhatian. Kalau kita sudah dapat
melaksanakan hal ini maka akan mampu mengkanter tipu daya musuh Islam.
Alat-alat
hasil teknologi modern ini kita gunakan dalam hal-hal yang bermanfaat bagi
kita; dalam urusan agama ataupun urusan dunia. Dengan alat tersebut kita dapat
menghemat waktu dan menghimpun ilmu pengetahuan, tetapi dengan syarat yang
ketat. Hati-hatilah dan berilah perhatian penuh dengan pengawasan yang ketat
terhadap anak-anak perempuan. Bersihkan rumah kita dari alat-alat permainan
yang mudaratnya lebih besar ketimbang manfaatnya. Apabila hal ini berhasil kita
tegakkan maka dengan izin Allah kita akan menjadi para anggota pemelihara dan
penjagagawang bagi diri kita sendiri, bagi keluarga, masyarakat dan negara kita
yang semoga Allah menjaganya dengan tegaknya Islam dan memberi kemudahan untuk
menjalankan segala yang maslahat bagi Islam dan kaum muslimin.
Saudara-saudaraku,
kalau kita betul-betul menjaga dan memelihara anak-anak perempuan maka kita
akan memetik buahnya di dunia dengan kebaikan dan bakti mereka terhadap kita
dan dengan mendapat anak cucu yang shalih dan shalihah. Adapun keuntungan di
akhirat maka hal itu tidak diragukan lagi. Rasulullah saw pernah bersabda:
"إذا ماَتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ
ثَلاَثَةٍ: صَدَقَةٍ جاَرِيَةٍ، أوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أوْ وَلَدٍ صاَلِحٍ
يَدْعُوْ لَهُ"
“Apabila seorang manusia mati maka segala amalannya akan
terputus kecuali tiga perkara, yaitu: pertama, shadakoh jariah, kedua, ilmu
yang bermanfaat, ketiga, anak shalih yang mendo’akan.” (HR. Muslim)
Ini merupakan
kabar gembira yang ada dalam hadits Rasulullah saw. bagi para bapak dan para
ibu, bahkan para pendidik, para guru dan para pembina akhlak. Syekh Abd. Rahman
as-Sa’diy dalam mengomentari ungkapan Rasul saw. “anak shalih yang
mendo’akan” bekata: “Seluruh pengaruh amal yang sampai kepada seorang hamba
ada tiga perkara: Pertama, hal-hal yang diamalkan oleh orang lain, tapi hasil
didikan dan pengarahan dari dia. Kedua, segala yang diambil manfaat oleh orang
lain; manfaat apa saja, seperti mengikuti kebaikan yang pernah dilakukannya.
Ketiga, hal-hal yang diamalkan oleh orang lain kemudian dihadiahkan atau
dimohonkan kepada Allah agar pahalanya disampaikan kepadanya, termasuk sedekah
yang diatasnamakan dia dan do’a yang dikirimkan kepadanya. Semua ini bisa saja
dilakukan oleh anak-anaknya sendiri, anak-anak didiknya, sanak saudara atau
para sahabat; bahkan setiap kaum muslimin sesuai dengan kedekatannya dengan
agama."
Oleh karena
itu, bahagia bagi Anda yang mengajarkan kebaikan kepada umat dan bahagia juga bagi
para guru dan para pembimbing masyarakat, yaitu dengan akan meraih kebaikan dan
pahala yang mengalir sepanjang ilmu yang diajarkan itu terus diamalkan dan
berantai kepada yang mengajarkan seterusnya. Rasulullah saw bersabda:
"إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِ
النّاَسِ الْخَيْرَ"
“Sesungguhnya
Allah dan para malaikatNya berselawat bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada
umat manusia.” (HR. Tirmidzi)
Demikian pula
patut disampaikan selamat kepada para pengajar tahfizh al Qur’an; baik perlajar
putera maupun pelajar puteri, yaitu dengan mendapatkan kebaikan yang disabdakan
oleh Rasulullah saw.
"خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ"
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR.
Bukhari)
Oleh karena
itu semua, apabila seluruh usaha dari semua pihak; orang tua, para penanggung
jawab pendidikan, masyarakat dan sistem pengajaran, dikerahkan menjadi satu
maka insya Allah kita akan mampu menghadang tipu daya musuh-musuh Islam dan
dengan izin Allah kita akan dapat memperbaiki bangsa dan negara dalam urusan
dunia dan agama.
Aku memohon
kepada Allah swt. dengan nama dan sifat-sifatNya yang tinggi, semoga Allah memperbaiki
anak-anak perempuan dan keturunan kita, memberi kejelian mengetahui titik-titik
kelemahan diri, memberi petunjuk ke jalanNya, dan memperbaiki para pemimpin dan
yang mengatur urusan kita. Semoga Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk
melakukan segala yang membawa kebaikan bangsa dan negara. Semoga Allah
mengaruniai mereka dan kita semua dengan mendapatkan kawan dan pendukung yang
baik. Semoga Allah memberi aku keikhlasan dalam berkata dan berbuat beserta
ketabahan untuk itu. Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang mengurusi semua dan
maha mampu untuk itu. Terakhir ucapan dalam do’a kami al hamdu lillahi
rabbil-‘alamin. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan salam kepada Nabi Muhammad,
keluarganya dan para sahabatnya semua.
Aku memohon
kepada Allah; semoga kita diberi manfaat dalam apa-apa yang kita ketahui dan
mengajarkan kita apa-apa yang bermanfaat bagi kita. Semoga Allah mencurahkan
rahmat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya semua.
Bertambahnya Nilai Kebaikan dengan Mendidik Anak Perempuan
Pembukaan:
Segala puji milik Allah. Kita memuji, memohon pertolongan dan ampunan kepadaNya. Kita belindung kepada Allah dari keburukan diri-diri kami dan dari buruknya perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahawa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah yang esa dan tidak ada sekutu bagiNya.dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Beliau telah menyampaikan pesan dari Allah, telah menyampaikan amanah, telah menasehati umat dan telah berjihad di jalan Allah dengan sunguguh-sungguh. Beliau telah meninggalkan kita umat Islam di jalan yang terang benderang; yang malamnya bagai di siang ahri. Tidak ada yang tersesat dari jalan tersebut melainkan orang yang binasa. Semoga Allah menambahkan rahmat dan salam kepadanya, keluarganya dan seluruh sahabatnya hingga akhir zaman.
Ya Allah, tiada yang mudah kecuali apa-apa yang Engkau jadikan mudah dan bila Engkau berkehendak, yang menyedihkan bisa menjadi mudah dan mnyenangkan.
Ya Allah, kami tidak memiliki suatu ilmu kecuali apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Ya Allah yang mengajari Ibrahim, berikanlah ilmu kepada kami. Ya Allah yang mengajari Daud, ajarilah kami. Ya Allah yang memahamkan Sulaiman, berilah kami kepahaman. Ya Allah yang mengajari Adam, berilah kami ilmu. Ya Allah berilah kami kemanfaatan pada ilmu yang Engkau berikan kepada kami dan ajarkanlah kepada kami ilmu yang manfaat bagi kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Saudaraku seiman yang tercinta, Rasulullah saw bersabda: “Orang yang berterima kasih kepada sesama manusia dianggap tidak bersyukur kepada Allah.” Oleh karena itu, aku bersyukur kepada Allah swt kemudian kepada orang-orang yang memberi andil dalam terlaksananya ceramah ini. Aku mengucapkan kepada para hadirin atas kesemangatan untuk dapat hadir di sini. Aku memohon kepada Allah seraya bertawassul dengan nama-namaNya yang indah dan sifat-sifatNya yang tinggi, semoga memberi manfaat kepada kita semua pada apa-apa yang katakan dan apa-apa yang kita dengar.
Ceramah ini mencakup beberapa point, yaitu:
- Nikmat Keturunan
- Pengaruh Mengharap Pahala Beramal di Dunia dan Akhirat
- Pengaruh Aqidah Keislaman dalam Perilaku Muslim
- Pengaruh Kebaikan terhadap Muslim di Dunia dan Akhirat
- Urgensi Pendidikan
- Kaum Wanita antara Cahaya Islam dan Gelapnya Jahiliyah
- Keutamaan Mendidik Anak Wanita
- Anjuran Menyambut Anak Wanita. Dalam masalah ini ada percakapan menarik antara dua sahabat yang mulia, yaitu Mu’awyah bin Abi Sufyan dan Amr bin al ‘Ash dengan judul “Si Buah Hati”.
Nikmat Keturunan
Pertama-tama kita mulai pembicaraan ini dari poin nikmatnya keturunan. Anak-anak merupakan hiasan kehidupan dunia sebagaimana difirmankan oleh Allah saw. dalam Al Qur’an:
] الماَلُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَياَةُ الدُّنْياَ [
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (QS. 18: 46)
Mereka merupakan penyejuk hati dan penenang jiwa bagi para orang tua; ayah dan ibu. Oleh karena itu, di antara doa hamba-hamba Allah yang mukhlis adalah
] رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ أَزْواَجِناَ وَذُرِّياَّتِناَ قُرَّةَ أَعْيُنٍ [
“Ya Tuhan kami, abugrahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami penyenang hati (kami).” (QS. 25: 74)
Demi untuk memelihara kesalihan hamba dan kebaikan negeri; untuk mencapai kebaikan bagi mereka di dunia dan akhirat; agar anak-anak menjadi keindahan dan penyejuk pandangan mata yang menyenangkan, memberi keharuman hidup di dunia, menjadi anak-anak saleh yang istiqimah dalam agama, yang berhias dengan akhlak dan budi pekerti, juga berbahagia di dunia dan akhirat; untuk mendapat semua di atas dan segala kebaikan yang menyeluruh, Allah menyuruh kita menjaga keluarga dan memelihara anak serta menumbuhkembangkan mereka di atas nilai kebaikan, petunjuk dan segala yang mengandung ridha Alahh dan RasulNya. Allah menyuruh kita menjaga mereka dari segala yang akan merusak mereka dan menyebabkan Allah dan RasulNya murka. Allah memerintahkan hal itu dengan firmanNya:
] يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ ناَراً وَقُوْدُهاَ النَّاسُ وَالْحِجاَرَةُ [
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bagan bakarnya adalah manusia dan batu..” (QS. 66: 6)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"كُلُّكُمْ راَعٍ وكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالرَّجُلُ راَعٍ فِيْ أَهْلِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهٍ، وَالْمَرْأَةُ راَعِيَةٌ فِيْ بَيْتِ زَوْجِهاَ وَمَسْؤُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهاَ"
“Semua kamu adalah pemimpin dan semua kamu bertanggung jawab atas bawahannya. Seorang laki-laki menjadi pemimpin di ruamahnya dan bertanggung jawab atas anggota keluarganya. Seorang wanita (istri) harus menjaga rumah suaminya dan bertanggung jawab atas segala yang ada di dalamnya.” Dalam riwayat Imam Muslim dikatakan, “Wanita pemelihara rumah suama dan anak-anaknya. Ia bertanggung jawab atas mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tarbiyah yang baik yang diperintahkan oleh Allah untuk kita terapkan dalam membina keluarga menyimpan banyak keberkahan dan manfaat nyata yang kebaikannya kembali kepada anak-anak, keluarga dan semua masyarakat; baik di dunia maupun di akhirat. Pengaruhnya nyang baik di dunia untuk kesalehan dan kemaslahatan hamba serta kemakmuran negeri sudah jelas. Sementara kebaikan yang akan didapat di akhirat terletak pada akan terabadikannya kebaikan yang mengalir pada catatan amal orang tua sebagai pendidik. Kebaikan mereka akan terus bertambah dengan hasil tarbiyah tersebut. Dengan melakukan tarbiyah, mereka akan meningkat derajatnya di sisi Allah swt. Kemudian, manfaat yang disebutkan tadi akan saling take and give dalam memberi manfaat antara bapak, Ibu dan nenek moyang dengan anak-cucu-keturunan. Maksudnya, orang tua (bapak dan ibu) mendapat manfaat dari perbuatan baik anak-anak mereka. Demikian pula anak, cucu dan keturunan akan mendapat manfaat dari kesalehan orang tua.
Tentang manfaat orang tua terhadap anak-cucu ditegaskan oleh Alah dalam firmanNya:
] وَكاَنَ أَبُوْهُماَ صاَلِحاً [
“dan ayah mereka berdua adalah orang saleh.” (QS. 18: 82)
Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang dapat menjaga keturunannya di dunia berkat ketekunan ibadahnya dengan penjagaan Allah swt. terhadap mereka, dan di akhirat nanti dengan peningkatan derajat di surga. Untuk kesejukan pandangan mata seseorang dengan keberadaan mereka dan sebagai penghargaan terhadap para orang tua yang shalih, Allah akan mengumpulkan para orang tua dan anak-anak mereka di tempat penuh rahmat dan negeri kemuliaan, yaitu surga, sebagaimana firman Allah:
] وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيْمَانٍ أَلْحَقْناَ بِهِمْ ذُرَّيَّتَهُمْ وَماَ أَلَتْناَهُمْ مِنْ عَمَلَهُمْ مِنْ شَيْءٍ [
“dan orang-orang yang beriman beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka.” (QS. 52: 21)
Tentang manfaat anak keturunan bagi orang tua, telah diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:
"إذاَ ماَتَ الإنْساَنُ انْقََطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جاَرِيَةٍ اَوْ عَلْمٍ نُنْتَفُ بِهِ أوْ وَلَدٍ صاَلِحٍ يَدْعُوْ لَهُ"
“Apabila seorang manusia meninggal dunia maka nilai pahala dari seluruh amalnya terputus, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anah saleh yang mendo’akan.” (HR. Muslim)
Tentang saling memeberi manfaat antara anak dan orang tua difirmankan oleh Allah swt. dalam al Qur’an:
] وَالَّذِيْنَ صَبَرُوْا ابْتِغاَءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقاَمُوْا الصَّلاَةَ وَأَنْفَقَوْا مِماَّ رَزَقْناَهُمْ سِرّاً وَعَلاَنِيَةً وَيَدْرَؤُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبىَ الدَّارِ، جَناَّتُ عَدْنٍ يَدْخُلُوْنَهاَ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آباَئِهِمْ وَأَزْواَجِهِمْ وَذُرِّياَّتِهِمْ وَالْمَلاَئِكَةُ يَدْخُلُوْنَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ باَبٍ، سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ بِماَ صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبىَ الداَّرِ [
“Dan orang-orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian harta yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau terang-terangnan serta menolak kejahatan dengan kebaikan. Orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), yaitu surga-surga 'Adn. Mereka masuk ke dalamnya beserta orang-orang saleh dari nenek moyngnya, pasangan-pasangannya, dan anak sucunya. Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (simbul mengucapkan) "Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu." Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.”
Dalam ayat ini terkandung kabar gembira yang akan menambahkan kesenangan dan kebahagiaan bagi orang yang taat kepada orang tua. Karena, apabila Allah awt. memberi kabar gembira kepada seorang muslim mukallaf bahwa ketika ia masuk surga, semua keluarganya akan hadir bersamanya maka akan semakin besar kesenangannya dan bertambah kebahagiaanya.
Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam pendidikan dan memberi kebaikan kepada mereka. Sebaliknya Islam memberi kesamaan dan keadilan dalam memberi pahala besar terhadap mereka.
Oleh karena pentingnya keturunan yang saleh bagi orang tua; ayah dan ibu maka hal itu menjadi keinginan dan permohonan para nabi, sebagaimana permohonan Nabi Ibrahim as dengan ungkapannya:
] رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصاَّلِحِيْنَ [
“Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku (serang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. 37: 100)
Demikian pula Nabi Zakaria memohon kepada dengan ungkapannya:
] رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعاَءِ [
“Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisiMu. Sesungguhnya Engkau maha mendengar do'a.” (QS. 3: 38)
Semua nabi dan selain mereka yang disebutkan dalam al Qur’an memohon kepada Allah agar anak cucu mereka dijadikan keturunan yang baik dan saleh.
Berdo’a merupakan sebab yang paling penting dan besar manfaatnya. Orang yang dimudahkan untuk berdo’a maka sesungguhnya telah dibuka pintu kebaikan yang besar baginya. Allah tidak akan menolak orang-orang memohon kepadaNya. Dalam hal ini, Umar berkata: “Sungguh aku tidak memikirkan dikabulkannya do’a. Akan tetapi, yang menjadi perhatianku adalah pentingnya berdo’a.” Maksudnya, apabila Allah memberi taufiq kepadaku untuk berdo’a maka aku yakin bahwa Allah akan mengabulkan do’aku.
Ungkapan di atas termasuk masalah percaya kepada Allah, tentram dengan jaminanNya dan berbaik sangka kepadaNya, sebagaimana Rasulullah saw. menyuruh kita untuk berbaik sangka kepada Allah dalam sabdanya:
"لاَ يَمُوْتَنَّ أحَدُكُمْ إلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ باللهِ"
“Seseorang di antara kamu tidak boleh mati kecuali bersikap baik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim)
Mengharap dapat pahala dari Allah dan Pengaruhnya di dunia dan akhirat
Seorang muslim hendaknya menghadirkan niat yang baik dalam mendidik putra-putrinya. demikian pula ketika melaksanakan amal-amal yang lain, dan mengharapkan pahala dari Allah. Al Kafawi berkata: “Makna ihtisab adalah mencari pahala dari Allah. Oleh karena itu, sabar atas bencana yang menimpa merupakan penenang jiwa orang yang mengharap pahala dari Allah sehingga tidak membenci musibah yang menimpanya, melainkan ia mencari pahala dari Allah ketika bersabar atas musibah tersebut.”
Ibnul Atsir berkata: “Makna ihtisab dalam melaksanakan amal saleh dan ketika menghadapi hal-hal yang tidak disukai adalah sikap bersegera mencari dan mendapatkan nilai pahala dengan cara berpasrah diri dan sabar, atau dengan menggunakan bermacam cara untuk mendapatkan kebaikan dan melakukannya sesuai cara yang diajarkan dengan harapan mendapatkan pahala.”
Oleh karena itu, kawan-kawan tertercinta, ihtisab terbagi tiga macam:
1) Mencari pahala dari Allah dengan bersabar atas segala masalah yang tidak disukai, seperi kehilangan anak yang sudah tumbuh besar.
2) Mengharap pahala dari Allah swt. ketika melakukan amal saleh, seperti berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah. Demikian pula seluruh amal-amal taat kepada Allah, sebagaiman hadits yang disabdakan oleh Rasulullah saw.
"مَنْ صاَمَ رَمَضاَنَ إِيْماَناً وَاحْتِساَباً غُفِرَ لَهُ ماَ تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ"
“Barangsiap yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan menharap pahala dari Allah maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3) Ihtisab kepada Allah sebagai penolong bagi hamba ketika dihadapkan dengan macam-macam cobaan, seperti terhalang dari tujuan, mendapatkan sesuatu yang menakutkan atau terjadinya yang membahayakan. Jadi, arti Ihtisab adalah merasa cukup dengan Allah sebagai penolong dan rela dengan pembagianNya, sedikit ataupun banyak.
Banyak faidah dan manfaat dari sikap ihtisab, di antaranya:
- Ihtisab dalam melakukan ibadah akan menjadikannya murni dan ikhlah hanya untuk Allah yang tidak ada balasannya selain surga.
- Ihtisab dalam menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan akan menolak rasa sedih dan menyesal. Sebaliknya hal itu akan menarik rasa riang dan senang serta mengubah yang diduga malapetaka oleh orang menjadi suatu nikmat.
Pengaruh Aqidah Islamiyah terhadap Perilaku Muslim
Selama 13 tahun di Mekah, Nabi Muhammad saw. menyeru umat manusia kepada tauhid dan mengesakan Allah. Ketika sinar iman masuk ke dalam lubuk hati, mereka tunduk, patuh dan menyerah untuk menerima perintah-perintah Allah serta mengangkat al Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. menjadi hakim yang memutuskan hukum dalam segala urusan, sebagaimana difirmankan Allah SWT.:
] وَماَ كاَنَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إذَا قَضَى اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَمْراً أنْ يَكُوْنَ لَهُمْ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهُ وَرَسُوْلُهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُبِيْنا ً[
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki ynag mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasu-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. 33: 36)
Di antara aqidah seseorang itu benar demgan jelas, ia akan bersikap sabar atas takdir dan ketetapan-ketetapan Allah dan tidak merasa benci (dengan yang tidak disukainya). Tergantung atas kuat atau lemahnya iman seseorang, terjadi perasaan ridha atau kesal terhadap takdir. Hal ini tampak jelas dalam hadits yang diriwayatkan oleh Shuhaib dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda:
"عَجَباً لأمْرِ الْمُؤْمِنِ، إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذاَكَ لأَحَدٍ إلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إنْ أصاَبَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكاَنَ خَيْراً لَهُ، وَإنْ أصاَبَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكاَنَ خَيْراً لَهُ"
“Aku kagum terhadap urusan orang mukmin karena seluruh urusan baginya baik. Hal ini tidak akan terjadi kecuali pada orang mukmin. Jika ia mendapat kebaikan, ia bersyukur. Hal itu baik baginya. Dan jika ia terkena bahaya, ia sabar. Hal itu baik baginya.” (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Anas ra. dari Nabi saw. , beliau bersada:
"إِنَّ عِظَمَ الجَزاَءِ مَعَ عِظَمَ الْبَلاَءِ، وَإنَّ اللهَ إِذاَ أحَبَّ قَوْماً ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِِِيَ فَلَهُ الرِّضاَ، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ"
“Sesungguhnya besarnya balasan bergantung kepada besarnya cobaan. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa merasa rela, ia akan mendapatkan ridha Allah dan barangsiapa yang merasa kesal maka akan mendapatkan murka Allah.” (HR. Tirmidzi.)
Dilarang merasa tidak senang ketika mendapat anak wanita karena hal itu merupakan perbuatan jahiliyah. Allah SWT. berfirman:
] للهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشاَءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشاَءُ إِناَثاً وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُوْرَ أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَاناً وَإِناَثاً وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيْماً إِنَّهُ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ [
“Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang yang Dia kehendaki, atau Dia menganugrahi jenis laki-laki dan peremuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (QS. 42: 49 – 50)
Imam Ibnul- Qoyyim menyatakan dalam kitab Tuhfatul Wadud: “Allah swt. membagi keadaan suami istri menjadi empat bagian yang pembagian itu berlaku untuk semua alam dan Allah mengkhabarkan bahwa apabila ditakdirkan mendapat anak bagi keduanya (suami dan istri) maka pasti diberikannya. Cukup bagi seorang hamba terancam mendapat murka Allah jika ia membenci pemberian dari Allah.”
Allah SWT memulai penyebutan dengan anak wanita dalam firmanNya (يهب لمن يشاء إناثا) untuk menjaga perasaan hati mereka karena kedua orang tua (pada masa itu) merasa keberatan dengan mendapatkan anak perempuan.
Ada yang mengatakan, didahulukannya anak perempuan dalam penyebutan tersebut karena ini dalam konteks bahwa hanya Allah yang aktif untuk melakukan apa yang Dia kehendaki; tidak yang dikehendaki kedua orang tua karena mereka umumnya hanya menghendaki anak laki-laki. Allah I memberitahukan kepada kita bahwa Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya. Oleh karena itu, Allah memulai dengan menyebutkan jenis perempuan yang dikehendakiNya; apakah kedua orang tua setuju atau tidak.
Diriwayatkan dari Tsauban, ia berkata: Ketika aku berdiri di sisi Rasulullah ﷺ kemudian datang seorang alim dari Yahudi. Pendeta Yahudi tersebut bekata: Aku datang untuk menanyakan tentang anak? Rasulullah ﷺ menjawab:
“Air sperma laki-laki berwarna putih. Sementara ovum (cairan) dari wanita berwarna kekuning-kuningan. Apabila keduanya bertemu kemudian sperma laki-laki mengalahkan atau mendominasi ovum wanita maka akan menjadi anak laki-laki. Sebaliknya, apabila ovum perempuan mengatasi sperma laki-laki maka akan menjadi anak perempuan dengan izin Allah.” (HR. Muslim)
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa segala urusan berjalan sesuai kadar dan ukuran yang ditentukan (oleh Allah) dan tidak dapat ditentang oleh siapa pun juga.
Allah I mengingkari kaum jahiliyah atas ketidak senangan mereka terhadap lahirnya anak perempuan. Allah swt. berfirman:
]وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيْمٌ، يَتَوَارَى مِنَ الْقََوْمِ مِنْ سُوْءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلىَ هُوْنٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلاَ سَاءَ ماَ يَحْكُمُوْنَ [
“Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam) dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingantlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu.” (QS. 16: 58 – 59)
Cukup dianggap buruk dan tercela perasaan kesal dengan kelahiran anak perempuan karena si pelaku tidak menyukai apa-apa yang diberikan oleh Allah I. Padahal para nabi yang menjadi panutan umat saja menjadi bapak dan orang tua dari anak-anak perempuan. Nabi kita Muhammad ﷺ adalah ayah Fathimah, Zainab, Ruqoyyah dan Ummu Kultsum.
Nasehat bagi Orang yang Kesal terhadap Anak Perempuan
Seorang da'i menasehati setiap orang yang tidak suka keturunan anak perempuan dengan ungkapan, "Segala sesuatu berada di tangan Allah I. Dialah yang menciptakan anak laki-laki dan anak perempuan. Ketidakrelaan terhadap masalah ini dianggap mencerca ketentuan Allah swt. yang terkadang menyebabkan murtad si pelaku. Allah swt. berfirman:
]اللهُ يَعْلَمُ ماَ تَحْمِلُ كُلُّ أُنْثَى وَماَ تَغِيْضُ الأَرْحاَمُ وَماَ تَزْدَادُ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْداَرٍ[
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, apa yang kurang sempurna dan apa yang bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu ada ukuran di sisiNya.” (QS. 13: 8)
Dan Allah berfirman juga di ayat lain:
]هُوَ الَّذِيْ يُصَوِّرُكُمْ فِي الأَرْحاَمِ كَيْفَ يَشاَءُ[
“Dialah yang membentuk kamu di dalam rahim menurut yang Dia kehendaki.” (QS. 3: 6)
Mengapa manusia tidak senang dengan apa yang diberikan oleh Allah? Apakah ia memberi uang muka untuk mendapatkan keturunan laki-laki yang kemudian Allah berikan anak perempuan?
Seharusnya, emosi keinginan menjadi reda dan ia harus berfikir tentang akibat sikap emosional dan prasangkanya tersebut. Anda, yang merasa kesal karena keinginannya tidak tercapai, tidak tahu di mana kebaikan itu berada; pada anak laki-lakikah atau pada anak perempuan? Bisa jadi anak laki-laki menyebabkanmu sengsara dengan kedurhakaan, tipu muslihat dan dengan segala perangai buruknya yang merepotkan. Bahkan ia mengharap-harap Anda cepat mati agar segera menikmati harta yang Anda kumpulkan dan menduduki posisi Anda. Sebaliknya, bisa jadi anak perempuan membawa kebaikan dan kesenangan bagi Anda. Pada umumnya, anak perempuan sedikit sekali berfikir buruk untuk menjerumuskan keluarga karena ia merasa lemah dan bahkan membutuhkan mereka. Bahkan sebaliknya, anak perempuan sering perhatian kepada keluarga, mengharapkan kebaikan mereka dan menolak segala keburukan. Lebih-lebih ketika ia masih membutuhkan pemeliharaan keluarga sebelum menikah.
Ambillah pelajaran dari dua anak perempuan seorang laki-laki saleh! Salah satunya dinikah oleh seorang rasul yang termasuk Ulul 'Azmi yang bernama Musa as. yang kemudian anak perempuan dan ayahnya mendapatkan kemuliaan dan kebanggaan yang besar dengan mendapatkan seorang menantu yang dapat melayaninya (mengerjakan suatu pekerjaan) bertahun-tahun sebagai mahar pernikahannya. Sementara ia adalah orang yang perkasa dan jujur.
Ambil juga perlajaran dari Fathimah putri Rasulullah ﷺ yang membawa keberkahan adanya keturunan bagi keluarga Rasulullah ﷺ yang agung.
Ibu dari Maryam betapa mengharap-harap kalau-kalau jabang bayi yang dikandungnya adalah anak laki-laki agar dapat mempersiapkannya menjadi pelayan bagi orang-orang yang sedang ibadah di mesjid. Namun demikian, yang dilahirkan adalah seorang bayi perempuan. Akan tetapi akhirnya, ia menjadi seorang ibu bagi seorang Nabi dan rasul yang mulia, yaitu Nabi Isa u, sebagaimana difirmankan oleh Allah swt. dalam al Qur'an:
]وَإِذْ قاَلَتِ الْمَلاَئِكَةُ ياَ مَرْيَمُ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلىَ نِسَاءِ الْعاَلَمِيْنَ[
“Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu).” (QS. 3: 42)
Berapa banyak anak-anak perempuan yang cerdas dan behasil. Sementara anak laki-laki banyak yang gagal. Dan banyak lagi contoh-contoh lain yang dicatat di dalam buku-buku dan diabadikan dalam sejarah. Oleh karena itu, tidak sebaiknya kamu merasa kesal dengan pemberian Allah swt. karena Dia maha tahu yang lebih baik untukmu, sebagaimana firman Allah swt.:
] وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ [
“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. 2: 216)
] فَإِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْراً كَثِيْراً [
“Jika kamu tidak menyukai mereka (maka besabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” ( QS. 4: 19)
Kemudian, apa dosa seorang ibu yang prihatin sampai diperlakukan dengan perlakuan yang keras karena melahirkan bayi perempuan? Seandainya ia dapat menyenangkan Anda dengan melahirkan anak laki-laki, pasti ia lakukan untuk Anda.
Cobalah Anda tempatkan diri Anda di posisi dia! Apakah Anda dapat melakukan sesuatu yang Anda inginkan, yaitu mendapatkan anak laki-laki? Anda harus berhati-hati –sebagaimana kata para ulama– boleh jadi karena kebencian Anda terhadap anak perempuan Allah swt. menghukum Anda dengan memberi lebih banyak anak perempuan. Apakah Anda dapat melawan Allah swt. dengan sikap pengingkaran, sementara segala sesuatu berada di tanganNya?
Yakini saja bahwa Allah swt. telah memeberi anak perempuan itu kepada Anda sebagai cara Dia untuk memberi kemuliaan terhadap perempuan yang lemah. Rasulullah saw bersabda:
“Serahkanlah kepadaku orang-orang yang lemah. Sesungguhnya, kamu sekalian diberi rizki dan pertolongan (oleh Allah) sebab ada orang-orang yang lemah di antara kalin.”
Dan ketahuilah bahwa bukan hanya Anda yang diberi karunia anak perempuan. Orang-orang yang lebih mulia dari Anda pun mendapat anak perempuan, seperti Nabi Luth dan Nabi Syu’aib as. Bahkan anak laki-laki Rasulullah saw. tidak ada yang hidup sampai besar. Sebaliknya Allah swt. memberi keberkahan pada anak perempuan beliau, yaitu Fathimah, dan keturunannya. Oleh karenanya, terimalah dengan suka hati segala pemberian Allah swt. kepadamu. Bersyukurlah kepada Allah swt. atas nikmatNya. Anda jangan menjadi orang yang dungu dan berputus asa! Sangat mungkin Allah swt. akan memberikan kepada Anda apa-apa yang diinginkan meskipun setelah beberapa masa.
Pengaruh Kebaikan Terhadap Orang Muslim di Dunia dan Akhirat
Saudaraku, betapa kita sangat membutuhkan kebaikan untuk menigkatkan derajat dan mendapatkan pengampunan dosa-dosa. Kebaikan itu sangat banyak macamnya; ada dalam ibadah, dalam mu’amalah, dalam akhlak dan kesopanan dan lain sebagainya. Mengusahakan dan mengamalkan kebaikan tersebut telah dijadikan oleh Allah swt. sebagai cara dan jalan yang sampai kepada (keridhaan) Alla dan ke negeri akhirat. Ini merupakan karunia dari Allah.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa beliau berkata: “Sesungguhnya kebaikan itu menyebabkan cahaya di dalam hati, sinar di wajah, kekuatan di badan, penambahan rejeki dan kecintaan di dalam hati orang lain. Sementara keburukan menyebabkan hitam di wajah, kegelapan di hati, kelemahan pada tubuh, pengurangan rejeki dan kebencian di hati orang lain.”
(Lihat: Madarikussalikin, 1/424; Raudhatul Muhibbin 1/441. keduanya karangan Ibnul-Qoyyim)
Hal ini dapat ditangkap oleh orang yang memiliki ketajaman mata hati dan dapat disaksikan dari diri sendiri ataupun dari orang lain. Terutama bagi orang yang hatinya jernih, yang memiliki sensitifitas dan keimanan. Adapun orang kafir, jahat dan orang munafiq maka ia tidak akan merasakan hal ini sedikit pun. Sesuatu ketidakenakan apa saja yang didapatkan seorang hamba adalah disebabkan dosa yang diperbuatnya. Padahal (dosa-dosa) yang diampuni Allah swt. lebih banyak, sebagaimana firman Allah swt.
] وَماَ أَصاَبَكُمْ مِنْ مُصَيْبَةٍ فَبِماَ كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْ عَنْ كَثيْرٍ [
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. 42: 30)
Urgensi Mendidik Anak-Anak
Untuk mewujudkan generasi yang baik diperlukan pendidik yang mukhlis dan murni niatnya karena Allah swt. dan hanya mengharap keridhaanNya disamping mampu menghadirkan contoh yang patut ditiru dalam segala hal kebaikan karena orang yang tidak memiliki sesuatu tidak dapat memberikan apa-apa.
Amer bin Utbah berwasiat kepada orang yang mendidik anaknya, “Wahai Abu Abd. Shamad, yang pertama harus Anda lakukan dalam memperbaiki anak-anakku adalah perbaikan dirimu sendiri karena mata mereka jeli dengan keberadaan dirimu. Kebaikan menurut mereka adalah apa yang Anda lakukan dan keburukan menurut mereka adalah apa yang Anda tinggalkan.”
Kaum Perempuan Antara Cahaya Islam dan Kegelapan Jahiliyah
Dahulu di zaman jahiliyah, masyarakat lebih mencintai anak laki-laki dan mendahulukannya daripada anak perempuan. Bahkan di antara mereka ada yang membenci dan menjauhi istrinya karena melahirkan anak perempuan, bukan anak laki-laki. Demikianlah, yang disukai oleh mereka adalah kehamilan anak laki-laki karena mereka orang-orang yang senang perang. Oleh karena itu, kesenangan mereka terhadap anak laki-laki tersebut lahir dari tabiat kehidupan mereka.
Kemudian, datanglah Islam dengan sinarnya yang cemerlang bagai matahari yang menyinari seluruh peloksok negeri dan semua penghuninya. (Setelah lama umat manusia membenci anak perempuan kaum jahiliyah) tiba-tiba Islam menyeru dengan lantang dengan keutamaan mendidik anak perempuan. Islam menawarkan banyak kebaikan dan pahala yang besar atas mendidik anak perempuan bagi orang melaksanakan tugas mulia ini.
Lebih dari itu, sebagian orang Arab dahulu karena kedunguan dan kebodohan mereka terhadap sifat-sifat Tuhan, mereka menguburkan hidup-hidup anak perempuan ke dalam tanah. Sebaliknya dari itu, Islam telah menjadikan berbuat ihsan terhadap anak perempuan sebagai qurbah (pendekatan diri kepada Allah) yang akan mengantarkan seorang muslim, baik laki-laki maupun perempuan, kepada kebahagiaan di akhirat dan terbebas dari neraka. Oleh karena itu, tidak seyogyanya membeda-bedakan perlakuan antara anak laki-laki dan anak perempuan karena kedua-duanya merupakan anugerah dari Allah swt.
Perinsip lebih mencintai anak laki-laki ketimbang anak perempuan ini merupakan kegelapan jahiliyah. Yang sangat disayangkan adalah bahwa hal ini masih ada pengaruhnya hingga sekarang, dimana masalah ini di sebagian masyarakat, menguat, tapi di sebagian masyarakat lain melemah. Hal ini kembali kepada kuat atau lemahnya keimanan kepada Allah swt..
Keutamaan Mendidik Anak Perempuan dengan Kesabaran
Di antara anak-anak perempuan banyak yang muslimah, mukminah, ahli ibadah, jujur, sabar, khusyu', tekun shalat dan puasa, banyak bersedekah dan banyak bedzikir. Bahkan kita dapat saksikan di zaman kita sekarang banyak dari anak-naka perempuan kita –segala puji bagi Allah– sudah banyak perhatian kepada zikir, ibadah dan berinfak di jalan Allah swt. Kita dapatkan adanya perlombaan di markas-markas liburan musim panas yang banyak diikiti oleh kaum putri. Ketika mereka diseru untuk berinfak, kita banyak mendapatkan mereka bersedekah dengan perhiasan mereka. Hal ini mengingatkan kita pada tindakan shahabiyat atau para wanita di zaman Rasulullah saw. Kenikmatan seperti itu hendaknya tetap dilestarikan, sebagaimana yang diberitakan oleh Nabi saw. dalam sabdanya:
"لاَ يَزاَلُ طاَئِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ قاَئِمَةً عَلىَ الْحَقِّ مَنْصُوْرَةً لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خاَلَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أمْرُ اللهِ"
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tegak di atas kebenaran dan senantiasa ditolong. Mereka tidak akan mundur oleh celaan orang yang mencela dan menentang hingga pertolongan Allah datang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Para anak perempuan itu merupakan buah hati dan penenang jiwa para orang tua di kala masih hidup maupun setelah meninggal dunia. Sebagaimana mereka adalah karunia dari Allah swt. kepada hambaNya yang dikehendaki, bukankah mereka juga adalah (manusia) sebagai ibu, saudari atau istri? Kalau sudah jelas seperti ini, siapa lagi yang akan membenci dan tidak mau mendidik anak perempuan?!
Sebenarnya, mendidik anak perempuan itu akan menjadi penghalang dari api neraka. Diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwa ia berkata: "Ada seorang wanita masuk besama dua anak perempuannya seraya meminta diberi sesuatu. Akan tetapi aku tidak mendapatkan sesuatu untuk diberikan kecuali sebutir buah kurma. Aku berikan sebutir buah kurma tersebut kepadanya. Kemudian si ibu itu membaginya kepada kedua anaknya. Sementara ia sendiri tidak makan. Kemudian mereka keluar dan pergi. Ketika Nabi saw. datang dan masuk kepada kami, aku beritahukan kisah ini kepadanya. Kemudian beliau berkata:
"مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ الْبَناَتِ بِشَيْءٍ فَأَحْسَنَ إلَيْهِن كُنَّ لَهُ سِتْراً مِنَ النّاَرِ"
“Barangsiapa yang diuji dengan mendapatkan anak peremuaan kemudian ia berbuat baik kepada mereka (dengan mendidiknya) maka anak perempuan itu akan menjadi penghalang baginya dari sentuhan api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam hadits ini terdapat indikasi yang jelas atas ketinggian kasih sayang ibu yang tidak terhingga. Dan sabda Nabi saw. ini juga menunjukkan bahwa hal itu bisa dicapai dengan ujian mendapat satu anak perempuan saja.
Mendidik anak perempuan dapat mengantarkan masuk ke surga. Diriwayatkan oleh Aisyah ra. ia berkata: “Aku kedatangan seorang ibu miskin yang membawa kedua anak perempuannya. Aku berikan kepadanya tiga butir buah kurma. Kemudian ia memberikan masing-masing dari kedua anaknya satu butir kurma dan yang satu butir lagi ia ambil untuk dimakan sendiri. Akan tetapi, ketika ia akan memakannya, kedua anaknya itu memintanya. Akhirnya satu butir kurma itu dibelah dua dan diberikan kepada mereka berdua. Kejadian itu mengagumkanku. Maka, aku ceritakan hal itu kepada Nabi saw. Dengan demikian beliau bersabda:
"إِنَّ اللهَ قَدْ أوْجَبَ لَهاَ بِهاَ الْجَنَّةِ، أَوْ أَعْتَقَهاَ بِهاَ مِنَ الناَّرِ"
“Allah saw. mengharuskan ibu itu masuk surga atau membebaskannya dari neraka disebabkan kasih sayangnya terhadap anak perempuannya.” (HR. Muslim)
Kejadian ini persis dengan kejadian yang dikisahkan pada hadits yang sebelumnya. Akan tetapi, pengorbanan seorang ibu dalam kejadian di hadits ini lebih nampak dan sifat itsar (memperioritaskan orang lain atas diri)nya lebih besar dimana ia tidak makan sedikit pun dan mendahulukan kedua anaknya.
Mendidik anak perempuan dapat mengangkat derajat. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra bahwa ia berkata: Rasulullah saw. telah bersabda:
"مَنْ عاَلَ جاَرِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغاَ جاَءَ يَوْمَ الْقِياَمَةِ أناَ وَهَوَ"
“Barangsiapa mengurus dan mendidik dua anak perempuan hingga mereka dewasa maka ia datang di hari kiamat bersamaku.” Beliau merapatkan jari-jemarinya. (HR. Muslim)
Dalam hadits ini terdapat bisyaroh (kabar kembira) yang besar bagi orang yang dikaruniai dua anak perempuan kemudian ia merawat dan mendidiknya dengan baik, dimana ia nanti di hari kiamat masuk dalam kelompok Rasulullah saw. dan senantiasa menyertainya sebagaimana jari telunjuk dan jari tengah akan selalu berdampingan dan dekat ketika digenggamkan. Hal ini cukup menjadi keutamaan dan kebanggaan karena orang yang berada di sisi Rasulullah saw. pada hari yang penuh dengan rasa bingung dan goncang hati Insya Allah akan terjamin dan aman dari kekacauan yang terjadi pada hari itu. Dalam riwayat lain dikatakan,
”مَنْ عاَلَ جاَرِيَتَيْنَ دَخَلْتُ أناَ وَهُوَ الْجَنَّةَ كَهاَتَيْنِ“
“Barangsiapa yang mengurus dua anak perempuan maka aku dan dia akan masuk surga seperti ini.” Beliau berisyarat dengan dua jarinya (telunjuk dan jari tengah). (HR. Tirmidzi)
Pengertian hadits ini adalah bahwa orang seperti itu akan termasuk assabiqunal-awwalun (yaitu orang-orang yang lebih dahulu) dalam masuki surga.
Mengenai keutamaan merawat dan mendidik satu anak perempuan saja, diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
”مَنْ كاَنَتْ لَهُ أُنْثَى فَلَمْ يَئِدْهاَ وَلَمْ يُهِنْهاَ وَلَمْ يُؤْثِرْ وَلَدَهُ عَلَيْهاَ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ“
“Barangsiapa mempunyai satu anak perempuan kemudian ia tidak menguburkannya hidup-hidup, tidak menghinakannya dan tidak mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan maka Allah akan memasukannya ke dalam surga.” (HR. Abu Dawud)
Dalam hadits yang mulia ini, Rasulullah saw. menerangkan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang ingin masuk surga, yaitu dengan berbuat ihsan terhadap anak perempuan dengan rincian sebagai berikut:
1. Merawatnya hidup dan tidak menguburkannya hidup-hidup seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah.
2. Memuliakan, memelihara dengan baik dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang, kebanggaan dan penghormatan tanpa merendahkan ataupun menghinakan
3. Tidak mengutamakan anak laki-laki ketimbang anak perempuan dalam memperlakukan mereka
Barangsiapa yang dapat merealisasikan tiga syarat di atas maka ia sangat patut untuk mendapatkan pahala tersebut di atas yaitu masuk surga.
Mendidik anak perempuan dan mentarbiyahnya akan menjadi tabir dan penghalang dari api neraka. Diriwayatkan dari Uqbah bin Nafie ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,
"مَنْ كاَنَ لَهُ ثَلاَثُ بَناَتٍ فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ وَأَطْعَمَهُنَّ وَسَقاَهُنَّ وَكَساَهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ حِجاَباً مِنَ النّاَرِ يَوْمَ الْقِياَمَةِ"
“Barangsiapa memiliki tiga anak perempuan kemudian ia sabar atas (merawat dan mendidik) mereka serta ia memberi makan dan minum mereka dari apa-apa yang ia dapatkan maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api neraka di hari kiamat.” (HR. Ahmad)
"مَنْ عاَلَ ابْنَتَيْنِ أوْ ثَلاَثَ بَناَتٍ أوْ أُخْتَيَنِ أوْ ثَلاَثَ أخَواَتٍ حَتَّى يَمُتْنَ أوْ يَمُوْتُ عَنْهُنَّ كُنْتُ أناَ وَهُوَ كَهاَتَيْنِ"
“Barangsiapa yang menanggung dua atau tiga anak perempuan; dua atau tiga saudara perempuan hingga mereka meninggal dunia atau ia lebih dahulu meninggal dunia maka aku dan dia seperti dua ini.” (Shahih al Jami')
Beliau berisyart dengan dua jarinya; telunjuk dan jari tengah. Dalam riwayat lain dikatakan,
“Barangsiapa yang mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan kemudian ia bertakwa kepada Allah swt. dan menanggung keperluan mereka maka ia kan bersamaku di surga.” Beliau berisyarat dengan jari jemarinya.
Kesunahan Menyambut Kelahiran Anak Perempuan
Tatkala bisyarah (kabar gembira) menyenangkan seseorang maka disunahkan bagi seorang muslim segera menyatakan kegembiraannya terhadap saudaranya yang mendapat bisyarah tersebut. Tidak boleh dibedakan antara bisyarah dengan anak laki-laki atau dengan anak perempuan.
Shalih putra Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Bila ayahku mendapat keturunan anak perempuan, beliau berkata: Para nabi dahulu adalah bapak-bapak dari anak-anak perempuan.”
Abu Bakar bin al Mundzir mengatakan dalam kitab al Ausath, kami meriwayatkan dari al Hasan al Bashri bahwa ada seorang laki-laki datang kepadanya dan secara kebetulan di sisinya ada laki-laki lain yang telah mendapat kelahiran bayi laki-laki kemudian laki-laki yang baru datang tadi mengucapkan selamat kepadanya dengan ungkapan, (يُهَنِّئُكَ الْفاَرِسُ) artinya, “Anda disambut oleh penunggang kuda!”. Al Hasan menegurnya, “Dari mana kamu tahu, ia penunggang kuda atau himar?” Kemudian ia bertanya, “Jadi, kita harus mengatakan apa?” al Hasan Bashri menjawab, katakanlah:
” بُوْرِكَ فِي الْمَوْهُوْبِ، وَشَكَرْتَ الواَهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ “
Semoga anak yang diberikan itu diberkati. Semoga engkau bisa bersyukur kepada Allah sebagai Pemberi. Semoga anak itu sampai dewasa. Dan semoga engkau mendapat baktinya.
Seorang sastrawan berkata kepada orang yang dikaruniai anak perempuan, “Semoga Allah memberkati Anda pada anak perempuanmu yang akan dapat diambil faidah. Semoga anak itu dijadikan hiasan dan balasan baik untuk Anda atas merawatnya. Oleh karena itu, Anda jangan membenci anak-anak perempuan karena mereka adalah ibu, saudara perempuan, ataupun bibi. Di antara mereka ada yang shalihah, ahli ibadah, dan yang pandai menjaga diri ketika sendirian dengan pemeliharaan Allah.”
Kami ingin menuangkan sebuah percakapan indah antara dua sahabat Nabi yang agung, yaitu Mu’awiyah bin Abu Sufyan dan Amer bin al Aash. Suatu ketika Amer bin Ash masuk kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan sementara di sisi beliau ada putrinya yang bernama, Aisyah. Amer bertanya, “Siapakah anak perempuan ini, wahai Amirul mukminin?” Mu’awiyah menjawab, “Ini adalah buah hatiku.” Amer berkata, “Singkirkan dia dari Baginda!” Mu’awiyah balik bertanya, "Mengapa?” Amer menjawab, “Demi Allah, perempuan itu akan melahirkan musuh-musuh, akan mendekatkan yang jauh, dan akan menimbulkan kedengkian.” Mu’awiyah berkata, “Kamu jangan bicara seperti itu, wahai Amer! Demi Allah, tidak ada yang seperti kaum perempuan. Mereka dapat merawat orang-orang sakit, membantu meringankan kesedihan dan berbakti kepada yang masih hidup.” Amer berkata: “Aku tidak mengenal tuan kecuali tuan membuatku menyenangi mereka (kaum hawa). Ketika aku masuk kepada tuan, aku merasakan bahwa tidak ada yang aku lebih benci di atas permukaan bumi ini selain mereka. Dan sekarang aku keluar dari sisi tuan sungguh tidak ada yang aku lebih cintai daripada mereka.”
Ada kisah lain yang menarik, yaitu seorang laki-laki bernama Abu Hamzah ad-Dhabiy menikah dengan seorang wanita. Sedangkan anak-anak yang dilahirkan oleh istri tersebut perempuan semua, tidak adak yang laki-laki. Kemudian ia menikah lagi dengan wanita lain. Sementara anak-anaknya dari perempuan yang kedua ini laki-laki semua. Kemudian muncul dalam pikirannya untuk menjauhi istrinya yang hanya melahirkan anak perempuan. Dan, benar ia menjauhinya. Pada suatu hari, sang istri itu berkata kepadanya (dengan syair):
Mengapa Abu Hamzah tidak mendatangi kami
Ia senantiasa tinggal di rumah dekat kami
Ia marah karena anak laki-laki tak lahir dari kami
Demi Allah, hal itu bukan di tangan kami
Kami hanya bagai ladang yang siap ditanami
Kami hanya menumbukan (benih) yang ditanam pada kami
Suatu pelajaran lain yang menarik: Seorang a’rabi (baduy) memiliki dua istri; yang satu melahirkan anak perempuan dan yang lain melahirkan anak laki-laki. Kemudian wanita yang melahirkan anak laki-laki menimang-nimang anaknya mencemooh madunya dengan melantunkan syair:
· Segala puji bagi Allah yang Agung Maha Tinggi
· Aku diselamatkan dari melahirkan perempuan
· (Aku selamat) dari segala cemoohan seperti kantong air yang lapuk
· Yang tak kan dapat menangkal gangguan menimpa keluarga
Isetri yang melahirkan anak perempuan mendengar syair tersebut. Maka, ia maju menimang anaknya seraya melantunkan syair pula:
· Tidak mengapa aku punya anak perempuan
· Ia akan membantuku dan menjadi permata mahal
· Ia kan mengambilkan kerudungku yang jatuh
· Sehingga apabila ia sampai usia delapan tahun,
· Aku akan memakaikannya cadar buatan Yaman
· Dan kunikahkan ia dengan Marwan atau Mu’awiyah
· (yaitu) Orang-orang jujur dan memberi mahar yang besar
Perawi cerita ini mengatakan, ungkapan syair tersebut didengar oleh Marwan kemudian ia menikahinya dengan mas kawin seratus ribu mitsqal emas. Ia menyatakan, “Sungguh ibu dari gadis ini sangat layak untuk tidak salah dugaanya dan tidak mengkhianati janjinya.”
Mu’awiyah berkata: “Andaikata Marwan tidak menikahinya lebih dahulu, pasti aku akan menikahinya dengan mahar yang berlipat ganda. Akan tetapi, ia tidak berhak dihalangi dari silaturrahim.” Kemudian Mu’awiyah mengirim hadiah baginya dua ratus ribu dirham.
Penyair lain yang sangat perhatian kepada anak-anak perempuan dan berat hati untuk meninggalkan mereka, berkata:
Andaikan tak ada anak perempuan bagai anak-anak burung
Yang berpindah-pidah dari suatu tempat ke tempat lain
Maka, aku akan selalu gelisah di bumi yang luas ini
Anak-anak kami selalu bersama kami meski pergi ke sana ke mari
Andaikan angin menyapu sebagian mereka (meninggal dunia)
Niscaya mataku tidak dapat dipejamkan
Di sini ada permasalahan penting, yaitu bahaya melalaikan anak perempuan, baik dalam mendidik, memberikan cinta dan kasih sayang atau kasar dalam mendidik yang akan menimbulkan pengaruh buruk. Oleh karena itu, para orang tua, baik bapak ataupun ibu, wajib memberi perhatian penuh terhadap anak-anak perempuan mereka sebagai pengamalan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi:
"كُلُّكُمْ راَعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ"
“Setipa kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimipinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal itu merupakan amanah yang dipikul oleh setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan, baik seorang ayah, ibu, saudara laki-laki ataupun saudara perempuan. Maka oleh karena itu, setiap orang mempunyai tanggung jawab sesuai kesanggupan dan kemampuannya atas melakukan tanggungjawab dan atas kedekatan kekerabatannya.
Termasuk dalam maslah ini adalah memperhatikan hijab untuk anak perempuan dengan membelikan busana muslimah yang akan memberikan keanggunan kepadanya. Dan mengenakan busana muslimah ini hendaknya menjadi adat dan kebiasaanya di setiap kondisi dan keadaan sehingga anak perempuan tersebut mantap dalam keimanannya yang dilidungi dengan rasa malu. Sengat tepat seorang penyair yang berkata:
الأُمُّ مَدْرَسَةٌ إذاَ أعْدَدْتَهاَ أعْدَدْتَ شَعْباً طَيِّبَ الأَعْراَقِ
Seorang ibu bagaikan madarasah yang jiak Anda mempersipakannya
maka Anda telah mempersiapkan suatu bangsa yang berakhlak baik
Anak perempuan tersebut perlu diajarkan al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. lebeih-lebih di zaman sekarang yang penuh gelombang dekadensi moral yang diarahkan oleh musuh-musuh Islam kepada kaum muslimin di setiap negeri. Bisa jadi akan lebih bahaya lagi di negeri ini (Saudi Arabia) karena merupakan benteng terakhir dari pertahanan Islam kecuali Allah swt. menghendaki lain. Di negeri ini (Saudi) Alhamdulillah masih terdapat khisymah (kehormatan wanita dengan pakaiannya yang islami) dan iffah (keterpeliharaan diri) dan masih banyak masyarakat besar maupun kecil yang menjaga anak-anak perempuannya dan antusias mendidik mereka dengan buku-buku yang menfaat, kaset-kaset islami dan mengajarkan kitab suci al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Alhamdulillah masih kita dapat saksikan di negeri ini pada setiap saat halaqah-halaqah yang mengajarkan hapalan al Qur’an al Kariem; di setiap kota maupun kampung. Bahkan kita dapatkan –alhamdulillah– banyak kaum wanita yang hapal al Qur’an disamping banyaknya madrasah tahfizh al Qur’an untuk kaum putri di waktu pagi yang disediakan dan dilindungi oleh pimpinan urusan wanita. Ini merupakan karunia Allah swt. yang diberikan kepada negeri ini dimana para pemimpinannya diberi kesungguhan untuk memperhatikan bidang-bidang yang baik ini.
Jika dapat disatukan semua usaha dan perjuangan dari orang tua anak, para penanggung jawab di pemerintahan dan para pendidik dan pembina untuk melaksanakan tugas suci ini maka dengan izin Allah swt. kita akan dapat memetik buahnya yang nyaman dalam pendidikan anak-anak perempuan dan dapat mengantarkan mereka kepada kehidupan yang aman, nyaman dan tentram serta menyelamatkan mereka dari pengaruh parabola dan internet yang kebanyakannya membahayakan meskipun ada kebaikannya.
Oleh karena itu, setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, hendaknya paham dan menyadari adanya bahaya yang mengintai di sekelilingnya sehingga ia akan membentengi keimanan anak-anak, keluarga dan orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya sebagai pengamalan firman Allah swt. sebagai berikut:
] ياَ أَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ ناَراً وَقُوْدُهاَ النَّاسُ وَالْحِجاَرَةُ [
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. 66: 6)
Kalau kita melaksanakan hal ini maka dengan izin Allah kita akan dapat membentengi anak-anak kita dengan benteng keamanan, keimanan dan kekuatan ilmu dan pengetahuan yang punya pengaruh besar untuk kesalehan anak-anak kita. Generasi akhir umat ini (seperti kita) tidak akan menjadi baik kecuali dengan sarana perbaikan yang digunakan oleh generasi awalnya (salaf saleh), yaitu menaruh perhatian besar kepada kitab Allah, al Qur’anul-Kariem, dengan rutin membacanya, mentadabburi maknanya dan mempelajari kandungannya. Demikian pula penuh perhatian dengan sunnah Rasulullah saw. sebagai implementasi sabdanya:
"تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ ماَ إنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِماَ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدِيْ أبَداً"
“Aku tinggalkan pada kalian dua pusaka yang kalian tidak akan tersesat sepeninggalku untuk selamanya jika kalian berpegang teguh dengan keduanya, yaitu: kitab Allah, al Qur’an dan sunnahku.” (HR. Al Hakim dan dishahihkan oleh al Albani)
Apabila kita mengamalkan hal ini maka dengan izin Allah kita akan mampu menguasai situasi dan kondisi masa kini dan mengembalikan tipu daya musuh kepada tengkuk leher mereka. Lebih dari itu, Nabi kita Muhammad saw. memberi kabar gembira kepada kita dengan sabdanya:
” لاَ تَزاَلُ طاَئِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ عَلىَ الْحَقِّ مَنْصُوْرَةً، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خاَلَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيْ أَمْرُ اللهِ “
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang ditolong dalam menegakkan kebenaran. Mereka tidak akan goyah karena adanya orang yang menghinakan atau orang yang menentang hingga datang peputusan dari Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, Anda semua; baik orang tua ataupun saudara dan saudari hendaknya takut kepada Allah swt. Kita harus punya perhatian penuh terhadap anak-anak perempuan; jangan sampai menyia-nyiakan mereka. Kita jangan memberikan kesempatan kepada setan masuk untuk merusak mereka. Kita harus pandai menggunakan alat-alat modern ini, baik prangkat telphon ataupun internet, dalam hal-hal yang bermanfaat dengan menjaga dan mengawasi mereka secara ketat, dengan kejujuran, keikhlasan dan penuh perhatian. Kalau kita sudah dapat melaksanakan hal ini maka akan mampu mengkanter tipu daya musuh Islam.
Alat-alat hasil teknologi modern ini kita gunakan dalam hal-hal yang bermanfaat bagi kita; dalam urusan agama ataupun urusan dunia. Dengan alat tersebut kita dapat menghemat waktu dan menghimpun ilmu pengetahuan, tetapi dengan syarat yang ketat. Hati-hatilah dan berilah perhatian penuh dengan pengawasan yang ketat terhadap anak-anak perempuan. Bersihkan rumah kita dari alat-alat permainan yang mudaratnya lebih besar ketimbang manfaatnya. Apabila hal ini berhasil kita tegakkan maka dengan izin Allah kita akan menjadi para anggota pemelihara dan penjagagawang bagi diri kita sendiri, bagi keluarga, masyarakat dan negara kita yang semoga Allah menjaganya dengan tegaknya Islam dan memberi kemudahan untuk menjalankan segala yang maslahat bagi Islam dan kaum muslimin.
Saudara-saudaraku, kalau kita betul-betul menjaga dan memelihara anak-anak perempuan maka kita akan memetik buahnya di dunia dengan kebaikan dan bakti mereka terhadap kita dan dengan mendapat anak cucu yang shalih dan shalihah. Adapun keuntungan di akhirat maka hal itu tidak diragukan lagi. Rasulullah saw pernah bersabda:
"إذا ماَتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ: صَدَقَةٍ جاَرِيَةٍ، أوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أوْ وَلَدٍ صاَلِحٍ يَدْعُوْ لَهُ"
“Apabila seorang manusia mati maka segala amalannya akan terputus kecuali tiga perkara, yaitu: pertama, shadakoh jariah, kedua, ilmu yang bermanfaat, ketiga, anak shalih yang mendo’akan.” (HR. Muslim)
Ini merupakan kabar gembira yang ada dalam hadits Rasulullah saw. bagi para bapak dan para ibu, bahkan para pendidik, para guru dan para pembina akhlak. Syekh Abd. Rahman as-Sa’diy dalam mengomentari ungkapan Rasul saw. “anak shalih yang mendo’akan” bekata: “Seluruh pengaruh amal yang sampai kepada seorang hamba ada tiga perkara: Pertama, hal-hal yang diamalkan oleh orang lain, tapi hasil didikan dan pengarahan dari dia. Kedua, segala yang diambil manfaat oleh orang lain; manfaat apa saja, seperti mengikuti kebaikan yang pernah dilakukannya. Ketiga, hal-hal yang diamalkan oleh orang lain kemudian dihadiahkan atau dimohonkan kepada Allah agar pahalanya disampaikan kepadanya, termasuk sedekah yang diatasnamakan dia dan do’a yang dikirimkan kepadanya. Semua ini bisa saja dilakukan oleh anak-anaknya sendiri, anak-anak didiknya, sanak saudara atau para sahabat; bahkan setiap kaum muslimin sesuai dengan kedekatannya dengan agama."
Oleh karena itu, bahagia bagi Anda yang mengajarkan kebaikan kepada umat dan bahagia juga bagi para guru dan para pembimbing masyarakat, yaitu dengan akan meraih kebaikan dan pahala yang mengalir sepanjang ilmu yang diajarkan itu terus diamalkan dan berantai kepada yang mengajarkan seterusnya. Rasulullah saw bersabda:
"إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِ النّاَسِ الْخَيْرَ"
“Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya berselawat bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada umat manusia.” (HR. Tirmidzi)
Demikian pula patut disampaikan selamat kepada para pengajar tahfizh al Qur’an; baik perlajar putera maupun pelajar puteri, yaitu dengan mendapatkan kebaikan yang disabdakan oleh Rasulullah saw.
"خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ"
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari)
Oleh karena itu semua, apabila seluruh usaha dari semua pihak; orang tua, para penanggung jawab pendidikan, masyarakat dan sistem pengajaran, dikerahkan menjadi satu maka insya Allah kita akan mampu menghadang tipu daya musuh-musuh Islam dan dengan izin Allah kita akan dapat memperbaiki bangsa dan negara dalam urusan dunia dan agama.
Aku memohon kepada Allah swt. dengan nama dan sifat-sifatNya yang tinggi, semoga Allah memperbaiki anak-anak perempuan dan keturunan kita, memberi kejelian mengetahui titik-titik kelemahan diri, memberi petunjuk ke jalanNya, dan memperbaiki para pemimpin dan yang mengatur urusan kita. Semoga Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk melakukan segala yang membawa kebaikan bangsa dan negara. Semoga Allah mengaruniai mereka dan kita semua dengan mendapatkan kawan dan pendukung yang baik. Semoga Allah memberi aku keikhlasan dalam berkata dan berbuat beserta ketabahan untuk itu. Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang mengurusi semua dan maha mampu untuk itu. Terakhir ucapan dalam do’a kami al hamdu lillahi rabbil-‘alamin. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya semua.
Aku memohon kepada Allah; semoga kita diberi manfaat dalam apa-apa yang kita ketahui dan mengajarkan kita apa-apa yang bermanfaat bagi kita. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya semua.