TIGA LANDASAN UTAMA
Artikel ini diterjemahkan ke dalam
- العربية - Arabic
- ગુજરાતી - Unnamed
- Akan - Akan
- עברית - Hebrew
- فلبيني مرناو - فلبيني مرناو
- português - Portuguese
- தமிழ் - Tamil
- አማርኛ - Amharic
- Soomaali - Somali
- Türkmençe - Turkmen
- afaan oromoo - Oromoo
- ქართული - Georgian
- Afaraf - Afar
- Kurdî - Kurdish
- ትግርኛ - Tigrinya
- অসমীয়া - Assamese
- Kiswahili - Swahili
- ಕನ್ನಡ - Kannada
- Chichewa - Nyanja
- Wikang Tagalog - Tagalog
- Hausa - Hausa
- नेपाली - Nepali
- español - Spanish
- italiano - Italian
- മലയാളം - Malayalam
- latviešu - Latvian
- Kurdî - Kurdish
- Tiếng Việt - Vietnamese
- Nederlands - Dutch
- قمري - قمري
- ትግርኛ - Tigrinya
- svenska - Swedish
- ไทย - Thai
- پښتو - Pashto
- Français - French
- English - English
- Ўзбек - Uzbek
- 中文 - Chinese
- Türkçe - Turkish
- فارسی - Persian
- Èdè Yorùbá - Yoruba
- Hausa - Hausa
- हिन्दी - Hindi
- bahasa Melayu - Malay
- Pulaar - Fula
- тоҷикӣ - Tajik
- Soomaali - Somali
- нохчийн мотт - Chechen
- Русский - Russian
- bosanski - Bosnian
- తెలుగు - Telugu
- suomi - Finnish
Klasifikasi
Full Description
Tiga Asas Agama beserta Dalilnya
Penyusun: Syaikhul-Islām Muhammad bin Abdul Wahab
Kata Pengantar Penerbit
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dan semoga selawat dan salam senantiasa tercurahkan untuk Nabi kita, Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, keluarga beliau, para sahabat beliau, dan seluruh manusia yang mengikuti petunjuknya hingga hari pembalasan. Amabakdu:
Sesungguhnya perkara terpenting dan teragung yang harus diperhatikan dan dituntut oleh seorang muslim adalah memahami permasalahan yang berkaitan erat dengan perkara-perkara akidah dan pokok-pokok ibadah; sebab kemurnian akidah dan sikap ittibā' (ketundukan) terhadap dua dasar tersebut merupakan tolok ukur diterimanya berbagai amalan dan kebermanfaatannya bagi hamba yang melakukannya.
Allah -Ta'ālā- telah memuliakan umat ini dan menganugerahkan pada mereka berbagai kemudahan, berupa adanya para ulama penebar ajaran agama dan penerang kegelapan; merekalah yang senantiasa menerangi jalan kebenaran; menjelaskan kewajiban yang harus ditunaikan oleh umat ini dan larangan yang harus dijauhinya; serta menerangkan hal-hal yang dapat mendatangkan mudarat maupun yang mendatangkan maslahat dari berbagai perkara agama yang samar ataupun yang jelas. Semoga Allah -Ta'ālā- membalas jasa baik mereka terhadap agama Islam dan kaum muslimin dengan sebaik-baiknya balasan.
Di antara para ulama yang paling mulia dan termasyhur adalah Syaikhul-Islām serta panutan bagi manusia, Al-Imām Muhammad bin Abdul Wahab -raḥimahullāh-, yang semoga Allah -Ta'ālā- memperbanyak ganjaran pahala beliau serta memasukkannya ke dalam surga-Nya tanpa hisab. Beliau telah berjuang keras dalam menyampaikan ajaran agama ini dengan berbagai hujah, serta berjihad dengan tulisan, lisan, dan senjata (turun di medan perang). Sehingga lewat jihad beliau ini, Allah menyelamatkan banyak manusia dari gelapnya kekufuran dan kejahilan menuju cahaya ilmu dan iman.
Buku yang ada di hadapan pembaca ini mencakup tiga karya penting beliau, yaitu: 1- Tiga Asas Agama beserta Dalilnya, 2- Syarat-syarat Salat beserta Wajib-wajib dan Rukun-rukunnya, dan 3- Empat Kaidah Agama.
Buku-buku ini termasuk di antara karya beliau yang amat penting dan paling komprehensif dalam membahas pokok-pokok akidah dan ibadah. Di dalamnya, beliau -raḥimahullāh- merangkum berbagai kewajiban yang harus diketahui dan diamalkan oleh seorang seorang muslim terkait perkara-perkara agamanya yang paling urgen.
Di samping itu, beliau mengingatkan pula kepada setiap muslim dari berbagai syubhat para dai kesyirikan yang senantiasa berusaha menghembuskannya kepada masyarakat muslim dengan dalih bahwa kesyirikan itu hanya terbatas pada permasalahan rubūbiyyah semata. Oleh karena itu, beliau berusaha menjelaskan letak kesalahan mereka dan membantah syubhat-syubhat mereka berdasarkan Al-Qur`ān dan Sunnah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Beliau sengaja menyusun buku ini untuk ditujukan kepada para pemula. Oleh karena itu, beliau berupaya menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dan ringkas agar membuahkan hasil yang baik dan manfaat yang besar; sehingga anak kecil pun dapat memahaminya dengan mudah, begitu pula orang dewasa. Sebab itu, manfaat dan faedah dari kitab ini mampu dirasakan dan dijangkau oleh seluruh kalangan usia lantaran urgen dan agungnya tema pembahasannya.
Dengan pertimbangan besarnya manfaat buku-buku ini yang tampak dari kemudahan bahasanya serta keagungan dan urgensi tema bahasannya, maka Kementerian Urusan Agama, Wakaf, Dakwah dan Bimbingan Islam lewat Unit Percetakan dan Penerbitan yang ada di bawah naungannya memandang bahwa buku-buku ini sangat diprioritaskan untuk mendapat perhatian dan diterbitkan; sebagai bentuk sumbangsih dalam mendakwahkan agama Islam yang lurus ini dengan cara yang bijak dan metode yang benar, serta sebagai wujud nasihat yang merupakan hak bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan seluruh kaum muslimin.
Kami memohon kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- agar senantiasa memberikan taufik kepada seluruh kaum muslimin untuk memahami ajaran agama-Nya serta mengamalkannya berdasarkan Al-Qur`ān dan Sunnah Rasul-Nya, karena sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat. Juga, mudah-mudahan Allah selalu mencurahkan selawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarga dan seluruh sahabat beliau.
Direktur Urusan Percetakan dan Penerbitan di Kementerian Urusan Agama, Wakaf, Dakwah dan Bimbingan Islam
( Dr. Abdullah bin Ahmad Az-Zaid )
Perkara yang Wajib Dipelajari oleh Seorang Muslim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Saudaraku, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada Anda. Ketahuilah, bahwa kita semua wajib mempelajari empat persoalan, yaitu:
1- Ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya, dan mengenal agama Islam berdasarkan dalil-dalilnya.
2- Mengamalkan ilmu tersebut.
3- Mendakwahkannya.
4- Bersabar dalam menghadapi segala rintangan dalam semua itu. Dalil semua ini adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Demi masa! Sesungguhya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, dan saling menasihati supaya menaati kebenaran, dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran."
Imam Syafi'i -raḥimahullāh- mengatakan, "Seandainya Allah hanya menurunkan surah ini sebagai hujah atas makhluk-Nya, maka ia sudah cukup sebagai hujah bagi mereka."
Imam Bukhari -raḥimahullāh- juga berkata,
"Bab: Ilmu Didahulukan Sebelum Ucapan dan Perbuatan. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, 'Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.' Dalam ayat ini, Allah memerintahkan terlebih dahulu untuk berilmu (berpengetahuan) sebelum ucapan dan perbuatan."
Saudaraku, yang semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada Anda. Ketahuilah, bahwa wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari dan mengamalkan ketiga perkara ini:
1- Bahwa Allahlah yang menciptakan dan memberi rezeki kepada kita. Allah tidak membiarkan kita begitu saja dalam ketelantaran (tanpa ada tujuan hidup), tetapi mengutus kepada kita semua seorang Rasul; maka siapa yang menaati Rasul tersebut, ia akan masuk surga, dan siapa yang menentangnya pasti akan masuk neraka. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Firaun. Maka Firaun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat." (QS. Al-Muzzammil: 15-16)
2- Bahwa Allah tidak rela jika dalam melakukan ibadah yang ditujukan kepada-Nya, Dia dipersekutukan dengan sesuatu apa pun, baik dengan malaikat yang terdekat dari-Nya atau dengan seorang nabi yang diutus menjadi rasul. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah." (QS. Al-Jinn: 18)
3- Bahwa siapa yang menaati Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta menauhidkan Allah, ia tidak boleh mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekali pun mereka itu keluarga terdekatnya. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekali pun orang-orang itu adalah bapak-bapak mereka, atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, ataupun kerabat mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah tanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan Dia memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida terhadap-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung." (QS. Al-Mujādilah: 22)
Al-Ḥanīfiyyah adalah millah (ajaran) Nabi Ibrahim, yaitu ajaran untuk beribadah kepada Allah semata.
Saudaraku, semoga Allah membimbing Anda untuk taat kepada-Nya! Ketahuilah, bahwa Al-Ḥanīfiyyah yang merupakan ajaran Nabi Ibrahim -'alaihis-salām- adalah dalam bentuk ibadah kepada Allah semata dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Itulah yang diperintahkan Allah kepada seluruh umat manusia dan hanya untuk itulah sebenarnya mereka diciptakan, sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." Makna "ya'budūni (menyembah-Ku)" dalam ayat ini, artinya: yuwaḥḥidūni (mereka menauhidkan-Ku).
Perintah Allah yang paling agung adalah tauhid, yaitu memurnikan ibadah hanya untuk Allah semata.
Sedangkan larangan Allah yang paling besar adalah syirik, yaitu menyembah selain Allah di samping menyembah-Nya. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun." .
Kemudian apabila Anda ditanya, "Apakah tiga asas agama yang wajib diketahui oleh seorang insan?"
Maka Jawablah, "Yaitu seorang hamba harus mengenal Rabb-nya -'Azza wa Jalla-, mengenal agamanya (Islam), dan mengenal Nabinya, Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-."
[Asas Pertama]: Apabila Anda ditanya, "Siapakah Tuhanmu?"
Maka katakanlah, "Tuhanku adalah Allah yang telah memelihara diriku dan memelihara semesta alam ini dengan segala nikmat yang dikaruniakan-Nya. Dialah sembahanku, tiada bagiku sesembahan yang hak selain-Nya. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." Semua yang ada selain Allah adalah alam, dan saya adalah bagian dari alam ini.
Selanjutnya, jika Anda ditanya, "Dengan perantaraan apakah Anda mengenal Rabb-mu?"
Maka jawablah, "Melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya dan melalui ciptaan-Nya. Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Sedangkan di antara ciptaan-Nya ialah tujuh langit dan tujuh bumi beserta segala makhluk yang ada di langit dan di bumi serta yang ada di antara keduanya. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya menyembah." (QS. Fuṣṣilat: 37)
Dan juga firman-Nya, "Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang, yang mengikutinya dengan cepat. Dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah Tuhan semesta alam." (QS. Al-A'rāf: 54)
Rabb inilah yang berhak sebagai sesembahan (ilah). Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Hai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan air hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 21-22)
Ibnu Kaṡir -raḥimahullāh- mengatakan, "Hanya pencipta segala sesuatu yang ada inilah yang berhak untuk diibadahi."
Jenis-jenis Ibadah yang Diperintahkan Allah
Jenis-jenis ibadah yang diperintahkan Allah adalah antara lain; Islam, Iman, Ihsan. Di antaranya yang lain adalah doa, khauf (takut), rajā` (pengharapan), tawakal, ragbah (antusiasme, cinta), rahbah (takut, kecemasan), khusyuk, khasy-yah (takut), inābah (kembali kepada Allah), isti'ānah (memohon pertolongan), isti'āżah (memohon perlindungan), istigāṡah (memohon pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan), żabḥ (penyembelihan), nazar, dan macam-macam ibadah lainnya yang diperintahkan oleh Allah. Dalil (ibadah doa) adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kamu berdoa (menyembah) seorang pun di dalamnya di samping Allah." (QS. Al-Jinn: 18)
Karena itu, siapa yang menyelewengkan ibadah doa tersebut untuk selain Allah, maka ia adalah musyrik dan kafir. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Dan barang siapa berdoa kepada tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung." (QS. Al-Mu`minūn: 117)
Dalilnya dalam hadis adalah: "Doa itu adalah intisari ibadah." . Dalil hal ini ada dalam firman Allah -Ta'ālā-, "Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu.' Sesungguhnya, orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina." (QS. Gāfir: 60)
Dalil khauf (takut) adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Āli 'Imrān: 175)
Dalil rajā` (pengharapan) adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Untuk itu, siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi: 110)
Dalil tawakal (berserah diri) adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Dan hanya kepada Allah hendaklah kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Al-Mā`idah: 23) "Dan siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya." (QS. Aṭ-Ṭalāq: 3)
Dalil ragbah (antusiasme, cinta), rahbah (takut, kecemasan), dan khusyuk (ketundukan) adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap (kepada rahmat Kami) dan cemas (akan siksa Kami), dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami."
Dalil khasy-yah (takut) adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku." (QS. Al-Baqarah: 150, dan Al-Mā`idah: 3)
Dalil inābah (kembali kepada Allah) adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya (dengan menaati perintah-Nya)" (QS. Az-Zumar: 54)
Dalil isti'ānah (memohon pertolongan) adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS. Al-Fātiḥah: 5)
Dan dalilnya dalam hadis adalah: "Apabila kamu memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah."
Dalil isti'āżah (memohon perlindungan) adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, raja manusia."
Dalil istigāṡah (memohon pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan) adalah firman Allah -Ta'ālā-, "(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu untuk dimenangkan (atas kaum musyrikin), lalu Dia memperkenankannya bagimu." (QS. Al-Anfāl: 9)
Dalil żabḥ (penyembelihan) adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Katakanlah, 'Sesungguhnya salatku, ibadahku (sembelihanku), hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)" (QS. Al-An'ām: 162-163)
Dan dalilnya dari Sunnah adalah: "Allah melaknat orang yang menyembelih (binatang) bukan karena Allah."
Dalil nazar adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana." (QS. Ad-Dahr/Al-Insān: 7)
Asas Kedua: Mengenal Agama Islam Beserta Dalilnya
Islam ialah berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan berbagai ketaatan, serta melepaskan diri dari perbuatan syirik dan para pelaku kesyirikan. Agama Islam dalam pengertian tersebut mempunyai tiga tingkatan:
Islam, Iman dan Ihsan; masing-masing tingkatan ada rukun-rukunnya.
Tingkatan Pertama: Islam
Rukun Islam ada lima: 1. Syahadat (pengakuan dengan hati dan lisan) bahwa "Lā ilāha illallāhu – Muḥammad Rasūlullāh" (Tiada sesembahan yang hak selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah) 2. Mendirikan salat. 3. Menunaikan zakat. 4. Puasa Ramadan. 5. Haji ke Baitullāh Al-Ḥarām.
Dalil syahadat ini adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. (Juga menyatakan yang demikian itu) para Malaikat dan orang-orang yang berilmu. Tak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS. Āli 'Imrān: 18) Lā ilāha illallāh artinya: tiada sesembahan yang hak selain Allah. "Lā ilāha" (tiada sesembahan yang hak) adalah penafian segala bentuk sesembahan selain Allah. "Illallāhu" (melainkan Allah) adalah penetapan bahwa ibadah (penghambaan) itu hanya untuk Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya dalam perkara ibadah kepada-Nya, sebagaimana tiada sekutu baginya dalam kekuasaan-Nya. Makna syahadat tersebut diperjelas oleh firman Allah -Ta'ālā-, "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, 'Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah. Tetapi aku menyembah Tuhan yang telah menciptakanku, karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.' Dan (Ibrahim) menjadikannya (kalimat tauhid itu) kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali (kepada kalimat tauhid itu)" (QS. Az-Zukhruf: 26-28)
Juga firman Allah -Ta'ālā-, "Katakanlah (Muhammad), 'Hai Ahli Kitab! Marilah berpegang teguh kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah, kita tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.' Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)'" (QS. Āli 'Imrān: 64)
Adapun dalil syahadat bahwa Muhammad itu Rasulullah, adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang yang mukmin." [ 33] (QS. At-Taubah: 128) Makna syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah ialah: menaati apa yang diperintahkannya, membenarkan apa yang diberitakannya, menjauhi apa yang dilarang serta dicegahnya, dan beribadah kepada Allah dengan apa yang disyariatkannya.
Dalil salat, zakat, dan tafsir kalimat tauhid adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan agama) dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dalil puasa adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Dalil haji adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dan siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. Āli 'Imrān: 97)
Tingkatan Kedua: Iman
Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yang paling tinggi ialah syahadat "Lā ilāha illallāh", sedang cabang yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan, serta sifat malu adalah salah satu cabang keimanan.
Rukun iman ada enam, yaitu: 1. Iman kepada Allah. 2. Iman kepada para Malaikat-Nya. 3. Iman kepada kitab-kitab-Nya. 4. Iman kepada para Rasul-Nya. 5. Iman kepada hari Akhirat. 6. Iman kepada kadar (takdir), yang baik maupun yang buruk.
Dalil keenam rukun ini adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan Nabi-Nabi." (QS. Al-Baqarah: 177)
Dalil kadar (takdir) adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir)" (QS. Al-Qamar: 49)
Tingkatan Ketiga: Ihsan. Rukunnya hanya satu, yaitu:
Beribadah kepada Allah dalam keadaan seakan-akan melihat-Nya, dan jika Anda tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. An-Naḥl: 128)
Juga firman Allah -Ta'ālā-, "Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat), dan (melihat) pula perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Asy-Syu'arā`: 217-220)
Dan juga firman Allah -Ta'ālā-, "Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur`ān dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya." (QS. Yūnus: 61)
Adapun dalilnya dari Sunnah ialah hadis Jibril yang masyhur, yang diriwayatkan dari Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata,
Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, tiba-tiba muncul ke arah kami seorang laki-laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya, tidak tampak pada tubuhnya tanda-tanda telah melakukan safar, dan tiada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau serta meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha beliau, dan berkata, "Ya Muhammad! Beritahukanlah aku tentang Islam." Nabi menjawab, "Yaitu bersyahadat bahwa tiada sesembahan yang hak selain Allah serta Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, melaksanakan puasa Ramadan, dan melaksanakan haji ke Baitullah jika mampu untuk mengadakan perjalanan ke sana." Lelaki itupun berkata, "Engaku benar." Umar melanjutkan, "Kami pun merasa heran kepadanya, ia bertanya kepada beliau, tetapi juga membenarkan beliau."
Lalu ia berkata, "Beritahu aku tentang iman!" Beliau menjawab, "Yaitu beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari Akhirat, serta beriman kepada kadar (takdir) yang baik dan yang buruk." Orang itu pun berkata lagi, "Engaku benar." Kemudian ia berkata, "Beritahu aku tentang ihsan!" Beliau menjawab, "Yaitu Anda beribadah kepada Allah dalam keadaan seakan-akan Anda melihat-Nya. Jika Anda tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." Ia berkata lagi, "Beritahukanlah kepadaku tentang waktu hari kiamat!" Beliau menjawab, "Orang yang ditanya tentang hal tersebut tidak lebih tahu daripada orang yang menanyakannya." Maka orang itu pun berkata, "Beritahukanlah kepada aku (sebagian dari) tanda-tanda kiamat itu!" Beliau menjawab, "Yaitu apabila ada budak wanita melahirkan tuan putrinya dan apabila kamu melihat orang-orang tak beralas kaki, tak berpakaian sempurna, sengsara lagi penggembala domba, saling membangga-banggakan diri dalam membangun bangunan yang tinggi." Umar melanjutkan, Lalu pergilah laki-laki itu, sementara kami berdiam diri dalam waktu yang lama, sehingga Nabi bertanya, "Hai Umar! Tahukah kamu, siapakah orang yang bertanya itu?" ٍSaya menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau pun bersabda, "Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian."
Asas Ketiga: Mengenal Nabi Kalian, Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin 'Abdul-Muṭṭalib bin Hāsyim. Hāsyim berasal dari suku Quraisy, suku Quraisy termasuk bangsa Arab, sedang bangsa Arab termasuk keturunan Nabi Ismail, putra Nabi Ibrahim Al-Khalīl. Semoga Allah melimpahkan kepadanya dan kepada Nabi kita sebaik-baik selawat dan salam.
Beliau berumur 63 tahun; di antaranya 40 tahun sebelum beliau menjadi Nabi dan 23 tahun sebagai Nabi serta Rasul. Beliau diangkat sebagai nabi dengan wahyu "Iqra`" (QS. Al-'Alaq: 1-5), dan diangkat sebagai rasul dengan turunnya Surah Al-Muddaṡṡir. Negeri asal beliau adalah Mekah. Beliau diutus oleh Allah untuk menyampaikan peringatan dari kesyirikan dan mengajak kepada tauhid. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Wahai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah, lalu sampaikanlah peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah. (QS. Al-Muddaṡṡir: 1-7)
Makna "sampaikanlah peringatan" ialah: menyampaikan peringatan untuk menjauhi syirik dan mengajak kepada tauhid. Makna "Dan Tuhanmu agungkanlah" ialah: agungkanlah Dia dengan menauhidkan-Nya. Makna "Dan pakaianmu bersihkanlah" ialah: sucikanlah semua amalanmu dari kesyirikan, Makna "Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah" ialah bahwa "perbuatan dosa" artinya: berhala-berhala, sedang "tinggalkanlah" artinya: jauhkan serta bebaskan dirimu darinya dan dari orang-orang yang memujanya.
Beliau pun melaksanakan perintah ini selama 10 tahun dalam rangka mendakwahkan tauhid. Setelah sepuluh tahun itu, beliau dimikrajkan (diangkat naik) ke atas langit dan disyariatkan kepada beliau salat lima waktu. Beliau melakukan salat di Mekah selama tiga tahun. Sesudah itu, beliau diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah. Makna hijrah adalah berpindah dari negeri kesyirikan ke negeri Islam. Hijrah ini merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan umat Islam dengan berpindah dari negeri kesyirikan ke negeri Islam. Kewajiban tersebut hukumnya tetap berlaku sampai hari Kiamat.
Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan para malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, para malaikat bertanya (pada mereka), 'Dalam keadaan bagaimana kamu ini?' Mereka menjawab, 'Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)' Para malaikat berkata, 'Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?' Orang-orang itu tempat kembalinya adalah neraka Jahanam dan ia seburuk-buruk tempat kembali. Kecuali mereka yang tertindas, baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka itu mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan Allah adalah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun." (QS. An-Nisā`: 97-99)
Juga firman Allah -Ta'ālā-, "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman! Sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja." (QS. Al-'Ankabūt: 56)
Al-Bagawiy -raḥimahullāh- berkata, "Faktor penyebab turunnya ayat ini adalah ditujukan kepada kaum muslimin yang masih berada di Mekah, yang belum berhijrah. Karena itu, Allah menyeru kepada mereka dengan sebutan orang-orang yang beriman."
Adapun dalil dari Sunnah yang menunjukkan kewajiban hijrah ialah sabda Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Hijrah tidak tertutup selama pintu tobat belum ditutup, sedang pintu tobat tidak akan ditutup sebelum matahari terbit dari barat." Setelah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menetap di Madinah, beliau diperintahkan dengan berbagai syariat (yang belum diturunkan di Mekah), seperti zakat, puasa, haji, azan, jihad, amar makruf dan nahi mungkar, serta syariat-syariat Islam lainnya. Beliau pun memerintahkan syariat-syariat ini selama sepuluh tahun.
Sesudah itu beliau wafat, sedang agamanya tetap dalam keadaan lestari. Inilah agama yang beliau bawa. Tiada suatu kebaikan pun melainkan beliau tunjukkan umatnya kepadanya, dan tiada suatu keburukan pun melainkan beliau peringatkan umatnya darinya. Kebaikan yang beliau tunjukkan ialah tauhid serta segala yang dicintai dan diridai Allah; sedang keburukan yang beliau peringatkan supaya dijauhi ialah syirik serta segala yang dibenci dan dimurkai Allah. Beliau diutus oleh Allah kepada seluruh umat manusia, dan diwajibkan kepada seluruh jin dan manusia untuk menaatinya. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Katakanlah, 'Hai manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua." (QS. Al-A'rāf: 158) Melalui beliau, Allah telah menyempurnakan agama-Nya untuk kita.
Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Pada hari ini, telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Aku ridai Islam itu menjadi agama bagimu." (QS. Al-Mā`idah: 3)
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- juga wafat ialah firman Allah -Ta'ālā-, "Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka pun akan mati (pula) Kemudian sesungguhnya kamu pada hari Kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu." (QS. Az-Zumar: 30-31) Manusia sesudah mati akan dibangkitkan kembali. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, dan dari padanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain." (QS. Ṭāhā: 55)
Juga firman Allah -Ta'ālā-, "Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (darinya pada hari Kiamat) dengan sebenar-benarnya." (QS. Nūḥ: 17-18) Setelah manusia dibangkitkan, mereka akan dihisab dan diberi balasan sesuai dengan perbuatan mereka. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Dan hanya kepunyaan Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan (pahala) yang lebih baik (surga)" (QS. An-Najm: 31)
Siapa saja yang tidak mengimani hari kebangkitan ini, maka dia telah kafir. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, 'Tidak demikian. Demi Tuhanku! Benar-benar kamu akan dibangkitkan kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS. At-Tagābun: 7) Allah telah mengutus semua rasul sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah (diutusnya) rasul-rasul itu." (QS. An-Nisā`: 165) Rasul pertama adalah Nabi Nuh -'alaihis-salām-, dan rasul terakhir adalah Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, serta beliaulah penutup para nabi.
Dalil yang menunjukkan bahwa rasul pertama adalah Nabi Nuh ialah firman Allah -Ta'ālā-, "Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang setelahnya." (QS. An-Nisā`: 163) Allah telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul, mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi Muhammad, dengan memerintahkan kepada mereka untuk beribadah kepada Allah semata dan melarang mereka dari beribadah kepada tagut. Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul (untuk menyerukan), 'Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah tagut itu." (QS. An-Naḥl: 36) Dengan demikian, Allah telah mewajibkan kepada seluruh hamba-Nya supaya bersikap kafir kepada tagut dan hanya beriman Allah.
Imam Ibnul-Qayyim -raḥimahullāh- menyatakan, "Makna tagut ialah segala sesuatu yang diperlakukan oleh manusia secara melampaui batas (yang telah ditentukan oleh Allah), seperti dengan disembah, atau diikuti, atau dipatuhi. Tagut itu banyak macamnya, namun tokoh-tokohnya ada lima: 1. Iblis, yang telah dilaknat oleh Allah. 2. Orang yang disembah, sedang ia sendiri rela. 3. Orang yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya. 4. Orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang gaib. 5. Orang yang berhukum dengan selain hukum yang telah diturunkan oleh Allah.
Dalilnya adalah firman Allah -Ta'ālā-, "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh pada buhul tali yang amat kuat, yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 256) Inilah (kandungan ayat ini) yang merupakan makna Lā ilāha illallāh.
Adapun dalilnya dalam hadis adalah: "Pokok agama ini adalah Islam, tiangnya adalah salat, dan puncak tertingginya adalah jihad fi sabilillah." Wallāhu a'lam.
Perkara yang Wajib Dipelajari oleh Seorang Muslim
Al-Ḥanīfiyyah adalah millah (ajaran) Nabi Ibrahim, yaitu ajaran untuk beribadah kepada Allah semata.
Jenis-jenis Ibadah yang Diperintahkan Allah
Asas Kedua: Mengenal Agama Islam Beserta Dalilnya
Tingkatan Ketiga: Ihsan. Rukunnya hanya satu, yaitu:
Asas Ketiga: Mengenal Nabi Kalian, Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-