×
Dalam artikel Ar-Rabb, Yang Maha Mengatur Dan Menguasai Alam Semesta ini di jelaskan tentang makna dari Ar-Rab. Serta sifat-sifat rububiyah Allah Shubhanahu wa ta’alla serta pembagian nya yang melipui alam semesta ……

    Ar-Rabb, Yang Maha Mengatur Dan Menguasai Alam Semesta

    ] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

    Abdullah bin Taslim al-Buthoni. MA

    Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

    2013 - 1434

    معنى اسم الله "الرب"

    « باللغة الإندونيسية »

    عبد الله بن تسليم البطاني

    مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو

    2013 - 1434

    Muqodimah

    Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.

    DASAR PENETAPAN.

    Nama Allah Azza wa Jalla yang maha indah ini disebutkan dalam beberapa ayat al-Qur’an. Di antaranya dalam firman Allah Azza wa Jalla :

    قال الله تعالى: ﴿ قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢ ﴾ [الأنعام: 162]

    Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam” [al-An’am/6:162].

    Dan dalam firman -Nya:

    قال الله تعالى: ﴿ قُلۡ أَغَيۡرَ ٱللَّهِ أَبۡغِي رَبّٗا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيۡءٖۚ ١٦٤﴾ [الأنعام:164]


    Katakanlah:"Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, padahal Dia adalah Rabb bagi segala sesuatu?” [al-An’am/6:164]

    Demikian pula dalam firman-Nya:

    قال الله تعالى: ﴿ رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفَّٰرُ ٦٦ ﴾ [ص:66]

    Rabb langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun [Shad/38:66].

    Juga dalam firman -Nya:

    قال الله تعالى: ﴿ سَلَٰمٞ قَوۡلٗا مِّن رَّبّٖ رَّحِيمٖ ٥٨﴾ [ يس: 58 ]

    (Kepada penghuni surga dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Rabb Yang Maha Penyayang [Yasin/36:58].

    MAKNA AR-RABB SECARA BAHASA.

    Ibnu Faris rahimahullah berkata, “Kata Rabb menunjukkan beberapa arti pokok, yang pertama: memperbaiki dan mengurus sesuatu. Maka Rabb berarti yang menguasai, menciptakan dan memiliki, juga berarti dzat yang memperbaiki (mengurus) sesuatu.

    Sementara Ibnul Atsir rahimahullah menyatakan, “Kata Rabb secara bahasa diartikan pemilik, penguasa, pengatur, pembina, pengurus dan pemberi nikmat. Kata ini tidak boleh digunakan dengan tanpa digandengkan (dengan kata yang lain) kecuali untuk Allah Azza wa Jalla (semata), dan kalau digunakan untuk selain -Nya maka (harus) diiringi (dengan kata lain). Misalnya: rabbu kadza (pemilik barang ini).

    Lebih lanjut, Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah memaparkan: (Kata) Rabb dalam bahasa Arab memliki beberapa (pemakaian) arti. Penguasa yang ditaati di kalangan orang-orang Arab disebut rabb …, orang yang memperbaiki sesuatu dinamakan rabb …, (demikian) juga orang yang memiliki sesuatu dinamakan rabb. Terkadang kata ini juga digunakan untuk beberapa arti selain arti di atas, akan tetapi semuanya kembali pada tiga arti tersebut. Maka Rabb kita (Allah Azza wa Jalla) yang maha agung pujian -Nya adalah penguasa yang tidak ada satu pun yang menyamai dan menandingi kekuasaan -Nya, dan Dialah yang memperbaiki (mengatur semua) urusan makhluk -Nya dengan berbagai nikmat yang dilimpahkan -Nya kepada mereka, serta Dialah pemilik (alam semesta beserta isinya) yang memiliki (kekuasan mutlak dalam) menciptakan dan memerintahkan (mengatur) .

    PENJABARAN MAKNA NAMA ALLAH AR-RABB

    Rabb adalah Murabbi (yang maha memelihara dan mengurus) seluruh makhluk -Nya dengan mengatur urusan dan (melimpahkan) berbagai macam nikmat (kepada mereka). Maka Rabb adalah Yang Maha Pencipta sekaligus Penguasa dan Pengatur alam semesta beserta isinya. Makna Rabb adalah yang memiliki sifat rububiyah terhadap seluruh makhluk -Nya dalam hal menciptakan, menguasai, berbuat sekehendak -Nya dan mengatur mereka.

    Nama Allah Azza wa Jalla yang mulia ini termasuk nama Allah Shubhanahu wa Ta’ala yang mengandung beberapa arti, bukan hanya satu arti. Bahkan nama ini jika disebutkan sendirian tanpa nama Allah Jalla Jalaluhu lainnya, kandungannya mencakup semua nama Allah yang maha indah dan sifat -Nya yang maha sempurna. Dalam hal ini, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata: “Sesungguhnya pengertian -Rabb adalah (dzat) yang maha kuasa, yang mengadakan, pencipta, pembentuk rupa, yang maha hidup lagi berdiri sendiri dan menegakkan urusan makhluk -Nya, maha mengetahui, mendengar, melihat, luas kebaikan -Nya, pemberi nikmat, pemurah, maha memberi dan menghalangi, yang memberi manfaat dan celaka, yang mendahulukan dan mengakhirkan, yang memberi petunjuk dan menyesatkan siapa yang dikehendaki -Nya (sesuai dengan hikmah -Nya yang agung), yang menganugerahkan kebahagiaan dan menyengsarakan siapa yang dikehendaki -Nya, yang memuliakan dan menghinakan siapa yang dikehendaki -Nya, dan semua makna rububiyah lainnya yang berhak dimiliki -Nya dari (kandungan) nama-nama -Nya yang maha indah”.

    Sifat rububiyah Allah Azza wa Jalla ini meliputi seluruh alam semesta beserta isinya, karena Dialah yang memelihara dan mengatur semua makhluk dengan berbagai macam nikmat yang dilimpahkan -Nya kepada mereka, Dialah yang menciptakan mereka dengan kehendak dan kekuasaan -Nya, Dialah yang menyediakan semua kebutuhan makhluk -Nya, dan Dialah yang memberikan kepada semua makhluk penciptaan yang sesuai dengan keadaan mereka kemuadian memberi petunjuk kepada mereka untuk kebaikan dalam hidup mereka.

    PEMBAGIAN SIFAT RUBUBIYAH ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA.

    Sifat rububiyah Allah Shubhanahu wa ta’allaada dua macam:

    1. Rububiyah umum yang mencakup semua makhluk, baik yang taat maupun yang selalu berbuat maksiat, yang beriman maupun kafir, yang berbahagia maupun celaka, yang mendapat petunjuk maupun yang sesat.

    Rububiyah ini berarti menciptakan, memberi rezki, mengatur, melimpahkan berbagai macam nikmat, memberi dan menghalangi, meninggikan dan merendahkan, menghidupkan dan mematikan, mamberi kekuasaan dan menghilangkannya, melapangkan dan menyempitkan, melapangkan semua penderitaan, menolong orang yang kesusahan dan memenuhi permohonan orang yang ditimpa kesulitan. Ini semua berlaku umum untuk selauruh makhluk -Nya. Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman :

    قال الله تعالى: ﴿ يَسۡ‍َٔلُهُۥ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ كُلَّ يَوۡمٍ هُوَ فِي شَأۡنٖ ٢٩﴾ [الرحمن: 29]

    Semua yang ada di langit di bumi selalu meminta kepada-Nya, setiap hari Dia (memenuhi) semua kebutuhan (makhluk-Nya) [ar-Rahman/55:29]

    Rububiyah yang khusus bagi para kekasih dan orang-orang yang dicintai -Nya, yaitu dengan menjaga dan memberi taufik kepada mereka untuk beriman dan melaksanakan ketaatan kepada -Nya, serta melimpahkan kepada mereka ilmu ma’rifatullah (mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya) dan (memberi taufik) kepada mereka untuk selalu kembali/bertobat kepada -Nya, mengeluarkan mereka dari berbagai macam kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjuk -Nya), dan memudahkan mereka untuk melakukan semua kebaikan serta menjaga mereka dari semua keburukan .

    Syaikh 'Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata:

    (Rubuubiyah) yang bersifat lebih khusus dari itu bermakna penjagaan -Nya terhadap hamba-hamba -Nya yang shaleh dengan memperbaiki hati, jiwa dan akhlak mereka"

    Inilah rahasia mengapa mayoritas doa yang diucapkan hamba-hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla yang shaleh, yang disebutkan dalam al-Qur’an selalu diawali dengan nama Rabb (misalnya: Wahai Rabb kami, atau wahai Rabbku). Karena mereka sangat mengharapkan makna yang khusus dari sifat rububiyah ini, sehingga isi doa mereka pun tidak lepas dari makna yang dijelaskan di atas.


    PENGARUH POSITIF DAN MANFAAT MENGIMANI NAMA RABB

    Mengimani rububiyah Allah Azza wa Jalla akan menumbuhkan dalam diri seorang Muslim keikhlasan dalam beribadah kepada -Nya dan ketundukan yang seutuhnya di hadapan -Nya. Hal ini disebabkan keimanan terhadap rububiyah Allah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengandung konsekuensi penetapan uluhiyah (penghambaan diri dengan ikhlas dalam ibadah) bagi Allah Azza wa Jalla.
    Inilah yang ditunjukkan dalam firman Allah Azza wa Jalla:

    قال الله تعالى: ﴿ فَإِن لَّمۡ تَفۡعَلُواْ وَلَن تَفۡعَلُواْ فَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ ٱلَّتِي وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُۖ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ ٢٤ ﴾ [البقرة: 21]

    Wahai manusia, beribadahlah kepada Rabb-mu (semata-mata), Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa [al-Baqarah/2:21].

    قال الله تعالى: ﴿ إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَأَنَا۠ رَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُونِ ٩٢ ﴾ [الأنبياء: 92]

    Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Rabb-mu, maka beribadahlah kepada -Ku (semata-mata) [al-Anbiya/21:92].


    Imam Ibnul Qayyim rahimahullah memaparkan hal penting ini dalam ucapannya: “… Inilah tanda (adanya) tauhid uluhiyah (penghambaan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla yang sempurna) dalam hati seorang hamba, dan pintu masuk (yang membawa) hamba ini (mencapai kedudukan ini) adalah tauhid rububiyah. Artinya: pintu masuk (untuk mencapai) tauhid uluhiyah adalah tauhid rububiyah.

    Sesungguhnya yang pertama kali tertanam dalam hati (manusia) adalah (mengimani) keesaan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam rububiyah -Nya, kemudian (kedudukannya) meningkat kepada keimanan terhadap keesaan Allah Shubhanahu wa ta’alladalam uluhiyah -Nya. Sebagaimana hal inilah yang diserukan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam al-Qur’an, (yaitu) dengan (pengakuan) manusia terhadap tauhid rububiyah yang (mengandung konsekuensi) mengakui tauhid uluuhiyah. Allah menegakkan argumentasi kepada mereka dengan pengakuan mereka ini, kemudian Dia menyampaikan bahwa mereka sendiri yang menentang pengakuan mereka itu dengan menyekutukan -Nya dalam uluhiyah.

    Maka dalam keadaan ini terwujudlah pada diri seorang hamba tingkatan:

    قال الله تعالى: ﴿ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣ مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٤ إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥ ﴾ [الفاتحة : 1-5]

    Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan [al-Fatihah/1:5].

    Allah Shubhanahu wa ta’allaberfirman:

    قال الله تعالى: ﴿ وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَهُمۡ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ ٨٧ ﴾ [الزخرف : 87]

    Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka? niscaya mereka menjawab:"Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” [az-Zukhruf/43 :87].

    Maksud ayat di atas, bagaimanakah mereka dapat dipalingkan dari mempersaksikan (kalimat) la ilaha illallah (tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah) dan dari penghambaan diri kepadanya semata, padahal mereka telah mempersaksikan bahwa tidak ada Rabb (penguasa dan pengatur alam semesta) dan tidak ada pencipta selain Allah Azza wa Jalla ?...”

    Demikian pula beriman kepada rububiyah -Nya dengan benar akan membawa seorang hamba menuju tingkatan ridha kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla sebagai Rabb, yang berarti ridha kepada segala perintah dan larangan -Nya, kepada ketentuan dan pilihan -Nya, serta kepada apa yang diberikan dan yang tidak diberikan -Nya. Inilah syarat untuk mencapai tingkatan ridha kepada -Nya sebagai Rabb secara utuh dan sepenuhnya. Dan ini merupakan ciri utama orang yang telah merasakan kemanisan dan kesempurnaan iman, sebagaimana dikatakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: “Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha dengan Allah Shubhanahu wa ta’alla sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya dan (Nabi) Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai rasulnya”.