Bagaimana Setelah Ramadhan?
Klasifikasi
Full Description
Bagaimana Setelah Ramadhan?
﴿ ماذا بعد رمضان ؟ ﴾
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Penyusun : Muhammad Iqbal Ahmad Gazali
Editor : Tim Islamhouse.com
2009 – 1430
﴿ ماذا بعد رمضان ؟ ﴾
« باللغة الإندونيسية »
تأليف: محمد إقبال غزالي
مراجعة: الفريق الإندونيسي
2009 – 1430
بسم الله الرحمن الرحيم
Bagaimana setelah Ramadhan?
Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah I yang menjadikan Ramadhan sebagai bulan diturunkannya al-Qur`an, di dalamnya terdapat malam yang lebih baik daripada seribu bulan, dan amal ibadah dilipat gandakan pahalanya. Shalawat dan salam kita haturkan kepada manusia terbaik sepanjang masa, penutup para nabi, Muhammad ﷺ, juga para sahabat, keluarga dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Perjalanan waktu tanpa terasa, berlalu begitu cepat tanpa bisa ditunda sedetik juapun. Bulan Ramadhan yang sangat mulia sudah berakhir tanpa bisa tertahan sesaat pun. Bulan yang penuh berkah, saat yang paling pas untuk menggali ibadah dan meminta ampun serta bertaubat kepada Allah I sudah pergi meninggalkan kita semua hingga tahun berikutnya. Sementara kita tidak pernah mengetahui, apakah Ramadhan tahun depan masih sempat kita nikmati bersama keluarga dan orang-orang yang kita cintai? Apakah bulan puasa tahun berikutnya masih mungkin kita rasakan keindahannya dengan sedapat mungkin memperbanyak ibadah dengan berpuasa, membaca al-Qur`an, shalat Tarawih, bertaubat dan istighfar kepada Allah I? Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari sanubari kita seperti ini, memang tidak ada yang pernah mengetahui jawabannya selain Allah I tempat kita menyembah dan meminta.
Sudah menjadi keharusan, bahwa setiap yang datang, pasti akan berlalu. Demikian pula halnya bulan Ramadhan, ia pun pergi seiring dengan sirnanya bulan di atas langit yang kita lihat setiap malam. Bulan diawali dengan bulan sabit yang terlihat begitu kecil di ufuk Barat, lalu bertambah besar sedikit demi sedikit setiap malam, hingga menjadi purnama di pertengahan bulan. Setelah itu, ia pun kembali mengecil dan sirna di akhir bulan hingga tidak tampak lagi bersama-sama kemilau bintang yang tetap bersinar gemerlapan hingga akhir zaman dengan ijin Allah I.
Bulan Ramadhan sesungguhnya menjadi saksi atas segala amalan yang kita kerjakan selama ini, apakah itu berupa keburukan dan maksiat, ataukah ibadah dan amal shaleh. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita melakukan intropeksi mulai saat ini, melakukan muhasabah terhadap segala hal yang sudah kita lakukan di bulan Ramadhan yang telah berlalu. Agar Ramadhan tahun ini tidak berlalu begitu saja seperti Ramadhan-Ramadhan sebelumnya.
Ada beberapa amalan yang mesti terus kita lakukan selepas bulan Ramadhan, baik yang wajib maupun yang sunnah, dan itulah yang akan kita bahas dalam kesempatan ini:
1. Menunaikan zakat Fitrah:
Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan di dalam Islam berupa satu sha' (gantang) makanan yang harus dikeluarkan setiap muslim di akhir bulan Ramadhan dan sebelum dilaksanakan shalat 'ied, sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat-nikmat Allah I dalam berbuka puasa dari Ramadhan dan menyempurnakannya, oleh karena itu juga dinamakan fitrah. Zakat fitrah ini diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah, yaitu bersamaan dengan tahun diwajibkannya puasa bulan Ramadhan. Perbedaan zakat fitrah dengan zakat-zakat lainnya adalah, bahwa zakat fitrah merupakan penyucian (pembersih) badan, sedangkan zakat-zakat yang lain merupakan penyucian pada harta. Hal ini berdasarkan riwayat Ibnu Abbas t, beliau berkata:
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عليه وسلم زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ. فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.
"Rasulullah ﷺ mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan kata-kata kotor dan memberi makan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat (Shalat Ied) maka ia adalah zakat yang diterima, dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat, maka ia termasuk sedekah." HR. Abu Daud dan Ibnu Majah.[1]
Adapun kadar zakat fitrah yang harus dikeluarkan adalah satu sha' (gantang), yaitu sama dengan 2,40 Kg. atau 3,5 liter yang diberikan kepada orang-orang fakir di negeri ia berada. Hal ini berdasarkan sabda Nabi ﷺ yang diriwayatkan Ibnu Umar t, ia berkata:
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم زَكَاةَ اْلفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ, الذَّكَرِ وَاْلأُنْثَى, الصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ, وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ.
"Rasulullah ﷺ mewajibkan zakat fitrah satu sha' dari korma atau satu sha' gandum kepada setiap budak dan orang merdeka, laki-laki dan perempuan, anak kecil dan orang dewasa dari kaum muslimin. Dan beliau memerintahkan agar dikeluarkan setelah keluarnya manusia menuju shalat." Muttafaqun 'alaih.[2]
2. Selalu menjaga shalat fardhu berjamaah:
Selama bulan Ramadhan, kita sudah membiasakan diri untuk selalu terikat dengan masjid. Setiap kali suara azan dikumandangkan, kita ayunkan langkah kaki untuk mengerjakan kewajiban shalat bersama-sama dengan kaum muslimin secara berjamaah. Ketika Ramadhan telah berakhir, hendaknya muncul semangat baru yang berawal dari kebersihan hati dan jiwa. Energi besar ini harus terus menerus kita jaga, hingga tibanya Ramadhan berikutnya. Jika semangat itu tetap terjaga, kita akan semakin mudah melaksanakan shalat berjamaah, terlebih lagi pahala shalat berjamaah ini sangat besar, sebagaimana yang disabdakan Nabi ﷺ dari Abdullah bin Umar t, bahwasanya Nabi ﷺ bersabda:
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً. وَفِى رِوَايَةٍ : بِخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً
"Shalat berjamaah lebih baik dari shalat sendirian dua puluh derajat." Dan dalam satu riwayat: "Dua puluh lima derajat."Muttafaqun 'alaih.[3]
Dan dalam hadits yang lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيْضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ, كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيْئَةً وَاْلأُخْرىَ تَرْفَعُ دَرَجَةً.
"Barangsiapa yang berwudhu di rumahnya, kemudian berjalan menuju salah satu rumah Allah I (masjid), untuk menunaikan salah satu kewajiban Allah I, niscaya salah satu langkahnya menggugurkan dosa dan yang lain meninggikan derajat."[4]
Abu Hurairah t juga meriwayatkan dalam hadits yang lain, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ, أَعَدَّ اللهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ.
"Barangsiapa yang pergi ke masjid, di pagi hari atau di sore hari, niscaya Allah I menyiapkan sorga sebagai tempat tinggalnya, setiap ia berangkat di pagi hari atau di sore hari." Muttafaqun 'alaih.[5]
3. Melaksanakan shalat sunnah rawatib dan shalat-shalat sunnah lainnya:
Kita telah mendapatkan tarbiyah yang sangat berharga dari madrasah Ramadhan. Salah satunya adalah memperbanyak ibadah shalat-shalat sunnah seperti tarawih, witir, dan tahajjud. Dan setelah Ramadhan berakhir, hendaklah semangat yang telah kita peroleh dari madrasah Ramadhan itu jangan ikut pergi bersama berlalunya bulan Ramadhan.
Adapun di antara keutamaan shalat sunnah tersebut adalah:
a. Sunnah rawatib: yaitu shalat yang dilaksanakan sebelum atau sesudah shalat fardhu: Dari Ummu Habibah radhiyallahu 'anha, beliau berkata, "Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يُصَلِّى ِللهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيْضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ, أَوْ إِلاَّ بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
'Tidak ada seorang hamba yang melaksanakan shalat karena Allah I setiap hari sebanyak dua belas rekaat selain yang fardhu, kecuali Allah I membangun untuknya satu rumah di surga, atau melainkan dibangun untuknya satu rumah di surga." HR. Muslim.[6]
Sunnah-sunnah tersebut adalah 4 rakaat sebelum zuhur dan 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat setelah magrib, 2 rakaat setelah isya, dan 2 rakaat sebelum subuh, semuanya berjumlah 12 rakaat. Sunnah rawatib yang paling utama adalah dua rakaat sebelum shalat Subuh, dan sunnah rawatib ini boleh dilaksanakan di masjid dan boleh pula di rumah, dan yang lebih utama adalah di rumah, berdasarkan sabda Nabi ﷺ:
... فَصَلُّوْا أَيُّهَا النَّاسُ فِى بُيُوْتِكُمْ فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةَ.
"Laksanakanlah shalat di rumahmu, wahai manusia, maka sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat fardhu." Muttafaqun 'alaih.[7]
b. Shalat Tahajjud: yaitu ibadah shalat yang dilaksanakan di malam hari dan Allah I memerintahkan kepada Rasul-Nya ﷺ agar selalu melaksanakannya: Firman Allah I:
يَآأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ 0 قُمِ الَّيْلَ إِلاَّ قَلِيلاً 0 نِّصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلاً 0 أَوْزِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلاً
Hai orang yang berselimut (Muhammad), * bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), * (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, * atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS. Al-Muzammil :1-4)
Dan firman-Nya:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al-Israa`:79)
Dan Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang shalat yang paling utama setelah shalat fardhu, beliau menjawab:
أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوْبَةِ الصَّلاَةُ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ.
"Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat di tengah malam." HR. Muslim.[8]
c. Shalat Witir: yaitu shalat yang dilaksanakan setelah shalat Isya hingga terbit fajar yang kedua. Sekurang-kurangnya satu rekaat dan sebanyak-banyaknya sebelas atau tiga belas rekaat.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: أَوْصَانِي خَلِيْلِى بِثَلاَثٍ, لاَ أَدَعُهُنَّ حَتّى أَمُوْتَ: صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلاَةُ الضَّحَى وَنَوْمٌ عَلَى وِتْرٍ.
Dari Abu Hurairah t, ia berkata, 'Kekasihku (Rasulullah ﷺ) berpesan kepadaku dengan tiga perkara, aku tidak akan meninggalkannya hingga mati: puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha dan tidur setelah shalat witir." Muttafaqun 'alaih.[9]
Ini adalah sebagian dari keutamaan shalat sunnah rawatib dan shalat sunnah yang lainnya. Di samping itu masih banyak shalat-shalat sunnah lainnya yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan, seperti shalat Dhuha, shalat Istikharah, shalat gerhana dan yang lainnya. Wallahu A'lam.
4. Membaca al-Qur`an:
Salah satu tarbiyah selama madrasah Ramadhan yang telah kita jalani adalah membaca al-Qur`an. Kita harus mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah I, karena selama bulan Ramadhan, sebagian besar dari kita telah berhasil mengkhatamkan al-Qur`an minimal satu kali, atau paling tidak kita telah mampu membaca sekian juz dan surah selama bulan al-Qur`an yang mulia ini. Hal itu merupakan hidayah dan taufik yang tidak terhingga yang telah dianugerahkan Allah I kepada kita.
Setelah berlalunya bulan yang mulia ini, muncul satu pertanyaan singkat, bagaimana setelah Ramadhan? Akankah energi membaca al-Qur`an yang sudah kita dapatkan selama bulan Ramadhan akan kita biarkan lepas dari kita setelah berlalunya bulan Ramadhan? Tentu kita tidak menghendaki hal seperti itu. Sedangkan satu hari masih tetap seperti biasa, yaitu 24 jam.
Saudara seiman, kalau dalam sehari kita mampu membaca majalah, surat kabar, atau bahan bacaan lainnya sekian halaman banyaknya, kenapa kita tidak berusaha untuk melakukan hal yang sama terhadap al-Qur`an? Padahal al-Qur`an adalah sumber pedoman hidup kita yang pertama, di samping hadits-hadits Rasulullah ﷺ sebagai sumber yang kedua. Cobalah kita membacanya paling tidak sekadar satu atau dua ayat sebelum atau sesudah shalat fardhu, tentu lebih baik lagi kalau kita bisa melakukan lebih dari itu. Setelah itu, cobalah kita membaca terjemahannya dan melakukan tadabbur (perenungan, penghayatan) terhadap ayat yang telah kita baca. Kalau itu bisa kita lakukan, kita akan bisa merasakan betapa indahnya agama Islam yang kita anut ini. Kalau kita membaca atau mendengar cerita orang-orang mendapat hidayah untuk memeluk Islam, sebagian besar dari mereka mendapatkan cahaya iman dari al-Qur`an yang penuh dengan nur Ilahi.
Sebagian kaum muslimin, pada saat ini, telah jauh dari al-Qur`an yang merupakan petunjuk paling utama dalam mengarungi kehidupan. Sementara para musuh Islam berusaha keras untuk menjauhkan kaum muslimin secara personal maupun kelompok dari al-Qur`an. Dalam buku 'Rencana Penghapusan Islam dan Pembantaian Kaum Muslimin di Abad Modern' yang ditulis oleh Nabil bin Abdurrahman al-Mahisy/13, disebutkan bahwa Jal Daston selaku perdana menteri Inggris mengemukakan bahwa selama al-Qur`an masih berada di tangan kaum muslimin, Eropa tidak akan bisa menguasai negara-negara Timur.
Merupakan satu keharusan bagi setiap muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan al-Qur`an, dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir, dan bertindak. Membaca al-Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, dan untuk menggairahkan serta menghidupkan kembali gairah dan energi kita dalam membaca al-Qur`an, berikut ini adalah sebagian di antara keutamaan al-Qur`an dan membacanya:
Firman Allah I:
إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (QS. Al-Israa`:9)
Hadits Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Utsman bin 'Affan t, Nabi ﷺ bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
"Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya."[10]
Dan dalam hadits lain, dari Abu Umamah al-Bahili t, Rasulullah ﷺ bersabda:
اِقْرَءُوْا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا ِلأَصْحَابِهِ...
"Bacalah al-Qur`an, maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat kepada ahlinya." HR. Muslim.[11]
Semoga Allah I memberi hidayah dan taufik kepada kita semua, serta memudahkan langkah kita untuk kembali kepada Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya ﷺ.
5. Melaksanakan puasa-puasa sunnah:
Kita telah melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan yang baru saja berlalu. Dan setelah bulan penuh berkah itu meninggalkan kita seiring perjalan waktu, hendaklah kita tidak meninggalkan ibadah puasa sunnah yang dianjurkan kepada kita di luar bulan Ramadhan. Di antara puasa-puasa sunnah dan keutamaannya adalah sebagai berikut:
a. Puasa enam hari bulan Syawal: Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ.
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian meneruskannya berpuasa enam hari bulan Syawal, nilainya sama seperti berpuasa setahun penuh."HR. Muslim.[12]
b. Puasa hari Arafah, yaitu hari ke sembilan di bulan Dzulhijjah: Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang puasa hari 'Arafah, beliau bersabda:
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَاْلبَاقِيَةَ
"Ia menebus (dosa-dosa) tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya."[13]
c. Puasa hari 'Asyura, yaitu berpuasa pada tanggal sepuluh bulan Muharram. Dan dianjurkan pula berpuasa di hari ke sembilannya, agar berbeda dengan kaum Yahudi: Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang puasa hari 'Asyura`, beliau menjawab:
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
"Ia menebus (dosa-dosa) satu tahun sebelumnya."[14]
d. Puasa hari Senin dan Kamis, dan puasa hari senin lebih kuat dari segi dalil: Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang puasa di hari Senin, beliau menjawab:
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَبُعِثْتُ فِيْهِ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ
"Itulah hari kelahiranku, dan aku dibangkitkan atau diturunkan (al-Qur`an) kepadaku."[15]
e. Puasa tiga hari setiap bulan pada tanggal 13, 14, 15 yang disebut puasa hari-hari putih, karena selama tiga hari itulah bulan purnama bersinar terang: dari Abu Dzarr t, beliau berkata:
أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ أَنْ نَصُوْمَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ: ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ.
"Rasulullah ﷺ memerintahkan kami berpuasa tiga hari setiap bulan: hari ke 13, 14, dan 15."[16]
6. Taubat dan Istighfar kepada Allah I:
Bulan Ramadhan yang mulia adalah bulan ampunan dan kebebasan dari api neraka. Di bulan yang penuh berkah itu, kita tentu telah memohon ampunan kepada Allah I atas segala dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan semasa hidup kita. Namun setelah Ramadhan berakhir, bukan berarti kita berhenti meminta ampun dan bertaubat kepada Allah I. Justru kita selalu dianjurkan agar senantiasa memohon ampunan dan terus bertaubat kepada Allah I. Banyak sekali perintah agar kita selalu bertaubat dan istighfar, baik yang terdapat di dalam al-q`an atau pun dalam sunnah-sunnah Rasulullah ﷺ, dan di antaranya adalah: firman Allah I:
وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nuur:31)
Dan firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, …". (QS. At-Tahrim:8)
Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِى اْليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ.
'Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah I dan mintalah ampunan kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak seratus kali.'HR. Muslim.
Ayat dan hadits di atas dengan jelas memerintahkan kepada kita agar selalu bertaubat dan istighfar kepada Allah I atas segala kesalahan yang pernah kita lakukan. Rasulullah ﷺ di samping menyuruh kita, beliau juga selalu bertaubat dan meminta ampun kepada Allah I sampai seratus kali setiap hari. Lalu bagaimana dengan kita sudah sangat banyak melakukan kesalahan dan dosa sepanjang hidup kita.
Saudara seiman, ada beberapa faedah yang bisa kita peroleh dengan selalu bertaubat dan istigfar, selain sebagai suatu kewajiban, di antaranya yang terpenting adalah yang difirmankan Allah I:
وَمَاكَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَاكَانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun". (QS. Al-Anfaal :33)
Abu Musa al-Asy'ari t ketika memberikan komentar terhadap ayat di atas, beliau mengatakan, 'Kami bisa merasa tenang pada masa hidup Rasulullah ﷺ, karena kami yakin dengan pasti bahwa Allah I tidak akan pernah menurunkan azab-Nya kepada kami selama beliau ﷺ masih berada di tengah-tengah kami. Namun, setelah beliau telah tiada, tidak ada lagi yang bisa menahan turunnya azab Allah I kecuali kalau kita senantiasa meminta ampun kepada-Nya.' Wallahu A'lam.
Demikianlah beberapa perkara yang perlu diketahui dan diamalkan setelah berlalunya bulan Ramadhan, semoga Allah I memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita agar bisa memahami dan mengamalkannya. Amin.
Muhammad Iqbal Ahmad Gazali
[1] Hasan/ HR. Abu Daud no. 1609, ini adalah lafazhnya, Shahih Sunan Abu Daud no. 1420, dan Ibnu Majah no. 1827, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 1480.
[2] HR. al-Bukhari no. 1503, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 984 dan 986.
[3] HR. al-Bukhari no. 645 dan 646, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 650 dab 649.
[4] HR. Muslim no. 666.
[5] HR. al-Bukhari no. 662, dan Muslim no. 669, ini adalah lafazhnya.
[6] HR. Muslim no. 728.
[7] HR. al-Bukhari no. 731, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 781
[8] HR. Muslim no. 1163.
[9] HR. al-Bukhari no. 1178, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 721.
[10] HR. al-Bukhari no. 5027
[11] HR. Muslim no. 804
[12] HR. Muslim no. 1164
[13] HR. Muslim no. 1164 dan 197
[14] HR. Muslim no. 1164 dan 197
[15] HR. Muslim no. 1164 dan 197
[16] Hasan/ HR. an-Nasa`i 4/222, at_Tirmidzi no. 761, dan Ibnu Hibban no. 3647 dan 3648. at-Tirmidzi berkata: 'Ini adalah hadits hasan'.